Saya sempat membaca sebuah buku karangan Buya Hamka, judulnya Falsafah Ketuhanan (Gema Insani, 2020). Ada tiga jalan yang bisa kita tempuh dalam mencapai dan mencari kekuasaan Tuhan. Untuk apa? untuk menjawab pertanyaan yang tak mampu dijawab manusia. Tiga jalan itu ialah jalan seni, jalan ilmu, dan jalan tasawuf. Melalui jalan seni kita terlebih dahulu memuji ciptaan Tuhan, kita menikmati hantaran laut yang sangat luas, langit yang sangat tinggi, suara yang khas dan enak didengar. Di antara waktu-waktu tersebut kita bertanya siapa yang telah menciptakan ini? Akal kita sampai pada puncaknya: menanyakan Dia. Kita menikmati segala hal yang telah Ia ciptakan dan kita telah tahu Penciptanya, kita harus mensyukuri dan mendekatkan diri. Juga banyak hal caranya.
Continue readingCategory Archives: Jurnal
Silaturahmi Bermusik adalah yang Utama
Awal bulan Maret kami dibuka dengan acara gigs musik underground yang dibuat bersama kawan-kawan Selasa Distorsi di Solok. Gigs underground kali ini termasuk dalam rangkaian acara tur band Fingerprint yang bernama Determinasi Tour. Tur kali ini bertujuan untuk mempromosikan album terbaru yang mereka rilis, yaitu Determinasi. Acara ini diselenggarakan di Gudang HJM – Banda Panduang Solok, sebelah SPBU Banda Panduang. Gigs ini juga dimeriahkan oleh beberapa band dari Solok dan sekitarnya. Ketika saya datang, band Kritisk dari Solok sedang tampil menjadi band pertama yang akan memeriahkan acara ini. Para penonton bersemangat menari menikmati musik Thrash Metal yang dibawakan band Kritisk.
Continue reading‘Sekali Lagi’ karena Kita Pernah Bahagia
Semua sudah dimaafkan sebab kita pernah bahagia. Sekiranya apa yang akan disampaikan jika membaca kalimat ini ditambah dengan dukungan gambar seorang laki-laki tua? Bolehlah saya menjawab bahwa poster itu mengajak dan mendorong perasaan kita untuk mudah memaafkan apa saja. Semua hal yang terjadi dalam hidup, segala duka dan laranya patut dimaafkan hanya karena satu alasan: kita pernah bahagia. Bagaimana jika kebahagiaannya hanya sekali dan dilanjutkan oleh kesedihan yang berkali-kali, masih pantaskah untuk dimaafkan? “Ya” kata Leon Agusta, ‘sekali lagi’ alasannya karena kita pernah bahagia.
Continue readingRempah Penuh Isyarat
Sabtu, 29 Januari 2022 merupakan hari kedua terakhir program residensi Lumbung Kelana di Komunitas Gubuak Kopi. Esok hari Sufty akan kembali ke Bandung dan lusa Yoan akan kembali ke Jakarta. Malam ini digelar artist talk di Rumah Tamera-Komunitas Gubuak Kopi dalam rangkaian presentasi seniman residensi lumbung kelana. Dimoderatori oleh saya dengan narasumber dua artist kita, Sufty dan Yoan. Uniknya pada artist talk kali ini, Sufty juga berperan sebagai penerjemah bahasa isyarat karena teman tuli menonton talkshow. Sebelum artist talk Yoan melakukan presentasi berupa live chat dengan menggunakan stiker bahasa isyarat yang ia buat sendiri. Pada stiker tersebut kita mengetahui bahasa isyarat tentang hal-hal yang ada di sekitar kita. Misalnya gulai, sate, teh talua, kereta api, silat, pagi, siang, malam, Padang, Solok, Bukittinggi, durian, Sitinjau Lauik, hujan, Rumah Tamera, Sufty, salam, tetangga, Pak RW, dukun, sampah, dan Bandung.
Continue readingPuisi Lingkar Utara: Mencintai adalah Puisi
Mambangkik Kato Tarandam
Kamis, tanggal 27 Januari 2022, Puisi Lingkar Utara (PLU) kembali mengadakan kegiatan berpuisi yang dilaksanakan di Rumah Tamera, Ampang Kualo. Kegiatan tersebut sudah menjadi agenda rutinan bagi para pecinta puisi yang ada di Kota Solok. “Event ini biasanya kami adakan setiap dua minggu sekali, tiap hari kamis.” Ujar Rozi Erdus, salah seorang promotor gerakan ini.
