Monthly Archives: July 2018

Janang

Catatan Observasi Awal bersama Bakureh Project

Selasa 05 Juni 2018 sekitar pukul 14.30 WIB, saya bersama salah seorang fasilitator dan dua orang partisipan kegiatan bakureh Project yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi menuju Jorong Pamujan di Kecamatan Kinari, Kabupaten Solok. Bu Eva salah seorang warga di sana yang saya temui. Dia mengatakan bahwa bakureh di daerahnya lebih dikenal dengan kegiatan pergi bekerja. ”misal ibuk sadang di heler, itu ibuk pai bakarajo namonyo kalau di siko”, Kata Bu Eva. (Misalnya ibu sedang di penggilingan padi, itu ibu sedang pergi bekerja maksudnya jika di daerah sini). Di daerahnya, Bu Eva mengatakan bahwa kegiatan bakureh dalam konteks Kota Solok dikenal dengan istilah gotong royong memasak, disini disebut manolong mamasak (membantu memasak) saja. Continue reading

Makna yang Berkembang Sederhana

Catatan Observasi Awal bersama Bakureh Project

Pada hari ke-empat Lokakarya Daur Subur, dalam rangkaian Bakureh Project, saya bersama Havis, Datuak dan Irfan menuju lapangan untuk observasi awal. Mereka adalah kawan-kawan yang juga merupakan partisipan dan fasilitator proyek seni yang berupaya merespon tradisi bakureh di Solok, dan tradisi serupa di Sumatera Barat secara umum. Lokasi observasinya adalah daerah sekitar sekretariat Gubuak kopi. Di perjalan kami menghampiri seorang bapak. Ia duduk di depan sebuah kedai yang sedang tutup. Kami awali dengan sapaan, memperkenalkan diri dan dengan ramah bapak itu ngobrol-ngobrol dengan kami. Continue reading

Bakureh hingga Adab Berpakaian

Catatan Observasi Awal bersama Bakureh Project

Sore itu, Senin, 4 Juni 2018, saya bersama beberapa kawan melakukan observasi pertama mengenai isu-isu bakureh yang ada di Kelurahan Kampai Tabu Karambia (KTK), Kota Solok. Observasi ini bagian dari Lokakarya Daur Subur, sebagai tahap awal dari Bakureh Project. Sebuah upaya yang digagas oleh Gubuak Kopi, sebagai penelusuran dan mengembangkan nilai-nilai gotong royong masyarakat pertanian di Solok. Sebelum observasi, menjelang siang, sekitar pukul 11.00 WIB kami diberi materi bakureh oleh narasumber bersama Buya Khairani, beliau adalah salah satu pemuka adat di Kota Solok. Sayangnya saya tidak bisa mengikutinya karena saya masih berada di kantor dan saat itu belum mendapatkan izin untuk pulang. Sekitar jam setengah satu siang barulah saya kembali ke Kantor Gubuak Kopi untuk melanjutkan ketertinggalan saya. Hal pertama yang saya cari adalah meminta rekaman materi kuliah Buya Khairani kepada Ogy, ia adalah salah seorang fasilitator dalam Lokakarya Bakureh Project, lalu memfoto hasil catatan teman sesama partisipan lokakarya. Continue reading

Bararak Bersama Datuak Bandaro Hitam

Minggu, 1 Juni 2018, Bakureh Project kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Markas Komunitas Gubuak Kopi. FGD ini bertujuan untuk mengulas dan memperdalam materi masing-masing partisipan Bakureh Project, yakni sebuah proyek penelitian yang difasilitasi oleh Gubuak Kopi melalui program Daur Subur. Sebuah upaya membaca dan mengkaji kebudayaan masyarakat pertanian di Solok secara khusus, dan Sumatera Barat secara umum. FGD ini diselenggarakan untuk mempertajam sudut pandang mereka dalam membingkai isu. Kita juga mengundang narasumber untuk memberikan pembahasan dan materi.  Continue reading

