Monthly Archives: November 2018

Andalas Film Festival 2018

Ini adalah kali kedua, Gubuak Kopi terlibat dalam pesta filem yang digagas oleh Metasinema – Fakultas Ilmu Budaya – Universitas Andas (FIB – UNAND). Sebelumnya perayaan ini bernama Andalas Film Exhibition (AFE), dan tahun ini berganti nama menjadi Andalas Film Festival (AFFest). Tahun ini, dua anggota Gubuak Kopi yakni Albert Rahman Putra, dipercaya sebagai juri filem untuk keseluruhan kategori; dan Delva Rahman, sebagai kurator dalam sesi kurasi filem kompetisi. Pada perayaan AFF tahun yang berlangsung pada 22-26 Oktober 2018 ini, penyelenggara mengangkat tema, yang diambil dari salah satu judul cerpen A. A Navis (1963): Bertanya Kerbau Pada Pedati.

Continue reading

Mengumpulkan Narasi-narasi Observasi

Catatan Proses Residensi Lapuak-lapuak Dikajangi #2

Malam itu (19/11/2018) hari kelima residensi, para partisipan Lapuak-lapuak Dikajangi #2 berkumpul untuk berdikusi dan saling meng-update temuan-temuan observasi selama beberapa hari ini. Berdasarkan lokasi, malam itu ada dua cerita perjalanan dari teman-teman partisipan. Cerita pertama itu dari rombongan yang berangkat ke Kinari. Sebuah kampung kecil di Kabupaten Solok, dengan durasi tempuh sekitar 30 menit dari markas Gubuak Kopi. Rombongan ini terdiri dari Asti, Dewi, Ragil, Jatul, Hafiz, dan dipandu oleh Volta. Continue reading

Memaknai Ingatan Berproses

Cerita pasca residensi-Bakureh Project

Seminggu sudah berselang sejak penutupan Pameran Bakureh Project, namun euforia pameran itu masih terasa. Wajar saja, sebab itu adalah pameran pertama saya. Hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Saya ingat, bagaimana malam pertama saya kembali ke Solok untuk mempersiapkan pameran membuat saya melankolis. Saya masih tidak menyangka, saya dan keenam teman Pendekarwati Daur Subur, bisa bertahan hingga detik-detik terakhir itu. Padahal, ada banyak dilema yang harus kami hadapi, yang tak jarang membuat kami lelah dan ingin menyerah. Menilik ke hari-hari saya berjuang meriset tradisi bararak di Solok, menyadarkan saya bahwa meneliti yang sebenar-benarnya meneliti, ternyata tidak “segampang” menulis skripsi. Percayalah! Ada beragam cobaan dan hambatan, yang datang dari mana-mana, tak terkecuali dari dalam diri sendiri. Continue reading

Lapuak-lapuak Dikajangi #2

“Lapuak-lapuak Dikajangi” adalah sebuah perhelatan dari kegiatan studi pelestarian tradisi melalui platform multimedia. Kegiatan ini pertama kali digagas oleh Gubuak Kopi melalui program Lokakarya Daur Subur pada tahun 2017, sebagai rangkaian presentasi publik dalam membaca tradisi masyarakat pertanian. Presentasi publik ini dihadirkan dalam bentuk kuratorial pertunjukan dan open lab/pameran multimedia. Mengingat banyaknya isu-isu kesenian tradisi yang belum terbicarakan dengan baik – dalam konteks sekarang, serta menyadari isu ini akan terus berkembang, maka kegiatan ini diagendakan setiap tahunnya, yang secara khusus mempelajari nilai-nilai seni tradisi itu sendiri, dan menjembatani pengembangannya dalam kerja seni media. Continue reading

Kami Pai Damai

Polisi dan tentara akhir-akhir ini menjadi tidak asing oleh masyarakat Batu Bajanjang dan sekitarnya. Sejak penolakan warga terhadap proyek Geotermal dan upaya keras pengandil proyek untuk masuk, sering kali memicu kemarahan. Aparat keamanan yang hadir, bagi warga tidak menunjukan keberpihakan kepada kepentingan warga, melainkan menanggap warga berbahaya. Dari sejumlah cerita warga, tidak sedikit warga yang akhirnya merasa sendirian, menyadari pelindung dan pelayan masyarakat yang dinaungi negara tidak membantu mereka menghadapi ancaman yang datang ke kampung halamannya. Proyek geotermal seperti yang telah dirilis oleh WALHI Sumbar dan LBH Padang berpotensi pada kerusakan lingkungan di sekitaran proyek. Continue reading

Menyimak Proses Kreatif Untempang Club

Untempang Club adalah sekelompok remaja yang sedang mengikuti workhsop di Komunitas Gubuak Kopi. Mereka datang ke sini sejak awal Oktober lalu, terdiri dari enam orang siswi SMA N 1 Solok yang aktif dan ceria, antara lain Fauziah Halfi (Puji), Sekar Komala (Sekar), Nurul Wulan (Wulan), Ummulhanna (Hana), Ilmi Hafizah  (Ilmi), dan Hanif latifah (Latif). Continue reading

Tolak Bala

Tolak Bala adalah tradisi yang biasa dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau pada masa lampau untuk berdoa agar pertanian mereka mendapat hasil yang baik dan tercegah dari hama maupun hal-hal yang merusak lainnya. Pada Mei 2018 lalu, sebagian besar masyarakat Batu Bajanjang, Solok, melakukan tradisi ini merespon rencana proyek Geotermal di kampung halaman mereka. Proyek ini menurut sejumlah pakar lingkungan dan hukum seperti WALHI dan LBH berpotensi untuk merusak lingkungan sekitar dan lahan pertanian, selain itu juga berdampak pada munculnya konflik sosial di kalangan warga, maupun pihak perusahaan. Continue reading

Project Berakhir, Berliterasi Tidak Pernah Usai

Refleksi pascaBakureh Project

Perjuangan dan pengelanaan tiga bulan terakhir ini terbayar tunai kala tulisan kami, para peserta “Bakureh Project” rampung dan diluncurkan pada sore itu di tanggal 27 September 2018. Lebih kurang tiga puluh orang dari berbagai latar belakang hadir pada kesempatan tersebut, mulai dari mahasiswa/i, dosen, bahkan ninik mamak juga ikut serta menjadi saksi peluncuran buku para pendekarwati. Pendekarwati, begitulah kawan-kawan di Gubuak Kopi memanggil kami. Berkutat dengan tulisan bukanlah hal mudah bagi saya, pun demikian oleh keenam pendekar lainnya. Continue reading

Dulu Kini Bersama Orkes Taman Bunga

Dulkinhe adalah salah satu lagu ciptaan Orkes Taman Bunga yang mengajak kita mengamati lagi kebiasaan-kebiasaan yang pernah menubuh pada diri kita, yang sangat berkaitan dengan perkembang teknologi bermedia. Malam itu, di Pembukaan Pagelaran Seni Multimedia: Lapuak-lapuak Dikajangi #2, Orkes Taman Bunga mengajak kita menari-nari menertawakan kebiasaan kita bersama.

Vlog by @joe.datuak
Solok, 1 November 2018