Menaklukkan Hal Baru bersama Blesmokie

Sudah menjadi tradisi bagi Komunitas Gubuak Kopi untuk mewawancarai seniman yang terlibat dalam proyek ataupun kegiatan kita, sebagai bahan belajar. Wawancara ini berupaya untuk mengenal latar belakalang artisitik seniman serta mengumpulkan masukan-masukan untuk Solok, ataupun Komunitas Gubuak Kopi. Wawancara ini dilakukan pada hari-hari terakhir perhelatan Tenggara Festival 2020, di Solok.

Sabtu 28 November lalu, Tenggara Festival berbincang-bincang bersama Blesmokie. Seniman asal Tuban, Surabaya. Biasa disapa Cak Amie. Aktif di dunia grafiti sejal tahun 2003. Di tahun yang sama ia membentuk tim grafiti pertama bernama NAWCRU, dan berjalan sampai sekarang. Pada 2012 ia pindah ke Jakarta dan menjadi bagian dari keluarga baru Artcoholic, dan bergabung bersama Gardu House. Selain itu, ia juga biasa membuat ilustrasi, desain grafis, dan juga sebagai artisit tatto.

Blesmokie sangat detil dan rapi dalam membuat karya grafiti. Di Tenggara Street Art Festival 2020, ia merespon sebuah tabung tangki setinggi 3 meter dan panjang sisi lingkaran 18 meter. Tangki itu adalah tabung air yang terbuat dari baja. Ia memiliki kelembapan yang tidak biasa, termasuk dalam kondisi musik hujan. Pososi tabung ini berada di sebuah taman yang sepi di Jalan Lingkar Utara, Kota Solok, yakni Taman Bidadari. Kehadiran karya Cak Amie, mengaktivasi ruang tersebut, serta memberi warna yang cukup menarik perhatian.

Perbincangan ini berlangsung di Taman Bidadari, Kampung Jawa, Solok. Lokasi yang sama dimana Cak Ami membuat karya graffitinya.

Solok, 28 November 2020

“Ketika kita diajak kolektif, wah, pasti ketemu teman-teman baru. Ada yang kita nggak kenal. Kita kayak menambah keluarga baru, teman baru, nambah ilmu baru dan rezeki baru”

TF : Oke, bisa perkenalan dulu Cak Ami?

Blesmokie : Halo, perkenalkan nama saya Smoke, asal saya dari Kota Tuban, Jawa Timur, dan sekarang tinggal di Jakarta. 

TF : Jadi, sekarang kesibukannya apa?

Blesmokie : Untuk kegiatan akhir-akhir ini lagi disibukkan dengan beberapa proyek gambar dan ada juga beberapa bikin desain, sama satu-dua bikin karya. Itu untuk kesibukan, di akhir tahun ini di graffiti.

TF. : Terus, apa yang membuat Cak Ami memilih berkarya sebagai visual street art?

Blesmokie : Sebenarnya saya lebih ke graffitinya, ya, karena di graffiti itu saya merasa lebih bebas untuk berekspresi. Kalau bikin sesuatu itu nggak ada rule-rule yang kayak di fine art, dan lebih bebas saja sih. Lebih banyak bisa mengeksplor, banyak yang bisa dipelajari, dan kenapa memilih graffiti karena seru soalnya, bisa nambah banyak teman juga sih, karena ada di mana-mana.

TF : Kan graffiti itu cenderung di tembok, dan sudah umum. Apa sih perbedaannya, kan medianya banyak tuh, kanvas, sketch book dan lain-lain kenapa Cak Ami lebih memilih itu?

Blesmokie : Satu, yang bikin saya tertarik, medianya bisa macam-macam, selain air, api dan yang nggak bisa digambar gitu, ada banyak yang bisa dieksplor, nggak harus mengerucut ke satu bidang dan nggak harus ini itu yang harus digambar. Bahkan terkadang kita kalau mau bikin karya kayak kardus kens atau apa pun itu, yang masih bisa memungkinkan. Makanya lebih tertarik di graffiti ini, dan selalu ada sesuatu yang baru untuk dibikin, gitu.

TF : Nah, kalau prosesnya sampai ketemu karakter visual seperti sekarang, gimana?

