Category Archives: Jurnal

Kongres Kebudayaan Indonesia – Melumbungkan Tanah dan Ruang

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Direktorat Kebudayaan, Kemendikbud Ristek Dikti Republik Indonesia. PKN tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 20 sampai 29 Oktober 2023 dan mengusung tema “Merawat Kebudayaan, Merawat Bumi” dengan delapan tema kuratorial di segala bidang. Salah satu kuratornya yaitu Ade Darmawan mengusung tema “Temujalar” dengan melibatkan kolektif-kolektif seniman. Salah satu rangkaian program dari PKN yaitu Kongres Kebudayaan Indonesia-Simposium Pekan Kebudayaan Nasional.

Continue reading

Pusako Tinggi di Pekan Kebudayaan Nasional

Masyarakat Minangkabau mengenal dua konsep harta yang disebut sako (tak benda) dan pusako (benda). Pusako kemudian berkembang menjadi dua jenis, yakni pusako randah dan pusako tinggi. Pusako randah adalah harta yang dikelola tingkat keluarga kecil dan diwariskan dari keturunan ayah atau sejalan dengan sistem pewarisan Islam, sementara pusako tinggi adalah harta yang dikelola pada tingkat kaum, yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu (matrilineal). 

Continue reading

Pusako Tinggi di Biennale Jogja #17

Tahun ini, Biennale Jogja yang 17 mengusung tajuk Titen dalam mengurai gagasan mengenai  “Translokalitas dan Transhistorisitas”. Dalam pengantarnya dituliskan bahwa gagasan translokalitas dan transhistorisitas digunakan untuk memberi ruang bagi sejarah lain yang memiliki semangat yang sama dari wilayah mana pun di luar Global Selatan. Penyelenggaraan Biennale Jogja Equator Putaran Pertama menunjukkanpentingnya menjaga kepercayaan dan kearifan lokal, keahlian yang dibangun di atas falsafah alam dan kehidupan, serta kedaulatan masyarakat adat. Berbagai prinsip hidup dapat kita pelajari dari masyarakat Global Selatan yang relatif komunal dan menghayati spiritualitas tertentu yang merepresentasikan keintiman mereka dengan alam. Dengan konsep translokalitas, BJE berupaya menghubungkan pengetahuan di satu lokalitas dengan lokalitas lainnya, sistem seni budaya berdasarkan situasi adat tertentu, dan artikulasi pengetahuan yang berakar pada bahasa lokal. Kami bermimpi untuk menyatukan seniman, komunitas, dan ilmuwan lokal dari seluruh dunia, membangun platform untuk pertemuan atau pertukaran pengetahuan melalui pengalaman seni dan budaya.

Merespon undangan dan tema diatas menarik untuk menghadirkan pembacaan ulang proyek Komunitas Gubuak Kopi yang sedang berjalan, yakni Pusako Tinggi Project – Daur Subur #9. Proyek ini membaca ulang pengetahuan tradisi “pusako tinggi”, bagaimana ia hadir dan bekerja sebagai advansi komunal dalam memproyeksi dan berpihak pada keselamatan di masa mendatang, baik itu dalam konteks lingkungan, komunal, dan kemanusian. Selain itu, proyek ini diharapkan dapat menjadi pintu alternatif untuk membicarakan persoalan di sekitar, baik itu mengenai kolektif dalam mengupayakan keberlangsungan, maupun mengkritisi keberpihakan pemangku kebijakan terkait lahan, seperti studi tentang pengambilalihan wilayah di Pulau Rempang, persoalan tol Sumatera, kilang minyak 30.000 Ha di Air Bangis, maupun konflik ulayat dan pertambangan di Solok.

Pada Biennale Jogja Equator 2023 ini, Pusako Tinggi Project menghadirkan sejumlah catatan penelusuran, kajian, dan rancangan pengembangan ide Pusako Tinggi, dalam merespon persoalan hari ini. Secara spesifik, presentasi ini diberi judul  Pusako Tinggi Project: dijual, tak bisa dibeli; digadai, tak bisa disandra”. Catatan tersebut dirangkum dari sejumlah penelusuran dan rangkaian diskusi terpumpun, yang dilakukan oleh Komunitas Gubuak Kopi bersama sejumlah tokoh pada beberapa sejak Juli 2023. Selain itu, presentasi ini juga menghadirkan draft rancangan proyek di masa mendatang, untuk diterapkan oleh Komunitas Gubuak Kopi sendiri maupun jejaring. Catatan dan draft tersebut terdiri catatan di atas kertas, pembesaran diatas kain, rekaman audio FGD, dan siaran petuah adat.


