Makassar Biennale adalah perhelatan per-dua tahun yang diselenggarakan oleh Yayasan Makassar Biennale dan Tanah Indie di Sulawesi Selatan. Perhelatan ini mengusung tema Maritim: Sekapur Sirih, sebuah upaya menggali aspek pengetahuan lokal, khususnya mengenai pangan dan pengobatan dalam arti yang lebih luas. Dalam MB 2021, Komunitas Gubuak Kopi (Albert Rahman Putra dan Biahlil Badri) terlibat sebagai seniman residensi, narasumber forum dan diskusi.
Pada Akhir Oktober 2021, Komunitas Gubuak Kopi menggelar kembali kegiatan Daur Subur yang sudah dikembangkan sejak tahun 2017. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengembangan media berbasis komunitas dalam membaca dan memetakan isu pertanian dan lingkungan hidup, serta narasi warga dalam ruang lingkup dan budaya lokal.
Memasuki hari ketiga residensi Daur Subur, saya bersama teman-teman Komunitas Gubuak Kopi melakukan perjalanan singkat ke beberapa tempat, kali ini menuju beberapa kedai kopi yang ada di Kota Solok. Meskipun terkendala cuaca yang gerimis, saya bersama dengan Biki dan Irvan terus menunggu sampai hujan mereda. Hingga pukul 13.15 WIB kami segera bergerak dari Rumah Tamera, markas Gubuak Kopi, menuju Naluri Coffee untuk bertemu pemiliknya, Ari. Sampai di sana ia telah menunggu kedatangan kami. Biki kemudian menjelaskan masksud sore itu, bahwa Daur Subur sedang mengumpulkan wadah tambahan untuk kompos, yang nantinya akan dibuat bersama warga Kampung Jawa. Kemudian setelah perbincangan singkat itu kami membawa sekitar 10 box bekas ice cream. Perjalanan pun dilanjutkan menuju Satu Satu Sembilan Coffee, bertemu Asep yang menyambut hangat kedatangan kami, mereka menyumbangkan 7 box serupa. Jadilah Saya, Biki dan Irvan membawa total 17 box bekas ice cream dengan gembira.
Jumat, 10 September 2021 lalu, Art Identity kedua dengan tema besar: Kultur Pangan resmi dimulai. Art Identity adalah perhelatan seni media tahunan yang digagas oleh Tangsel Creative Foundation. Kegiatan ini terdiri dari lokakarya, bincang seni, dan pameran. Pembukaan ini diselenggarakan secara virtual melalui platform zoom dan disiarkan melalui kanal YouTube Budaya Saya.
Sejak 2017 lalu, Komunitas Gubuak Kopi menginisiasi proyek Daur Subur, sebuah platform kolaborasi dan jaringan kerja untuk membaca kebudayaan masyarakat pertanian di Sumatera Barat. Pembacaan ini mencoba memetakan kembali dan mengumpulkan aspek pengetahuan kearifan lokal, untuk merespon persoalan hari ini, terutama terkait wacana ketahanan pangan dan diskusi publik mengenai warga yang berdaya.
Tahun ini Daur Subur mengusung lokakarya di lingkup Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Membaca inisiatif-inisiatif warga, persoalan ketahanan pangan, sirkulasi air dan sampah, pengetahuan mengenai tanaman, serta fenomena terkait Daur Subur lainnya di tengah-tengah warga.
Lokakarya ini diikuti oleh 10 partisipan, yakni: Alif Ilham Fajriadi dari LPM Suara Kampus, Padang; Khairul Hatta dari Padang Panjang; Lingga dari Padang; Nanda dari Surau Tuo, Bukittinggi; Arfan Nanda dan Salistio Erisa Putra dari Solok; Amelia Putri, Noura Arifin, dan Alfin Zernindo Prima dari Orangufriends Padang; dan Alfi Syukri dari Sekolah Gender, Padang.
Lokakarya ini berlangsung selama 12 hari, 30 Mei – 10 Juni 2021, dengan menerapkan protokol kesehatan. Lokakarya ini menghasilkan 10 artikel panjang dan ditindaklanjuti dengan kolaborasi pengelolaan taman warga RW 06 yang diisi dengan berbagai tanaman sumbangan warga.
