Albert Rahman Putra, biasa disapa Albert, adalah seorang penulis, kurator, dan pegiat budaya. Merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, dengan fokus studi pengkajian seni karawitan. Dia adalah pendiri Komunitas Gubuak Kopi dan kini menjabat sebagai Ketua Umum. Albert aktif sebagai penulis di akumassa.org. Ia juga memiliki minat dalam kajian yang berkaitan dengan media, musik, dan sejarah lokal Sumatera Barat. Manager Orkes Taman Bunga. Tahun 2018 bersama Forum Lenteng menerbitkan buku karyanya sendiri, berjudul Sore Kelabu di Selatan Singkarak. Ia merupakan salah satu kurator muda terpilih untuk program Kurasi Kurator Muda yang digagas oleh Galeri Nasional Indonesia, 2021.
Kota Solok merupakan
bagian dari wilayah budaya Minangkabau. Secara spesifik Solok adalah salah satu
nagari yang tergabung dalam konfedarasi Kubuang Tigo Baleh. Koalisi 13 nagari
dengan visi dan sejumlah kesepakatan adat yang hampir sama. Kini anggota Kubung
Tigo Baleh lainnya secara administratif tergabung di Kabupaten Solok.
Taman Bidadari adalah salah satu dari belasan taman publik di Kota Solok. Taman ini memiliki desain bangunan fisik yang cukup menarik, namun sepi pengunjung. Saat ini banyak fasilitasnya sudah mulai rusak dan tidak ada penjagaan. Setiap sore, biasanya beberapa warga membawa anjing berburunya untuk santai di sini.
Kuis Iringan Musik (KIM) atau sering juga disebut-sebut sebagai Kesenian Irama Minang/Melayu, adalah salah satu skema pertunjukan musik pop lokal yang cukup populer di Sumatera Barat. Dalam pertunjukan ini vokalis akan melantunkan dendang dengan teks yang cukup fleksibel, menyesuaikan dengan angka-angka yang muncul dari tabung yang ia kocok. Lalu si pedendang akan memilih diksi yang memiliki kesemaan bunyi dalam baik-bait dendangnya. Penonton kemudian akan menandai angka yang disebutkan ke dalam kupon yang telah ia miliki. Lalu, jika semua angka yang muncul melengkapi satu baris dalam kupon, maka ia berhak mendapat hadiah.
Belakangan, di media muncul kembali banyak pernyataan yang tidak menyukai permainan seperti panjang pinang, pacu karung, pukul bantal, dan berbagai jenis permainan yang biasa kita mainkan para perayaan kemerdekaan. Biasanya muncul dengan kalimat, bahwa itu tradisi yang dibangun penjajah untuk merendahkan kita. Terutama sejak berita mengenai pemerintah kota di Aceh melarang permainan ini. Konteks yang hampir mirip pernah saya temui di Jujuhan, Muaro Bungo, kala pengusaha tambang batu bara menyelenggarakan pesta untuk para buruhnya, berupa panjang pinang dan nonton orgen. Tapi saya kira mereka tidak melakukannya dengan terpaksa, barang kali memang menginginkan hadiah, unjuk kebolehan, bersenang-senang, dan lainnya. (Baca juga: Bagai Pinang Dipanjat Pemuda, 2014; Pesta Pemuda, 2014; dan Nonton Orgen, 2014)
lebaran di Solok – Suasana Jalan Pandan, dua hari mejelang Lebaran Idul Fitri 1440. Sekitar Pukul 23.00 WIB, biasanya kota kecil yang tidak begitu jauh dari Kota Padang ini, tidak begitu ramai setelah pukul 22.00. Tapi, sejak 10 tahun terakhir, memang Jalan Pandan, selalu menjadi pusat belanja malam di bulan Ramadhan. Biasanya akan ramai penjaja makanan, baju lebaran, mainan, dan lainnya. Sementara hari-hari biasa dipenuhi oleh penjaja kuliner. Puncak keramain Jalan Pandan diperkirakan akan terjadi besok. Seperti pada tahun sebelumnya, aktivitas kendaraan di Jalan Pandan akan ditutup dan hanya bjsa diakses pejalan kaki.
Selamat lebaran.
Vlog by @albertrahmanp @volta.jonneva Solok, 3 Juni 2019
Sabtu, 19 Januari 2019 lalu, dari Solok saya berangkat ke Bengkulu dengan Bus SAN. Memang sejak awal saya sudah merancang perjalanan ini akan sedikit panjang dan berpindah-pindah, jadi sebisa mungkin membawa barang tidak terlalu ribet. Hanya bawa satu ransel dan totebag.
Basilek dalam Saruang (Bermain Silek dalam Kain Sarung) adalah salah satu tingkatan metode latihan di sasaran (perguruan) silek Sinpia. Sewaktu-waktu, kain sarung yang sangat akrab dengan pemuda Minang bisa saja menjadi alat atau senjata. Seorang pandeka dengan kain sarung menyerang lawannya, mengalungkan sarung pada lawannya dan melanjutkan silek dalam ruang yang sangat terbatas itu.
Di Sinpia, seorang pendekar dituntut untuk dapat menggunakan benda apapun untuk melindungi diri, seperti kain sarung yang diperlakukan setara dengan senjata konvensional lainnya. Sinpia adalah salah satu sasaran silek yang cukup aktif di Solok, beberapa waktu lalu, dalam agenda riset Lapuak-lapuak Dikajangi #2, kami berkesempatan menyimak proses latihannya.
Silek Sinpia sebenarnya bukanlah perguruan yang asing bagi kami, selain ia memang cukup dikenal di Solok, pada Lapuak-lapuak Dikajangi #1 kita juga pernah beberapa kali datang ke sini. Perguruan Silek Sinpia bertempat di Sinapa Piliang, sinpia adalah akronim dari nama daerah itu, selain itu memang sinpia atau simpia juga nama salah satu gerak dalam silek.
Catatan Editorial Buku Kumpulan Tulisan: Bakureh Project
Masih terus terngiang di ingatan kita, seorang dokter dipersekusi karena cuitannya di media sosial. Lalu, tak lama, postingan itu tersebar–baik itu berupa hasil screenshoot ataupun di-share ulang–dengan tambahan kalimat oleh sejumlah akun, yang kemudian menggerakan beberapa orang ikut menghujat si dokter. Sejumlah kelompok yang mengaku organisasi Islam mendatangi si dokter. Memaksa si dokter meminta maaf, dengan segala teror yang tidak mereka akui. Intervensi sampai ke tempat kerjanya, bahkan menurut si dokter, teror juga menimpa anaknya yang masih duduk di sekolah dasar. Continue reading →