Author Archives: Aza Khiatun Nisa

Aza Khiatun Nisa (b. Simawang, 2003), akrab disapa Aza, mahasiswa baru Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Salah satu talent Dangau Studio, sebuah wadah pengembangan minat dan bakat anak muda dalam bidang seni rupa di Kota Padang. Aza juga penggagas Pemuda Berdaya yang merupakan ruang diskusi bagi Generasi Z tentang pendidikan. Ia terlibat dalam proyek Young Vironmen di bawah naungan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Kementerian Keuangan RI. Aza memiliki ketertarikan pada aktivitas ekspedisi, konservasi, literasi, dan filsafat. Saat ini Aza juga aktif berkegiatan dan belajar di Rumah Tamera - Komunitas Gubuak Kopi.

Percakapan Sinema di Minang Screening

Minang Screening dan Pertanyaan-pertanyaan tentang Eksistensi Komunitas Film di Sumatera Barat

30 Maret akan menjadi hari besar para pencinta film, pembuat film, pemerhati film, dan semua subjek yang terlibat dalam perfilman. “Selamat Hari Film” begitu poster-poster akan tertuliskan. Kenapa hari film ditetapkan pada 30 Maret? 30 Maret menjadi hari pertama produksi film “Darah dan Doa” karya Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail tahun 1950. Penetapan ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan film di Indonesia dan meningkatkan prestasi yang mampu mengangkat derajat film Indonesia secara regional, nasional, dan internasional.

Continue reading

Bakaua: Momentum Ziarah dan Silaturahmi Warga Kuncia

Hidup dalam perkembangan zaman yang begitu cepat, modernisasi yang begitu cakap. Teknologi semakin canggih, tradisi semakin ringkih. Kita perhatikan degradasi budaya dimana-mana. Katanya tak lagi sesuai dengan zaman kita saat ini. Budaya-budaya itu kuno, telah habis dimakan zaman. Kita ini manusia-manusia modern dan harus berlaku modern.

Continue reading

Tasauf Berbunyi

Saya sempat membaca sebuah buku karangan Buya Hamka, judulnya Falsafah Ketuhanan (Gema Insani, 2020). Ada tiga jalan yang bisa kita tempuh dalam mencapai dan mencari kekuasaan Tuhan. Untuk apa? untuk menjawab pertanyaan yang tak mampu dijawab manusia. Tiga jalan itu ialah jalan seni, jalan ilmu, dan jalan tasawuf. Melalui jalan seni kita terlebih dahulu memuji ciptaan Tuhan, kita menikmati hantaran laut yang sangat luas, langit yang sangat tinggi, suara yang khas dan enak didengar. Di antara waktu-waktu tersebut kita bertanya siapa yang telah menciptakan ini? Akal kita sampai pada puncaknya: menanyakan Dia. Kita menikmati segala hal yang telah Ia ciptakan dan kita telah tahu Penciptanya, kita harus mensyukuri dan mendekatkan diri. Juga banyak hal caranya.

Continue reading

‘Sekali Lagi’ karena Kita Pernah Bahagia

Semua sudah dimaafkan sebab kita pernah bahagia. Sekiranya apa yang akan disampaikan jika membaca kalimat ini ditambah dengan dukungan gambar seorang laki-laki tua? Bolehlah saya menjawab bahwa poster itu mengajak dan mendorong perasaan kita untuk mudah memaafkan apa saja. Semua hal yang terjadi dalam hidup, segala duka dan laranya patut dimaafkan hanya karena satu alasan: kita pernah bahagia. Bagaimana jika kebahagiaannya hanya sekali dan dilanjutkan oleh kesedihan yang berkali-kali, masih pantaskah untuk dimaafkan? “Ya” kata Leon Agusta, ‘sekali lagi’ alasannya karena kita pernah bahagia.