Ini adalah hari ke-8 dari Lokakarya Daur Subur di Kampung Jawa. Seperti hari sebelumnya, partisipan akan langsung ke lokasi riset mereka masing-masing sedari bangun tidur. Kemudian akan kembali ke Rumah Tamera pada jam makan siang. Banyak hal-hal menarik yang ditelusuri partisipan di Kampung Jawa, khususnya di RW 6. Alfi misalnya, ia terus berkeliling dan menemukan berbagai jenis peliharaan dan ternak warga sekitar untuk diketahui dan pelajari. Aldo, berjalan sendirian menemukan aliran-aliran air pada sawah, ladang, dan pemukiman warga. Arfan, juga tertarik pada kondisi bangunan tinggi yang terletak di belakang Rumah Tamera, yakni rusunawa. Begitu juga pada Nanduik, Hatta, Nora, Amel, dan Alif mereka terus berjalan menemukan bagian-bagian menarik di sini, di Kampung Jawa, Solok.
Jumat, 04 Juni 2021, lokakarya Daur Subur di Kampung Jawa memasuki hari keenam. Hari ini para partisipan mengatur sendiri jadwalnya. Amelia Putri, pagi itu menepati janjinya untuk ikut memasak di dapur “Snack 88” milik Ibu Leni. Mengalami menjadi proses penting dari lokakarya ini. Melihat langsung, terlibat, dan merasakan atmosfernya. Begitu juga Noura Arifin, pagi itu ia juga langsung menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) regional Kota Solok. Bersama orang-orang yang bekerja di sana ia membersihkan sejumlah botol untuk di jual kembali ke Bank Sampah, yang kemudian akan diteruskan pada pengepul besar untuk diolah menjadi bentuk baru. Ia ingin mengetahui bagaimana sirkulasi sampah di Kota Solok ini dan Amel ingin menelusuri model pengolahan tanaman lokal oleh warga RW 06 Kelurahan Kampung Jawa, Solok. Begitu juga dengan 8 partisipan lokakarya lainnya, melanjutkan penelusurannya, dan tiap malam kami selalu siap untuk mendengarkan cerita-cerita menarik dari teman-teman ini.
Komunitas Gubuak Kopi sedang melakukan kegiatan lokakarya Daur Subur #6 di Kampung Jawa, Kota Solok. Kegiatan ini sudah sering dilakukan oleh Komunitas Gubuak Kopi, kali ini kegiatannya dimulai pada Minggu, 30 Mei 2021. Kegiatan ini diikuti oleh 10 partisipan, diantaranya, Nanda dari Surau Tuo Bukittinggi, Alif Ilham Fajriadi dari LPM Suara Kampus, Arfan dan Tio dari Universitas Bung Hatta, Amel, Noura dan Aldo dari Orang UFriends Padang, Alfi dari Sekolah Gender dan saya sendiri dari Padangpanjang.
Hari ke-4 (2/06) kegiatan lokakarya Daur Subur di Rumah Tamera mulai dilakukan siang, pukul 12 kurang. Kami dibekali dengan buku berjudul “Sore Kelabu di Selatan Singkarak” (Forum Lenteng, 2018). Buku ini kami simak bersama, satu orang membaca dan yang lain mendengar. Dimulai dari Alif, salah satu partisipan Daur Subur, ia membacanya dengan suara yang lantang agar partisipan lainnya bisa mendengar dengan baik dan lebih efektif. Teman-teman lainnya menyimak dengan mencari bacaan tersebut di media. Buku kumpulan tulisan Sore Kelabu di Selatan Singkarak memiliki 5 judul yang telah rilis di media online. “Sekali Air Besar, Sekali Tepian Berubah” adalah yang sedang kami baca dan simak.
Solok (3/6) Lokakarya Daur Subur #6 yang diadakan Komunitas Gubuak Kopi di Rumah Tamera memasuki hari ke-4. Sejumlah partisipan mengikuti materi lanjutan yang dipresentasikan oleh peserta itu sendiri. Sebenarnya ada sepuluh orang, namun karena dua orangnya ada keperluan mendesak ke Padang, untuk hari ini kami melanjutkannya delapan orang saja.