Blesmokie : Untuk karakter visual yang sekarang ini, itu sebenarnya aku eksplor dari karakter visual ku yang lama. Yang kayak dulu, yang lama-lama, yang awal mulai. Waktu aku senang-senangnya dengan karakter seperti monster, hewan, atau bentuk apapun dijadiin kayak sebuah karakter yang hidup, punya mata, punya hidung, punya kaki, gitu. Itu sekitar tahun 2006, aku punya karakter visual yang seperti itu, yang belang-belang, hitam putih. Dan seiring berjalannya waktu, aku belajar mencoba style ini-itu dan mencoba semua yang ada di graffiti, ataupun street art. Biasanya di graffiti kan ada font Well Style, Old School, ada Funky, macam-macam aliran, dan sudah pernah dicoba, dan kalau aku bikin, itu sering berubah. Dan saking seringnya,  Lalu sampai udah 2 tahun gitu, aku jadi stag, bingung sendiri mau bikin apaan, akhirnya ngulik-ngulik file lama, sudah lihat sketch book, sama foto lama, ah kayaknya aku harus balik mengeksplor karakterku yang lama. Coba untuk dikembangan ke style yang sekarang ini. Dulu, aku senang dengan karakter hewan laut, belut laut, karakternya yang belang-belang itu, dan ada berbagai jenis belut laut itu. Pas mengeksplor warna lalu ketemu karakter si belut laut ini. Patronnya bagus-bagus dan bisa dieksplor. Untuk bentuknya sendiri bisa dikembangkan kemana-mana nggak harus yang… misal aku bikin karakter yang tengkorak, nggak harus tengkorak. Terus… atau karakter,  ruang atau apapun bisa dimasukin patern ini, dan bisa dikembangkan.

TF : Permainan motif dan warna suka Cak Ami mainin, ternyata prosesnya bisa stag sampai 2 tahun juga, ya?

Blesmokie : Ya, mungkin kita kalau ngelakuin sesuatu itu bisa jadi jenuh. Kita sudah lakuin A,B,C gitu, tapi kita kayak mau kemana, nih? kayak… ini loh aku, ngasih tahu ke orang ini karakterku. Dan sekarang, kalau dulu ngulik style-style yang font Well Style, Funky atau apa… type-type graffiti itu sekarang lagi cenderung ngulik font Aksara Jawa bentukan yang menurutku bagus untuk dieksplor. Tapi untuk karyaku sekarang belum aku gambar, karena lebih cenderung ke patron yang sekarang. Kerena faktor medianya sekarang (Tenggara Festival), ya, kaget pas dikasih tahu. Wah, belum pernah gambar di media bulat gitu, tong gede, dengan ukuran segede itu digambar mutar, dari media besi juga, kan. Wah, keren banget itu, kayak sebuah tantangan dapat spot kayak gini. Lalu coba mengeksplor dan akhirnya bikin pattern yang aku ambil keseluruhan tema kayak bikin ombak. Di situ juga ada bintang, ya kayak sumber kehidupan. Ya, ombak biar airnya ngalir terus gitu, haha.

TF : Biasanya kalau gambar di ruang publik Cak Ami riset dulu atau spontan aja gitu?

Blesmokie : Spontan sih biasanya, dari dulu mulai gambar itu langsung spontan. Apalagi zaman-zamannya 2003 ke atas. Kan aku mulai gambarnya tahun 2003-an. Jadi, kayak “kucing-kucingan” gara-gara se-spontan itu. Misal kalau ada spot yang oke, buat dijadiin media, langsung sikat. Sampai di beberapa waktu lalu sempat ketahuan aparat lah, atau ketahuan masyarakat pasti “kucing-kucingan”. Dan untuk sekarang-sekarang ini mungkin lebih milih ada permisinya. Ya, kalau ada orang ditanyai boleh gambar gak?

TF : Menarik Cak Ami, kan medianya macam-macam, bisa di kanvas dan lain-lain gitu. Nah, selain itu Cak Ami kan aktif juga di kolektif, itu gimana?

Blesmokie : Kalau untuk diajak pameran di kolektif, bahkan ada tuh kayak saya diajakin sama Mas Jablay (Bujangan Urban), untuk bantu teman-teman yang lagi butuh, ya, ayok kita nyumbang gitu. Sampai teman nawarin karya saya dilelang untuk itu. Nah kayak aku diajakin ke sini, pengen berpartisipasi. Bahkan ada jadwal yang lama, itu yang commission works, aku bilang aku pengen ke sini, pengen tahu. Apalagi pas datang tuh, medianya (media mural) gede-gede banget. Wah, menarik. Ya, biasanya kalau… ini bukan banding-bandingkan, tapi biasanya masih temboknya kayak jamming standar gitu. Jadi, semakin masiv media itu, kita kayak tertantang pada sesuatu yang baru untuk kita gambar. Untuk kolektif, saya senang kalau diajakin. Ya, beberapa aku ikut andil dalam pameran kolektif. Lebih bebas sih kalau di kolektif, meski dikasih tema, tapi lebih bebasnya dieksplor. Entah medianya atau gambarnya.

TF : Bisa lebih mengeksplor, ya? dan juga bentuk support terhadap kolektif juga?