Biennale Jogja #17 – TITEN: Pengetahuan Menubuh, Pijakan Berubah
6 Oktober – 25 November 2023
Pada berbagai tempat di Yogyakarta

Halaman terkait:
Biennale Jogja #17
Daur Subur #9 – Pusako Tinggi Project


Forum Pembangunan: Komunitas sebagai Stakeholder Pembangunan

Di dalam wacana pembangunan terkini, Community Development telah menjadi model pembangunan yang cukup terbuka terhadap berbagai pendekatan dan strategi. Di dalam pengertian ini, mencakup usulan pembangunan yang berangkat dari akar rumput (bottom-up). Maksudnya, segala upaya masyarakat di dalam menentukan hidup dan masa depan wilayahnya dapat dikatakan sebagai sebuah upaya pembangunan. Maka, pemahaman bahwa masyarakat adalah pihak yang perlu ‘dibangun’ dan bersifat pasif, sudah usang.

Continue reading

Angka-Angka yang Tak Sepadan

Pagi itu seperti sejumlah pagi sebelumnya di bulan Agustus, saya terbangun di kos-kosan kecil di Kelurahan Galur. Saya membuka jendela dari lantai tiga ini. Terlihat dari kejauhan kabut mengaburkan sejumlah gedung-gedung tinggi di berbagai arah. Jakarta penuh dengan polusi, tapi kali ini cukup parah. Sejak awal bulan, langit kota ini sungguh kelabu dan bahkan Jakarta dianugerahi kota dengan polusi terparah di dunia saat itu. Beberapa media membuat klarifikasi, bahwa polusi yang terjadi tepatnya adalah polusi yang dibawa oleh Tangerang dan beberapa kota satelit lainnya yang mengitari Jakarta. Sumber polusi terparah adalah kawasan-kawasan industri dan kebijakan yang didesak agar diberlakukan adalah work from home (WFH). Ya.

Continue reading

Memesan Hidangan

Seringkali kita mengandalkan internet untuk melihat sesuatu yang penting dalam waktu yang cepat. Namun, ada sesuatu yang kita konsumsi tanpa mencarinya di hidangan. Dia adalah bentuk otomatis yang muncul sebagai gerbang sistematis atau satu ‘bentuk’ dari sebagian besar informasi yang ada. Semacam menu pembuka dihidangkan kepada kita. Dengan itu, kita bisa menyaksikan yang jauh dari dekat. Atau di kondisi lain, kita menyebarkan yang dekat agar jauh. Kita sebut ini adalah lubang pengintip berbasis internet. 

Continue reading

Merekam, Bertutur, Merefleksikan Tata Kelola Warga

Merekam untuk Bertutur

Sebagai seorang warga perantau yang hidup di Selatan Jakarta, saya tidak familiar dengan semua seluk-beluk Jakarta. Maka saya pun kurang kenal dengan kawasan Galur selain kenyataan bahwa ia adalah sebuah wilayah administratif tingkat Kelurahan di kawasan Jakarta Pusat. Akan tetapi suatu ketika dari selancar harian mengunjungi unggahan @tuturgalur di Instagram dan kemudian menghadiri presentasi Open Studio Tutur Galur, sekonyong-konyong cerita tentang kehidupan di Galur mengalir mengisi ruang pengetahuan di kepala saya.

Continue reading

Catatan Kuratorial: Berliterasi Alam dan Budaya

Literasi menjadi kunci dalam menimba pengetahuan, memahami konteks, mengolah informasi, dan mengambil keputusan secara efektif. Dalam konteks budaya, literasi mengacu pada kemampuan kita untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi dengan orang dengan latar berbeda. Kini, interaksi semakin dipermudah oleh teknologi jaringan yang kian mendekatkan jarak geografis dan sosiografis.

Continue reading

Membagikan Kisah Kelana

Rabu, 30 Agustus 2023. Sore, pukul 16:00 WIB, saya berperan menjadi MC pembukaan Pameran Presentasi Publik Lumbung Kelana Gubuak Kopi #2. Setelah pembukaan, kami melanjutkan membaca doa bersama, yang dipimpin oleh Buya khairani. Selesai berdoa saya memperkenalkan Cenks dan Devi serta dari mana mereka berasal. Setelah itu saya mempersilahkan Nanda, untuk memberikan sedikit kata sambutan sebagai perwakilan host yang memandu Seniman Residensi Lumbung Kelana selama kurang 2 minggu terakhir. 

Continue reading

Menyebar Kata-kata Kota

Senin, 28 Agustus 2023, setelah beberapa hari yang lalu kami telah memilih tanggal untuk mengadakan pameran, jadi siang ini Riski pergi ke beberapa rumah tetangga yang pernah kami temui sebelumnya. Maksud kedatangan ia kali ini adalah turut mengundang untuk hadir di pembukaan Presentasi Publik Lumbung Kelana Gubuak Kopi #2. Sementara itu saya masih melanjutkan mengecat dinding galeri dan Dika tengah membantu Devi membuat sketsa untuk zine, yang akan dibagikan dan dipamerkan nanti. 

Continue reading