Continue readingMengenal Makan Baradaik
Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Solok
Hitungan hari para partisipan residensi Lumbung Kelana di Gubuak Kopi akan meninggalkan Kota Solok. Hari ini, Rabu, 26 Januari 2022, kami semua dapat undangan makan siang di Rumah Suhey, sebuah rumah kreatif di Solok. Pada hari sebelumnya Sufty bertemu dengan Uni Patrisia dan Uni Amelia di Naluri Coffee. Ketika saya, Albert, Sufty dan Badri sedang mengganti suasana untuk bekerja dari cafe dengan akses internet yang lebih baik, Uni Patrisia dan Uni Amelia menyusul ke Naluri untuk menemui Albert, ketua Komunitas Gubuak Kopi. Uni Patrisia dan Uni Amelia merupakan pejabat Dinas Pariwisata Kota Solok, dan juga ikut nongkrong di markas kami, di Rumah Tamera. Ketika pertemuan kemarin Albert mengenalkan Sufty ke mereka, bahwa Komunitas Gubuak Kopi lagi kedatangan tamu, selain Sufty juga ada Yoan dari Komunitas Kahe, Maumere. Uni Pat dan Uni Mel mengobrol panjang. Saya tidak terlalu mendengarkan karena sedang menulis, tapi sepertinya mereka langsung akrab. Diakhir obrolan, uni-uni ini mengundang Sufty dan kawan-kawan Gubuak Kopi untuk makan siang esok hari di Rumah Suhey. Kami pun semangat menerima ajakannya.
Continue readingKelana ke Lapas Solok
Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Solok
Residensi Lumbung Kelana di hari ke sepuluh, Sufty dari Gelanggang Olah Rasa (GOR) Bandung, Yoan yang berasal dari Komunitas Kahe, Maumere dan Komunitas Gubuak Kopi melakukan kunjungan ke Lapas Klas II B Laing, Kota Solok. Sebelum ke sana, teman-teman telah mengkoordinasikan kepada pegawai lapas, yaitu Bapak Rahmad untuk meminta izin kunjungan, ia juga seorang kawan yang sering berkegiatan di Rumah Tamera – Solok Creative Hub, atau markas Komunitas Gubuak Kopi. Sekitar pukul 16.00 WIB, ada sekitar delapan orang yaitu saya, Bray, Farah, Albert, Spansan, Yoan, Sufty, dan Verdian dengan mengendarai 4 motor segera meluncur ke sana.
Continue readingKita Menyapa
Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Solok
Kamis, 20 Januari 2022 menjadi hari keempat dalam pelaksanaan program Lumbung Kelana. Kita melanjutkan silaturahmi di Kampung Jawa dan sekitarnya. Hari ini kita berencana untuk bertukar cerita ke rumah produksi batik khas Solok: Tarancak, atau yang lebih dikenal dengan Batik Mimi. Sufty bersama saya bergerak menuju Batik Mimi seusai shalat dzuhur, sekaligus mengantarkan produk Batik Mimi yang masih tersimpan di Gubuak Kopi setelah pameran ekonomi kreatif dalam rentetan perayaan Ulang Tahun Kota Solok pada Desember 2021 lalu. Kita juga mengajak Yoan, partisipan residensi lainnya, tapi ia tidak bisa karena ada pertemuan online yang harus diikutinya.
Continue readingBonus di Setiap Pertemuan
Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Solok
Lumbung Indonesia, sebuah platform yang dikelola secara kolektif oleh 12 komunitas di Indonesia, salah satunya adalah Komunitas Gubuak Kopi. Tahun ini Lumbung Indonesia menjalankan program residensi bernama Lumbung Kelana, dimana para seniman dari berbagai kolektif saling berkelana dan menjadi tuan rumah. Semacam pertukaran anggota kolektif yang bertujuan untuk saling mempelajari strategi keberlangsungan kolektif di berbagai konteks lokalnya. Komunitas Gubuak Kopi sebagai tuan rumah, menjamu dua partisipan residensi dari kolektif yang tergabung dalam kegiatan ini. Mereka adalah Sufty yang berasal dari Gelanggang Olah Rasa (GOR), Bandung dan Yohanes berasal dari Komunitas Kahe, Maumere. Mereka berdua akan berkegiatan selama dua minggu di Komunitas Gubuak Kopi, Solok.
Continue readingIsyarat dalam Kelana
Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Gubuak Kopi
Rabu, 19 Januari 2021 menjadi hari ketiga pelaksanaan Lumbung Kelana, sebuah program residensi yang diinisiasi oleh Lumbung Indonesia. Lumbung Indonesia sendiri, merupakan sebuah platform bersama yang diinisiasi oleh 12 kolektif seni di berbagai kota di Indonesia, termasuk Komunitas Gubuak Kopi. Program residensi ini diikuti oleh 11 kolektif yang tergabung dalam forum tersebut. Masing-masing kolektif menjadi tuan rumah dan juga mengirim dua utusannya untuk berkelana di kolektif lain. Di Komunitas Gubuak Kopi kami yang kedatangan tamu residensi dari Gelanggang Olah Rasa, Bandung yakni Sufty dan Komunitas Kahe, Flores yaitu Yoan. Sementara itu, Komunitas Gubuak Kopi juga mengirimkan dua partisipan residensi, Hafizan ke Pasirputih, Lombok Utara dan Zekalver ke SIKU Ruang Terpadu, Makassar.
Continue reading