Bertepatan Mei yang telah usai, dan memasuki awal bulan Juni Komunitas Gubuak Kopi kembali menggelar Daur Subur. Salah satu program utama yang diusung oleh Komunitas Gubuak Kopi tersebut, mengajak rekan-rekan lingkar kolektif, lembaga, dan individu yang ada di wilayah Sumatera Barat untuk terlibat selaku partisipan.
Buang Ari adalah salah satu bentuk kerja gotong royong warga Nagari Gantung Ciri, Solok. Nagari yang terletak bentangan Bukit Barisan Sumatera, dengan tanah yang subur dengan sebagian besar warga yang berprofesi sebagai petani. Warga yang biasanya berpenghasilan dari upah harian menggarap sawah atau ladang, menyisihkan satu hari kerja untuk kepentingan kampung. Pada Buang Ari kali ini, warga menggarap beberapa lahan pertanian yang mana hasil dan upah diperuntukan guna pembangunan masjid di kampung ini.
Vlog by @biki_wabihamdika Gantung Ciri, Oktober 2020
Mungkin hampir tiap minggunya, perhelatan layangan digelar di lokasi ini. Adalah sebuah lapangan yang berukuran setengah lapangan bola kaki. Terletak di Jalan Lingkar Utara, Solok, di pinggir jalan sebuah lahan yang sepertinya akan dibangun sebuah bangunan besar atau mungkin perumahan. Jalan Lingkar ini, sering kali menjadi jalur pilihan warga sekitar untuk sekedar jalan-jalan santai di sore hari. Sejumlah kendaraan akan terparkir di sepanjang jalan kawasan ini. Mereka tidak meninggalkan motornya seperti orang-orang memarkirkan kendaraan mereka di toko-toko atau pusat perbelanjaan. Mereka mendudukinya selama menonton perlombaan layangan berlangsung dari pinggir jalan.
Lomba layangan adalah salah satu agenda tahunan anak muda Solok. Khususnya di Kelurahan Kampung Jawa dan daerah Tanjung Bingkuang. Perlombaan yang berawal dari hobi ini berkembang menjadi perlombaan yang semakin serius, terutama sejak menyadari banyak peluang untuk medapatkan uang. Perubahan motiv ini sering kali terjadi pada berbagai agenda kesenian dan permainan rakyat. Beberapa waktu lalu, saya dan teman saya Volta berkunjung kembali ke tempat perlombaan layangan. Lokasinya tidak jauh dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Regional Solok, Jalan Lingkar Utara, Kota Solok. Kali ini kami tertarik mengikuti anak-anak yang mengejar layangan. Setiap layangan yang didapat oleh anak-anak diberikan pada panitia atau langsung pada pemiliknya dengan tebusan uang dalam nominal yang beragam, dan ini berlaku formal. Perlombaan yang biasanya hanya berlaku beberapa minggu ini, kini telah berjalan lebih dari dua bulan.
albertrahmanp Jalan Lingkar Utara Solok, April 2021
Merefleksi pengalaman 10 tahun Komunitas Gubuak Kopi berkegiatan di Solok, kota kecil ini sering kali ditinggalkan banyak anak muda kreatifnya. Ini biasa kita maklumi, karena memang infrastrukturnya belum cukup mendukung produksi-produksi kreatif seperti umumnya di kota besar. Begitu juga dengan model ekosistem kreatifnya, yang juga belum kita pahami. Jadi tidak heran juga banyak yang lebih memilih merantau, atau pindah ke kota tetangga seperti Kota Padang, Bukittinggi, dan Padangpanjang.
Suatu sore di tepian nelayan Saniangbaka, Singkarak, Solok, Sumatera Barat. Kala danau masih surut pada musim kering, dan ikan-ikan sulit ditangkap karena matahari yang tertutup kabut asap dari kebakaran hutan di Riau.
albertrahmanp, September 2019 – Dirilis oleh Vlog Kampuang Komunitas Gubuak Kopi 2021
Julo-julo indang adalah pertunjukan indang secara bergantian di Nagari Gantuang Ciri, Solok. Kali ini adalah giliran kelompok indang dari Nagari Jawi-jawi yang tampil di Nagari Gantuang Ciri. Kesempatan ini juga disambut oleh warga dengan berbagai aktivitas, seperti bermain kartu dan domino.
– Vlog by: Biki Wabihamdika Gantuang Ciri, 28 Desember 2019
Banjir di Jalan Pandan. Salah satu ruas jalan utama di Kota Solok ini sebenarnya jarang sekali banjir. Banjir ini juga membuat kemacetan di persimpangan Pandan Ujung yang menjadi bagian dari lintas Sumatra. Banjir diduga berasal dari luapan parit di Simpang Rombio yang tersumbat karena sampah, dan irigasi sawah. Luapan air menyapu jerami-jerami sisa panen para petani, dan menyumbat selokan-selokan utama Jalan Pandan.
Pasar Ternak Muaro Paneh, Solok, adalah salah satu pasar ternak yang cukup besar di Sumatera Barat. Orang yang datang ke sini tidak hanya yang berasal dari Sumatra Barat, tetapi juga dari Provinsi Jambi. Ratusan sapi, kambing, dan kerbau dijual di sini. Jika mendekati lebaran Idul Adha, ternak yang dijual bisa mencapai 1500 ekor. Tahun 2018 lalu, dalam rangkaian riset Bakureh Project Ade Surya Tawalapi, mampir ke lokasi ini dan mendokumentasikan sekilas aktivitas di pasar ini.
Pengamatan Kecil yang Dimulai dari Tenggara Street Art Festival.
I. Perjalanan Sampai Rumah Tamera Ketika menulis ini, ada semacam keraguan saya tidak akan cukup bisa merangkum pengalaman saya selama residensi di Solok, Sumatera Barat. Perasaan tersebut muncul sebab, ini jadi kali pertama saya berkunjung ke sana dimana pambacaan-pembacaan yang saya lakukan akan menjadi hal yang baru juga bagi saya sebagai seniman. Meski demikian, ada kekuatan dalam hati saya yang menganggap pengalaman dan petualangan adalah bagian-bagian penting dalam sebuah pembelajaran. Dan sesungguhnya residensi ini juga menjadi agenda penutup tahun yang luar biasa.