Blesmokie : Benar. Koneksi kita sama teman-teman pelaku street art itu sangat erat. Ketika kita diajak kolektif, wah, pasti ketemu teman-teman baru. Ada yang kita nggak kenal. Kita kayak menambah keluarga baru, teman baru, nambah ilmu baru dan rezeki baru. Itu kenapa ada kolektif aku antusias ikut.

TF : Dalam pergerakannya Cak Ami sama teman-teman, nyari spot itu, individu atau terlibat di kolektif atau gimana?

Blesmokie : Kedua-duanya sih, kayak kita punya spot individu bisa kita eksplor sendiri, dan kalau kolektif bisa kita kerjain bareng-bareng. Masih bisa kedua-duanya sih.

TF : Ya, dari individu maupun kolektif kan saling mempengaruhi juga, ya? Nah, sekarang kan pandemi, ada pengaruhnya nggak?

Blesmokie : Wah, kalau pandemi di tahun ini, ya mengganggu semuanya, bubarin semuanya. Mau itu project, mau kolektif, atau tempat yang sedang kita bangun, maupun perusahan. Acara juga banyak diundur. Ya, impact-nya banyak yang jelek. 

TF : Jadi, agenda yang disusun banyak yang bubar ya Cak?

Blesmokie : Iya, banyak yang bubar. Ya, yang seharusnya kemarin ada  bikin plan sama teman-teman akhirnya tertunda. Nah, saya kan merantau di Jakarta, terus butuh survive-lah, ya, di pandemi ini untuk mencari peluang rezeki itu agak susah gitu. Di awal pandemi itu aku sempat bingung mau ngapain, sempat benar-benar stag, karena keterbatasan.

TF : Nah, bagaimana Cak Ami mengakalinya di masa pandemi ini?

Blesmokie : Ya, kalau cara mengakalinya ya, kita nyicil sketsa dan desain. Ya, misalnya kalau ada beberapa penawaran, mau kecil atau gede, aku ambil aja, ya untuk menyambung hidup gitu. Tapi, mengakalinya kita tetap bikin sesuatu di rumah. Nah, jadi pas awal pandemi itu aku belum ada rezeki, jadi gimana caranya aku bisa bantu orang tapi belum punya uang. Nah aku bikin masker, diupahin terus open donasi. Siapa yang beli masker itu, berarti ia sudah memberikan 5 masker gratis ke orang lain. Yang beli masker ini, donasi itu aku jadiin biaya untuk modal produksi. Gitu-gitu di 3 bulan awal.

TF : Oooh.. gitu ya caranya Cak Ami tetap berkegiatan dan membantu orang lain. Tapi itu maskernya digambar atau gimana Cak?

Blesmokie : Ya, disitu ada karyaku juga. Ada beberapa yang harus di-open donasi karena makin banyak yang donasi, maka makin banyak orang yang bisa dikasih juga. Jadi itu termasuk solusi di masa pandemi yang seru untuk dilakuin gitu. 

TF : Aku dengar Cak Ami juga ada hobi lain nih, selain gambar, kayak bengkel benar, ya?

 Blesmokie : Ya, aku senang sama motor-motoran, senang sama barang lama-lama aja. Ya kalau untuk mengisi kejenuhan biasanya touring. Tapi itu sebelum pandemi, kan pas pandemi nggak bisa touring harus izin ini-itu.

TF : Tapi biasanya kalau pergi gambar itu pakai motornya, ya?

Blesmokie : Iya pake motor.

TF : Berarti banyak yang minta dibengkelin sama Cak Ami, dong? motor-motor yang lain. Nah,  selama proses panjang Cak Ami dalam berkarya itu, influence-nya gimana itu Cak, apakah ada dari seniman luar, teman dan keluarga?

Blesmokie : Aku influence-nya banyak. Nggak harus tentang graffiti dan street art juga, bahkan di seni tato itu banyak yang bagus-bagus, juga untuk dieksplor. Kalau sekarang malah aneh, influence-nya dari bawah laut. Iya, untuk warna, sama kartun juga, aku lihat warna dari anime, itu yang menjadi pengembangannya. Kan kita nggak tahu warna yang aneh, ada warna neon ada warna transparan di bawah laut yang bisa jadi influence kita. Kalau untuk artis sendiri atau seniman banyak banget, soalnya aku senang ngulik, pengen tahu sesuatu, dan pengen belajar. Ya, ngulik hewan darat dan laut, itu yang menarik buat aku untuk influence gambar dan warnanya.

TF : Kalau  untuk pertemanan gimana Cak, berpengaruh, nggak?

