Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa yang kaya akan kegiatan kebudayaan di Indonesia. Budaya masyarakat Minang yang sangat menyukai pesta dapat dilihat dalam kesungguh-sungguhan masyarakat ketika melakukan perayaan-perayaan adat seperti pernikahan, gotong royong, dan akikah, bahkan kematian pun diselenggarakan dengan berbagai acara besar serta melibatkan masyarakat banyak. Dalam pelaksanaanya, alek nagari biasanya dilakukan secara komunal yang menandakan bahwa nilai gotong royong di daerah tersebut masih sangat tinggi. Salah satu hal yang menarik untuk dibahas dalam tradisi gotong-royong masyarakat Minang yaitu tradisi bakureh. Continue reading
Tag Archives: Daur Subur
Kesenian sebagai Media Pelestarian
Rabu, 6 Juni 2018 merupakan hari ke-enam Lokakarya Bakureh Project. Pagi ini setelah Sahur, beberapa partisipan lokakarya yang didampingi fasilitator berangkat menuju ke Nagari Kinari untuk mengikuti kegiatan ‘bakureh’ atau masyarakat lokal di sana menyebut membantai. Saat itu kawan-kawan partisipan melakukan observasi lapangan ke sana, seperti yang direkomendasikan oleh salah seorang fasilitator yang kebetulan sekali putra daerah Kinari. Kampung ini berjarak tempuh kurang lebih setengah jam dari pusat lokakarya atau Kantor Komunitas Gubuak Kopi. Continue reading
Gotong Royong, Perempuan, dan Kesenian
Selasa, 5 Juni 2018, hari kelima pelaksanaan Lokakarya Bakureh Project dan merupakan hari kedua bagi para partisipan melaksanakan kegiatan observasi ke lapangan untuk mendalami isu-isu yang berkaitan dengan bakureh. Sebelum para partisipan kembali turun ke lapangan kita mengajak partisipan berdiskusi atau memahami kembali mengenai Program Daur Subur yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi. Diskusi ini dipandu oleh Delva Rahman selaku ketua fasilitator, ia menjelaskan Daur Subur sebagai upaya membaca peta kebudayaan agraria dan kepedulian terhadap lingkungan hidup di Sumatera Barat melalui platform multimedia. Seperti mengajak pengguna teknologi smartphone untuk memanfaatkan “alat”nya dan perkembangan fitur terkininya guna mengawal dan mengarsipkan kebudayaan pertanian kini dan lampau. Serta mengembangkan praktek seni sebagai metode penelitiannya. Continue reading
Buya Khairani: Bakureh adalah Kekuatan Sosial
Di hari ke empat, 4 Juni 2018 Lokakarya Bakureh Project, para mulai mendapat gambaran dan sudut pandang yang beragam dari tradisi Bakureh. Sebelumnya lokakarya ini telah menghadirkan narasumber dari budayawan maupun tokoh adat pelaku bakureh itu sendiri, antara lain, Mak Katik (Budayawan Sumatera Barat) dan Ibu Suarna (Tokoh Adat/Bundo Kanduang). Seperti biasanya, kita selalu mendatangkan narasumber untuk menambah wawasan tentang isu yang tengah diangkat dalam kerangka program pemetaan kultur masyarakat pertanian: Daur Subur, begitu pula dalam agenda bakureh. Pada hari keempat ini kita mendatangkan Buya Khairani, beliau adalah salah satu pemuka adat di Solok. Beliau sering diundang untuk memberi materi atau pandangan tentang adat Minangkabau, baik itu dalam forum-forum, maupun di beberapa radio swasta di Solok. Continue reading
Metode Penelitian hingga Bundo Kanduang
