Author Archives: Muhammad Riski

Muhammad Riski (Solok, 1995), adalah salah satu pegiat seni di Komunitas Gubuak Kopi. Ia menyelesaikan studi di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang (UNP). Selain itu ia juga aktif memproduksi karya seni mural dan stensil. Sebelumnya ia juga aktif menggarap program Minang Young Artist Project. Ia juga tengah sibuk mengelola karakter artist @sayhallo dan menjadi gitaris di band Papan Iklan.

Bararak Bersama Datuak Bandaro Hitam

Minggu, 1 Juni 2018, Bakureh Project kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Markas Komunitas Gubuak Kopi. FGD ini bertujuan untuk mengulas dan memperdalam materi masing-masing partisipan Bakureh Project, yakni sebuah proyek penelitian yang difasilitasi oleh Gubuak Kopi melalui program Daur Subur. Sebuah upaya membaca dan mengkaji kebudayaan masyarakat pertanian di Solok secara khusus, dan Sumatera Barat secara umum. FGD ini diselenggarakan untuk mempertajam sudut pandang mereka dalam membingkai isu. Kita juga mengundang narasumber untuk memberikan pembahasan dan materi.  Continue reading

Buya Khairani: Bakureh adalah Kekuatan Sosial

Di hari ke empat, 4 Juni 2018 Lokakarya Bakureh Project, para mulai mendapat gambaran dan sudut pandang yang beragam dari tradisi Bakureh. Sebelumnya lokakarya ini telah menghadirkan narasumber dari budayawan maupun tokoh adat pelaku bakureh itu sendiri, antara lain, Mak Katik (Budayawan Sumatera Barat) dan Ibu Suarna (Tokoh Adat/Bundo Kanduang). Seperti biasanya, kita selalu mendatangkan narasumber untuk menambah wawasan tentang isu yang tengah diangkat dalam kerangka program pemetaan kultur masyarakat pertanian: Daur Subur, begitu pula dalam agenda bakureh. Pada hari keempat ini kita mendatangkan Buya Khairani, beliau adalah salah satu pemuka adat di Solok. Beliau sering diundang untuk memberi materi atau pandangan tentang adat Minangkabau, baik itu dalam forum-forum, maupun di beberapa radio swasta di Solok. Continue reading

Baburu Partamo

Baburu/berburu merupakan hal yang tidak asing lagi di Sumatera Barat, termasuk di Padang Sibusuk. Aktivitas ini diikuti oleh masyarakat dari berbagai usia, remaja hingga tua. Hari perburuan biasanya jatuh pada hari Rabu sebagai berburu kecil, dan hari Minggu sebagai berburu besar. Tradisi ini berkembang dari/sebagai kebiasaan kolektif masyarakat pertanian di Minangkabau dataran tinggi (bukan daerah pantai), untuk memburu hewan babi atau yang dalam bahasa lokal disebut ciliang, kondiak, dan kandiak. Hewan ini dari dulunya oleh masyarakat disebut sebagai hama pertanian. Kebiasan ini tidak hanya tumbuh sebagai tradisi masyarakat pertanian, tapi kini ia juga berkembang sebagai hobi dan digadangkan sebagai olah raga. Di berbagai daerah di Sumatera Barat, khususnya, Solok, Sijunjung, Batusangkar, Padangpanjang dan lainnya kini muncul organisasi Porbi (Persatuan Olah Raga Buru Babi), yang aktivitasnya antara lain mengorganisir aktivitas berburu bersama. Video ini adalah rekaman suasana berburu di Aia Angek, Kabupaten Sijunjung oleh Riski dan Ade yang baru pertama kali ikut aktivitas berburu. Continue reading

Sawah atau Tambang

Pak Pono adalah salah satu pemilik sawah di Padang Sibusuk, yang sawah di sekelilingnya telah beralih fungsi menjadi area pertambangan emas. Pak Pono juga menyebutkan kalau sawah yang baru ia tanami itu merupakan penaman yang terakhir musim ini. Setelah ini di panen, ia akan segera menjadi area tambang emas pula, menyusul lahan di sekitarnya. Pak Pono sempat ragu mengalih fungsi lahan pertaniannya, melihat kerusakan yang terjadi di sekelilingnya. Tapi ia juga yakin bisa mengatasi persoalan itu, dengan mepersiapkannya. Pak Pono yang juga merupakan pembuat kincir air ini, semakin yakin mengalih fungsi lahannya, mengingat lahan di sekitarnya, yang telah dikeruk itu cukup banyak emasnya. Continue reading

