About Project
“Lapuak-lapuak Dikajangi” adalah sebuah perhelatan dari kegiatan studi pelestarian tradisi melalui platform multimedia. Kegiatan ini pertama kali digagas oleh Gubuak Kopi melalui program Lokakarya Daur Subur pada tahun 2017, sebagai rangkaian presentasi publik dalam membaca tradisi masyarakat pertanian. Presentasi publik ini dihadirkan dalam bentuk kuratorial pertunjukan dan open lab/pameran multimedia. Mengingat banyaknya isu-isu kesenian tradisi yang belum terbicarakan dengan baik – dalam konteks sekarang, serta menyadari isu ini akan terus berkembang, maka kegiatan ini diagendakan setiap tahunnya, yang secara khusus mempelajari nilai-nilai seni tradisi itu sendiri, dan menjembatani pengembangannya dalam kerja seni media.
Tahun ini, kita menghadirkan Lapuak-lapuak Dikajangi sebagai rangkaian kegiatan kolaborasi seni media dalam membaca nilai-nilai tradisi “silek”. Pada minggu pertama para partisipan diajak untuk mengikuti kuliah umum mengenai tradisi silek, observasi, dan bertemu beberapa perguruan/narasumber silat. Minggu berikutnya, para partisipan mendiskusikan ketertarikan isu, memproduksi karya, dan berpameran.
Lapuak Lapuak Dikajangi is the event of studying activity on preservation tradition through multimedia platform. This activity was initiated by Gubuak Kopi through workshop on Daur Subur program in 2017, as a sequence of the public presentation at looking tradition on agriculture society. This public presentation was presented with the form of performance curatorial and open laboratory. Multimedia exhibition. Considering the many issues of traditional art that has not been discussed well – in the current context, also realise the spread of the issues, this activity is scheduled annually, especially learning on art and that own traditional values, and associated the developing on media artwork.
This year, we present Lapuak-lapuak. As a series of media art collaboration activities in reading the traditional values of “silek”. In the first week, the participants were invited to take part in a public lecture on the tradition of “silek”, observation, and meet several institutions / silat speakers. The following week, participants discussed issues of interest, produced works, and exhibited.
Abstract
Silat bukanlah hal yang asing lagi bagi kita di Sumatera Barat, bahkan Nusantara. Ia hingga saat ini masih dapat kita temukan dengan ragam peruntukannya. Perkembangan ini sejalan dengan dinamika kebudayaan secara umum di Sumatera Barat sendiri, yang menuntut penyesuaian-penyesuaian, penyederhanaan, dan perubahan lainnya. Dalam sudut pandang tertentu silat juga dibaca sebagai eksistensi sebuah kelompok budaya, ideologi, pendidikan muatan lokal, dan juga sebagai agenda pariwisata.
Bagi masyarakat Minangkabau khususnya, silat secara tradisi dilihat sebagai lembaga pendidikan karakter, yang di dalamnya meliputi olah raga, olah rasa, olah pikiran, dan lainnya. Di Minangkabau dulunya silat berkembang secara intim, dari paman pada keponakannya, di sudut halaman, atau di belakang rumah. Ia kemudian berkembang sebagai kesenian, cabang olah raga umum, atraksi, sastra, dan sebagainya. Tidak jarang pengembangan ini mengarah pada penyederhanaan silat itu sendiri, baik itu atraksi pariwisata semata, olah raga bela diri, pawai, ataupun aktivitas sebatas fisik lainnya. Kemudian untuk mempertegas posisi silat sebagai dasar dari pendidikan karakter, beberapa pegiat budaya mengemukakan termiologi “silek” sebagai alternatif untuk memahami “silat” dalam prespektif ideal masyarakat Minangkabau.
Dalam praktek ‘pelestarian’ ini, kita berharap dapat membicarakan silek dari sudut pandang yang lebih segar, dan tidak terjebak pada aksi “memajang barang antik” semata. Untuk itu kita mengundang keterlibatan sejumlah seniman, komunitas, budayawan, dan akademisi untuk memaknai ulang silek dalam konteks sekarang, meresponnya dalam ragam medium, maupun mengembangkannya sebagai landasan eksperimentasi bahasa kesenian, dengan tetap sadar akan nilai-nilai tradisi, sejarah, dan perkembangan kontemporernya.
Silat is no strange for us in West Sumatra, even in Nusantara. Until now, we can still find the various designations of Silat. This development is in line with the general cultural dynamics in West Sumatra itself, which demands adjustments, simplifications and other changes. In a certain point of view, silat also read as the existence of a cultural group, ideology, local content education, even as a tourism agenda.
Especially for society in Minangkabau, Silat on traditionally is seen as an institution character education, which includes sports, feeling, mental process, and others. In Minangkabau formerly martial arts developed intimately, from uncles to nephews, in the corner of the yard, or behind the house. Silat then formed as an art, general sport, attraction, literature, and so on. Not infrequently this development leads to the simplification of martial arts itself, whether it’s just tourism attractions, martial arts, parades, or other physical activities. Then to emphasise the position of silat as the basis of character education, some cultural activists put forward the terminology of “silek” as an alternative to understanding “silat” in the ideal perspective of Minangkabau society.
In this ‘preservation’ practice, we hope to discuss silek from a contemporary perspective, and not be trapped in the mere act of “displaying antiques”. For that we invite the involvement of a number of artists, communities, cultural observers and academics to reinterpret silek in the current context, respond to it in a variety of mediums, and develop it as the basis for the experimentation of the arts language, while being aware of the values of tradition, history and contemporary development.
Participants
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Solok
Komunitas Gubuak Kopi
Jl. Tembok Raya, No. 322, RT 01/RW 03
Kelurahan Nan Balimo, Kecamatan Tanjung Harapan, Solok, Sumatera Barat.
Tlp.+62 813-6543-9027 (Delva)
Ig: @gubuakkopi // @solokmilikwarga
Fb: Komunitas Gubuak Kopi // Solok Milik Warga
www.gubuakkopi.id
Catatan Proses
Pameran
Gubuak Kopi – Art and Media Studies
Kerja Sama // Collaboration
Direktorat Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan * Platform Indonesiana * Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat * Pemerintah Daerah Kota Solok
Mitra Festival // Festival Partner
Silek Arts Festival 2018