Continue reading

Rempah Penuh Isyarat

Sabtu, 29 Januari 2022 merupakan hari kedua terakhir program residensi Lumbung Kelana di Komunitas Gubuak Kopi. Esok hari Sufty akan kembali ke Bandung dan lusa Yoan akan kembali ke Jakarta. Malam ini digelar artist talk di Rumah Tamera-Komunitas Gubuak Kopi dalam rangkaian presentasi seniman residensi lumbung kelana. Dimoderatori oleh saya dengan narasumber dua artist kita, Sufty dan Yoan. Uniknya pada artist talk kali ini, Sufty juga berperan sebagai penerjemah bahasa isyarat karena teman tuli menonton talkshow. Sebelum artist talk Yoan melakukan presentasi berupa live chat dengan menggunakan stiker bahasa isyarat yang ia buat sendiri. Pada stiker tersebut kita mengetahui bahasa isyarat tentang hal-hal yang ada di sekitar kita. Misalnya gulai, sate, teh talua, kereta api, silat, pagi, siang, malam, Padang, Solok, Bukittinggi, durian, Sitinjau Lauik, hujan, Rumah Tamera, Sufty, salam, tetangga, Pak RW, dukun, sampah, dan Bandung.

Continue reading

Kita Menyapa

Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Solok

Kamis, 20 Januari 2022 menjadi hari keempat dalam pelaksanaan program Lumbung Kelana. Kita melanjutkan silaturahmi di Kampung Jawa dan sekitarnya. Hari ini kita berencana untuk bertukar cerita ke rumah produksi batik khas Solok: Tarancak, atau yang lebih dikenal dengan Batik Mimi. Sufty bersama saya bergerak menuju Batik Mimi seusai shalat dzuhur, sekaligus mengantarkan produk Batik Mimi yang masih tersimpan di Gubuak Kopi setelah pameran ekonomi kreatif dalam rentetan perayaan Ulang Tahun Kota Solok pada Desember 2021 lalu. Kita juga mengajak Yoan, partisipan residensi lainnya, tapi ia tidak bisa karena ada pertemuan online yang harus diikutinya.

Continue reading

​​Isyarat dalam Kelana

Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Gubuak Kopi

Rabu, 19 Januari 2021 menjadi hari ketiga pelaksanaan Lumbung Kelana, sebuah program residensi yang diinisiasi oleh Lumbung Indonesia. Lumbung Indonesia sendiri, merupakan sebuah platform bersama yang diinisiasi oleh 12 kolektif seni di berbagai kota di Indonesia, termasuk Komunitas Gubuak Kopi. Program residensi ini diikuti oleh 11 kolektif yang tergabung dalam forum tersebut. Masing-masing kolektif menjadi tuan rumah dan juga mengirim dua utusannya untuk berkelana di kolektif lain. Di Komunitas Gubuak Kopi kami yang kedatangan tamu residensi dari Gelanggang Olah Rasa, Bandung yakni Sufty dan Komunitas Kahe, Flores yaitu Yoan. Sementara itu, Komunitas Gubuak Kopi juga mengirimkan dua partisipan residensi, Hafizan ke Pasirputih, Lombok Utara dan Zekalver ke SIKU Ruang Terpadu, Makassar. 

Continue reading

Artist Talk #2 Circumstance – Setelah Berproses

Sample Text

Dua hari menuju penutupan Pameran Circumstance, 5 November 2021, malam hari nan penuh keramaian di Rumah Tamera, sedang berlangsung Artist Talk #2. Artist Talk ini dimoderatori oleh Amelia Putri dengan tiga narasumber, yaitu Zekalver Muharram, Dika Adrian, dan Taufiqurrahman Kifu. Sesuai judulnya Artist Talk, maka seluruh narasumber merupakan seniman yang berpartisipasi dalam Pameran “Circumstance”.

Ramahnya Hari Ini

Catatan Proses Residensi Daursubur 2021

Residensi Daur Subur yang diadakan Komunitas Gubuak Kopi di Rumah Tamera, Solok sedang berlangsung. Residensi ini adalah bagian dari program Daur Subur yang digagas sejak tahun 2017 lalu. Sebuah studi untuk memetakan dan mengkaji kebudayaan yang berkembang di masyarakat pertanian Sumatera Barat. Tahun ini program Daur Subur menggelar proyek khusus untuk merespon narasi kesalingkaitan keragaman budaya di Kel. Kampung Jawa, Solok, melalui metode residensi dan kolaboarasi. Proyek ini juga bekerjasama dengan Galeri Nasional Indonesia, sebagai presentasi partisipan terpilih Kurasi Kurator Muda, yakni Albert Rahman Putra, yang juga mengkuratori proyek ini.

Continue reading