Hari Ketiga di Padang Sibusuk

Catatan hari ke­tiga Lokakarya Daur Subur di Padang Sibusuk

Selasa, 09 Januari 2018 adalah hari ketiga Lokakarya Daur Subur yang diadakan di Padang Sibusuk oleh Gubuak Kopi bersama PKAN. Lokakarya ini mengundang beberapa partisipan dari kelompok dan latar belakang pendidikan yang berbeda, guna memberi keberagaman pandangan dalam membaca isu di Padang Sibusuk. Continue reading

Tradisi Marindu Harimau

Catatan hari keenam lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi dan membaca tradisi marindu harimau bersama Rika Wirandi

Minggu, 24 September 2017 adalah hari ke-6 lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi, yang diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi. Sekitar jam 11.20 siang, para partisipan dan fasilitator siap untuk pergi ke lapangan, mencari data yang dibutuhkan terkait minat isu masing-masing. Kiki, salah satu pertisipan, mencari informasi yang ia butuhkan ke rumah datuak Tan Ali. Beliau adalah salah satu tokoh adat di Solok, atau tepatnya ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Solok. Pada beliau, kiki mencari lebih jauh isu tentang bakureh, yakni tradisi masak bersama yang biasa dilakukan oleh masyarakat KTK untuk sebuah pesta di kampungnya. Baik itu pesta penikahan ataupun pesta yang diselenggarakan oleh pemuda atau pesta adat lainnya. Selain Kiki, Apis dan Zekal pergi ke salah satu sawah yang memiliki alat panggaro (alat untuk mengusir hama burung yang memakan padi). Continue reading

Yang Usang Diperbarui

Catatan hari ketiga lokakarya Lapuak-lapuak Dikajangi

Rabu, 20 September 2017, merupakan hari ketiga lokakarya literasi media yang diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi. Kali ini, kita memajukan jam diskusi menjadi jam 11.20 WIB. Lalu, setelah makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan penjabaran materi ”Pelestarian  Seni Media Trasdi Melalui Platfrom Multimedia” bersama Albert Rahman Putra. Albert merupakan lulusan dari Seni Karawitan, ISI Padangpanjang, yang memiliki ketertarikan dalam pengkajian seni-seni tradisi, terutama dalam melihat kemungkinan perkembangan terkininya sebagai kekuatan sosial. Materi ini pada dasarnya merupakan poin utama dari kegiatan lokakarya ini, sebagai kelanjutkan dari program-program Komunitas Gubuak Kopi sebelumnya. Continue reading

Dinamika Kultur Tani

Sore itu, setelah melihat beberapa aktivitas pertanian di Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok, saya kembali ke kantor Gubuak Kopi. Di sana telah duduk Bapak Elhaqki Effendi. Ia hadir untuk membagi memberi kami sedikit materi dan berbagi pembacaannya tentang perkembangan pertanian di Solok. Sebelumnya, memang kami sudah mengundang beliau untuk mengisi diskusi kali ini, dan Jumat ini adalah hari yang tepat. Bapak Elhaqki atau yang akrab disapa Pak El adalah pernah bekerja di Dinas Pertanian sejak tahun 1976, dan sempat pindah ke Dinas Kehutanan dan Perkebunan, lalu pada 2015 ia pensiun sebagai pegawai Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Continue reading

Bingkaian Daur Subur

Selasa, 20 juni 2017 adalah hari terakhir Lokakarya dengan tema “Kultur Daur Subur” yang dilaksanakan oleh Gubuak Kopi. Kegiatan lokakarya ini melibatkan beberapa orang partisipan yang mewakili kelompok atau komunitasnya masing-masing. Sudah sepuluh hari kita belajar bersama untuk memetakan perkembangan pertanian dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan melalui praktek media kreatif. Tiba pula saatnya para partsipan mempresentasikan hasil risetnya dan apa yang diperoleh selama lokakarya. Setelah sholat Dzuhur, partisipan bersiap untuk presentasi. Continue reading