Anak Aliah Adalah sebuah karya musik yang merespon fenomena musikal pada kesenian indang tradisi di Gantuang Ciri, Solok. Istilah Anak Aliah sendiri diambil dari salah satu peran/personel dalam tradisi tersebut, yang bermain secara eksploratif, tidak dengan motif dan pola ritme yang baku. Ia mengikuti, mengisi, dan mengimbangi dinamika permainan peran instrumen lainnya, yang bermain dalam ritme dan tempo terarah.
Continue readingTag Archives: Sumatera Barat
Kembara Bukit Barisan
“Not all those who wander are lost”
(tidak semua pengembara akan tersesat)
Demikian kata Jhon Ronald Ruel Tolkien, seorang penulis novel asal Britania Raya yang menulis The Hobbit dan The Lord of the Rings. Mungkin kalimat ini berlaku bagi seorang yang bersungguh-sungguh dalam pencariannya. Kalaupun tersesat, dia akan bertemu sesuatu yang tidak merugikan. Namun apakah kita harus mengembara?
Continue readingMeminjam Mata Raffles (Bagian II)
Sambungan dari Meminjam Mata Raffles (Bagian I)
Setelah berhasil menuruni dataran tinggi Simawang tujuan selanjutnya adalah Ibukota Minangkabau dengan jarak 12 mil dengan menghabiskan waktu 5 jam berjalan. Sembari berjalan Raffles dan rombongan banyak menemukan tambang-tambang emas yang sudah lama dipergunakan, terbukti dengan banyaknya pondok untuk istirahat.
Continue readingMeminjam Mata Raffles (Bagian I)
Beberapa hari terakhir, terkait studi kebudayaan melalui aktivitas perdagangan dan jalur transportasi yang diinisasi oleh Gubuak Kopi, kami membaca sejumlah arsip yang ditulis para petualang ke Sumatera Barat. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah Sir Thomas Stamford Raffles. Sebelum merunut kembali perjalanannya, perlu kita sadari bahwa ia adalah seorang Inggris yang memiliki ketertarikan dalam persoalan kebudayaan dan pengatahuan lokal. Salah satu penelitiannya yang cukup terkenal terkait nusantara adalah The History of Java. Dan lanjutnya ia berpetualang ke negeri Melayu Minagkabau pada awal Juli tahun 1818. Raffles bersama istrinya dan juga seorang Naturalis yaitu Dr. Horsfield, serta rombongannya.
Continue readingSetapak Penghubung Niaga
Sebuah meja besar yang panjang melintang di tengah ruangan, di sekelilingnya telah tersusun kursi-kursi dengan rapi. Kursi-kursi itu siap untuk diduduki seperti meja-meja yang digunakan ketika rapat di perkantoran. Siang hari, senin, 05 Agustus 2019, saya dan teman-teman yang berkesempatan hadir pada waktu itu telah berkumpul di Tanah Merah Space, sebuah ruang kreativitas alternatif untuk komunitas-komunitas di Solok, yang juga merupakan sekre baru Komunitas Gubuak Kopi, di Jalan Lingkar Utara, Ampang Kualo.
Continue readingBerkumpul di Solok Membaca Perdagangan Lampau
Senin, 4 Agustus 2019 lalu, sejumlah pemuda berkumpul di Solok, tepatnya di Tanah Merah Space, di Jalan Lingkar Utara, Ampang Kualo, Kota Solok. Sebuah ruang untuk komunitas kreatif di Solok, yang juga merupakan kediaman baru Komunitas Gubuak Kopi. Kali ini mereka berkumpul untuk menjalankan sebuah proyek seni bertajuk mengkaji dinamika kebudayaan melalui fenomena jalur dagang dan trasnportasi.
Continue readingOrkes Taman Bunga Terlalu Lama Sendiri
Orkes Taman Bunga melepas penat, merayakan cerita kesendirian sambil menari-nari. “Terlalu Lama Sendiri” gubahan Kunto Aji, dibawakan oleh Orkes Taman Bunga di malam pembukaan pagelaran seni dan pameran multimedia Lapuak-lapuak Dikajangi #2.
Vlog by @joe.datuak
Solok, 1 November 2018
Berbagi Strategi Penguatan Komunitas
Pada Kamis, 10 Mei 2018 lalu, Ruang Kerja Budaya (RKB) menggelau lokakarya bertajuk “Penguatan Lembaga kebudayaan” di Sekretariannya di Balimbing, Kota Padang. Lokakarya yang disajikan dalam suasana berbagi ini antara lain membahas model-model kerja komunitas di Sumatera Barat. RKB mengundang dua orang narasumber, antara lain, Edy Utama, pegiat festival dan pimpinan grup musik kontemporer Talago Buni; serta Albert Rahman Putra, pegiat komunitas dan ketua Gubuak Kopi. Continue reading