Nostalgia Bakureh bersama Tek Yuni

Catatan Observasi Awal bersama Bakureh Project

Kegiatan Lokakarya Daur Subur dalam rangkaian Bakureh Project dari tanggal 1-7 Juli 2018 yang di fasilitasi oleh Komunitas Gubuak Kopi, mengantarkan saya pada tradisi bakureh. Bakureh yang saya temukan dalam sebuah blog yang mempublikasi Kamus Minang adalah jadi kuli[1]. Lain halnya kalau kita pergi ke Solok. Pertemuan saya dengan beberapa warga di Nan Balimo, Solok, mengantarkan saya pada makna lain dari istilah bakureh. Continue reading

Pertemuan dengan Bakureh

Catatan Observasi Awal bersama Bakureh Project

Tradisi dan budaya memang selalu menarik untuk dibahas mengingat dirinya yang terus berkembang. Sumatera Barat dengan berbagai tradisi yang ada juga memungkinkan siapa saja untuk mendalaminya. Saya yang notabenenya tidak dibesarkan di Ranah Minang, sangat tertarik untuk mempelajari dan mendalami berbagai tradisi-tradisi yang ada. Salah satu tradisi yang akan dibahas dalam salah satu proyek penelitian yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi, yakni Bakureh Project. Proyek ini berupaya mendalami dan mengkaji nilai-nilai yang terkadung dalam tradisi bakureh di Solok, maupun dengan penamaan yang berbeda di daerah lainnya di Minangkabau. Continue reading

Mempertajam Bingkaian Bakureh di Pulau Sawo

Catatan Focus Group Discussion Bakureh Project #1

Setelah pemaparan materi Lokakarya Daur Subur selama satu minggu penuh, sebagai tahap awal dalam rangkaian Bakureh Project, para partisipan mulai mengerucutkan kerangka riset pada masing masing daerah yang mereka pilih untuk didalami nantinya. Riset ini diagendakan selama dua bulan kedepan. Perekembangan riset tersebut akan dibahas secara bertahap melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Kali ini, sembari Komunitas Gubuak Kopi merealisasikan liburan tahunan, sekaligus barayo (berhari raya) bersama di Pulau Sawo, yang juga berdekatan dengan jadwal FGD pertama maka para partisipan diajak sekaligus mengikuti kemping di Pulau tersebut pada 22-24 Juni 2018. Continue reading

Kabar Buruk Dihambaukan

Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa yang kaya akan kegiatan kebudayaan di Indonesia. Budaya masyarakat Minang yang sangat menyukai pesta dapat dilihat dalam kesungguh-sungguhan masyarakat ketika melakukan perayaan-perayaan adat seperti  pernikahan, gotong royong, dan akikah, bahkan kematian pun diselenggarakan dengan berbagai acara besar serta melibatkan masyarakat banyak. Dalam pelaksanaanya, alek nagari biasanya dilakukan secara komunal yang menandakan bahwa nilai gotong royong di daerah tersebut masih sangat tinggi. Salah satu hal yang menarik untuk dibahas dalam tradisi gotong-royong masyarakat Minang yaitu tradisi bakurehContinue reading

Membaca Kembali Bakureh

*Pengantar kumpulan tulisan Bakureh Project #1

Kamis, 7 Juni 2018 lalu, telah selesai dilaksanakannya lokakarya Daur Subur sebagai tahapan awal dari rangkaian Bakureh Project. Pada dasarnya proyek seni ini merupakan proyek seni ke #4 dari Program Daur Subur yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi sejak tahun 2017. Proyek kali ini dipimpin oleh Delva Rahman, salah seorang pegiat media di Gubuak Kopi. Dalam proyek ini Delva melanjutkan temuan Elfa Kiki Ramadhani yang belum sempat dibahas mendalam pada Lokakarya Daur Subur #2 – Lapuak-lapuak Dikajangi, yang digelar September-Oktober 2017 lalu. Delva melihat sejumlah poin menarik dari isu ini, yang kemudian ia usulkan untuk dibahas lebih lanjut dalam bersama Program Daur Subur. Presentasinya kemudian diperkaya dengan masukan teman-teman lainnya di Gubuak Kopi, dan kemudian kita putuskan untuk merancang proyek ini semaksimal mungkin, dan Delva pun juga berhasil menggalang dukungan dari Cipta Media Ekspresi. Continue reading