Minggu, 3 Juni 2018, sebelumnya Delva Rahman mengumumkan siang itu seharusnya kita ada kegiatan observasi lapangan untuk mencari isu terkait Bakureh. Lalu ada sedikit perubahan karena kebetulan terkendala listrik dan air yang mati dan untuk agenda ke lapangan diundur dari jadwal awal. Kami dan partisipan berisiniatif ke Taman Bidadari. Jadwal observasi digantikan dengan pendalaman materi metode penelitian bersama Albert Rahman Putra. Continue reading
Dua Hari Mengintip Bakureh Project
1 Juni 2018, tujuh orang partisipan telah hadir di Gubuak Kopi, turut bersama kita beberapa orang fasilitator maupun relawan yang akan terlibat di Lokakarya Bakureh Project. Para partisipan yang datang dari beragam kota dan latar belakang pendidikan ini, berkenalan bersama fasilitator dan yang lainnya. Siang itu, mereka disambut oleh Albert Rahman Putra selaku ketua Komunitas Gubuak Kopi dan Delva Rahman selaku pimpinan proyek, yang sekaligus membuka kegiatan ini. Setelah pembukaan, semuanya beristirahat, dan dilanjutkan pukul 13.30, dengan sesi kelas bersama Albert. Continue reading
Mak Katik: Melihat Bakureh dalam Sastra
Pada hari kedua lokakarya Bakureh Project ini, partisipan memulai aktivitas seperti yang sebelumnya, dengan sahur bersama. Selanjutnya aktivitas kita mulai jam 11 pagi, seperti yang sudah diagendakan, agenda hari ini adalah materi kebudayaan Minangkabau oleh Musra Dharizal Katik Jo Mangkuto, atau yang biasa kami kenal dengan Mak Katik. Mak Katik adalah salah satu budayawan Minangkabau, dan juga sering diundang untuk mengajar terkait kebudayaan Minangkabau di sejumlah kampus seperti di Universitas Andalas (Unand), Malaysia, Hawai, dan lainnya. Dan malamnya dilanjutkan dengan menonton filem The Hidden Fortes (Akira Kurosawa, 1985). Continue reading
Mengawali Bakureh dengan Mengenal Media
Pada awal Juni 2018 ini, Komunitas Gubuak Kopi kembali menggelar sebuah proyek seni, kali ini bertajuk “Bakureh Project”. Proyek ini diprakarsai oleh Delva Rahman sebagai bagian dari program Daur Subur. Program ini digagas oleh Gubuak Kopi sejak tahun 2017, sebagai upaya pengembangan media berbasis komunitas dalam membaca dan memetakan kultur masyarakat pertanian di Sumatera Barat. Proyek yang didukung oleh Cipta Media Ekspresi mencoba mendalami tradisi bakureh, sebuah tradisi gotong royong memasak di Solok. Continue reading
Partisipan Bakureh Project
Dimulai awal Juni hingga pertengahan Agustus 2018 nanti, Gubuak Kopi melalui program pengarsipan dan pemetaan kultur masyarakat pertanian: Daur Subur, menggelar sebuah agenda khusus bertajuk Bakureh Project. Proyek ini merupakan bagian dari studi nilai-nilai kebudayaan lokal, serta membaca posisi perempuan dalam tatanan sosial masyarakat matrilineal Minangkabau. Penelitian ini diupayakan melalui penelusuran terkait tradisi gotong-royong memasak di Minangkabau, atau dalam lingkup Solok tradisi ini disebut bakureh. Continue reading
Pengantar Bakureh Project
Bakureh Project adalah sebuah studi nilai-nilai kebudayaan lokal melalui tradisi “masak bersama”. Bakureh secaha harfiah dalam Bahasa Indonesia berarti ‘berkuli’, namum dalam konteks ini defenisi bakureh merujuk pada ‘gotong-royong masak’ yang dikomandoi oleh ibu-ibu dalam satu kampung. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu, namun, dalam kondisi tertentu juga terbuka pada keterlibatan laki-laki. Ia hadir dalam konteks pesta nagari (kampung), seperti pernikahan, pengangkatan pimpinan adat di tingkat nagari, upacara kematian, perayaan panen, dan lainnya.
Continue reading