Tag Archives: Tamera Showcase

Kuratorial: Menyusun Mantra

Catatan pengantar Kuratorial Tamera Showcase #5 – Menyusun Mantra. Tamera Showcase adalah salah satu presentasi reguler yang dikelola oleh Rumah Tamera Hub, dalam proyek inisiastif dan proyek-proyek anak muda di Sumatera Barat. Pada seri ke-5 ini, Tamera Showcase menghadirkan Kamarkost.ch salah satu kolektif asal Kota Padang.

Continue reading

Kelekatan: Merindu, Melekat, Menghancurkan 

Teks ini merupakan bagian dari Pengantar Pameran Tamera Showcase #5 – Kamarkost.ch di Rumah Tamera, salah satu presentasi proyek regular yang dikelola oleh Rumah Tamera Hub, dalam menyoroti inisiastif dan proyek-proyek anak muda di Sumatera Barat. Pada seri ke-5 ini, Tamera Showcase menghadirkan Kamarkost.ch salah satu kolektif asal Kota Padang. Pengantar ini ditulis oleh Anggraeni Widhiasih, untuk memperkaya pembacaan mengenai praktik artistik teman-teman Kamarkost.ch dalam konteks kehadirannya di showcase ini.

Continue reading

Tasauf Berbunyi

Saya sempat membaca sebuah buku karangan Buya Hamka, judulnya Falsafah Ketuhanan (Gema Insani, 2020). Ada tiga jalan yang bisa kita tempuh dalam mencapai dan mencari kekuasaan Tuhan. Untuk apa? untuk menjawab pertanyaan yang tak mampu dijawab manusia. Tiga jalan itu ialah jalan seni, jalan ilmu, dan jalan tasawuf. Melalui jalan seni kita terlebih dahulu memuji ciptaan Tuhan, kita menikmati hantaran laut yang sangat luas, langit yang sangat tinggi, suara yang khas dan enak didengar. Di antara waktu-waktu tersebut kita bertanya siapa yang telah menciptakan ini? Akal kita sampai pada puncaknya: menanyakan Dia. Kita menikmati segala hal yang telah Ia ciptakan dan kita telah tahu Penciptanya, kita harus mensyukuri dan mendekatkan diri. Juga banyak hal caranya.

Continue reading

Memediasi Kreativitas yang Tertunda

Catatan Tamera Showcase #3

Merefleksi pengalaman 10 tahun Komunitas Gubuak Kopi berkegiatan di Solok, kota kecil ini sering kali ditinggalkan banyak anak muda kreatifnya. Ini biasa kita maklumi, karena memang infrastrukturnya belum cukup mendukung produksi-produksi kreatif seperti umumnya di kota besar. Begitu juga dengan model ekosistem kreatifnya, yang juga belum kita pahami. Jadi tidak heran juga banyak yang lebih memilih merantau, atau pindah ke kota tetangga seperti Kota Padang, Bukittinggi, dan Padangpanjang.

Continue reading