Blesmokie : Wah, berpengaruh banget. Aku ya sangat bersyukur, berterima kasih sekali, ya dari gambar bisa kenal kawan di luar kampung, luar kota sampai ke luar negeri. Itu pengaruhnya banyak. Ada kayak bahasa gambar itu lebih solid, jadi tidak melihat background-nya kamu siapa lagi, kalau sudah kenal ya, sudah kayak saudara. Ya, mungkin yang tidak cocok sama pemikiran ada, tapi pengaruhnya mantap sih kalau untuk pertemanan. 

TF : Jadi bikin tambah semangat ya? 

Blesmokie : Ya, teman bisa menyemangati kita bikin sesuatu yang baru, dan serunya di situ. Kadang keluar kota, kalau nggak dari menggambar aku belum tentu sampai ke sini. Dan di luar skena gambar juga sama, banyak.

TF : Kalau ke industri berpengaruh juga nggak?

Blesmokie : Ya, itu pengaruhnya gede banget. Itu kayak link ke industri itu banyak, jadi pertemanan itu bisa jadi rezeki yang masuk di industrinya, ya, sangat berpengaruh sekali.

TF : Nah,  ini di Solok nih, Cak, dan karyanya baru selesai juga, kan? di hari terakhir cuacanya langsung cerah gitu ya, haha..

Blesmokie : Haduh, di spot ini, kita harus menikmati semua proses, ya. Memang nggak bisa dilawan alam itu, ya. Dari dua hari terakhir langsung terik. Ya, menjadi tantangan sendiri ini. 

TF : Terus, bagaimana bisa ikut di Tenggara Festival ini, awalnya gimana?

Blesmokie : Ya, itu info dari Bujangan Urban, yang ketemu sama Volta datang ke Jakarta untuk sounding ini. Biasanya kalau aku pribadi ada suatu tempat yang belum aku datangi itu, jadi senang, pengen tahu, pengen eksplor, pengen kenal. Ya, dia bilang kamu kosong nggak, ini ada acara Tenggara Street Art Festival di Solok, di Sumatera. Ya, aku bilang mau banget, ya karena rasa ingin tahuku.

TF : Ya, kata Bujangan Urban dia tahu dari Andang Kelana (Salah seorang dewan artistic Tenggara Street Art Festival).

Blesmokie : Iya dari Mas Andang, itu awalnya, haha. Kalau Andang, ya beberapa tahun lalu ada residensi di Lombok itu aku pengen banget ikut sebulan. Ya karena waktunya atau apa aku nggak bisa ikut. Tapi kalau, di Solok harusnya aku kosong, terus ada yang masuk mendadak gitu, ya aku geser, nggak bisa, aku mau ke sini.

TF : Ini kan acara baru dapat akhir tahun, dan beberapa kota lain juga sudah mulai, dan Solok adalah salah satunya. Karena banyak yang tertunda juga mungkin sebelumnya. Jadi apakah ini pertama yang bisa datang atau gimana di tahun ini?

Blesmokie : Kalau untuk acara di tahun ini, ini baru yang bisa datang. Nah,  pas datang juga aku mikir, yang penting di situ ada jamming, ada workshop, residensi, dan lain-lain. Wah menarik nih ikut. Pas baru datang kan dikasih tahu malamnya, kan? waduh, ini spotnya A, B, C..  beneran kaget. Aku dapat spot kayak ini, dapat tabung. Bujangan Urban juga dapat spot di Wall Climbing. Ya kalau tahun lalu kayak di Kalimantan, ya mengundang aku dan Bujangan Urban itu, ya kita kayak jamming biasa. Ya, kalau di sini, kita bilangnya asik ya, karena salah satunya, spot. Karena, itu jarang ada untuk beberapa tahun belakang. Aku sangat apresiasi sekali bisa ada spot yang besar dan bagus untuk di respon. Dan acara-acara yang ada di kota lain mungkin ada tapi tidak semua. Seru kalau di tahun depan ada lagi, lebih dimasivin lagi. Waktu aku lagi keliling, aku lihat lantai di tempat penggilingan padi itu bagus untuk digambar, ya banyak lah spot-spot bagus di sini. Dan ada satu spot keren di TPA, itu yang belum sempat dikerjakan.

TF : Nah,  jadi sudah dikasih tahu sebelumnya ya Cak?

Blesmokie : Nah, untuk spot sebenarnya sebelum berangkat ke sini belum dikasih tau, pas baru datang besoknya baru dikasih tahu, haha. Itu pun belum lihat fotonya, gitu, ada Lapas, ada Kodim, itu seru menurutku. Soalnya makin masive medianya, makin tertantang untuk menyelesaikannya. Dan semoga  ada di tahun depannya. Dan kalau direspon sama seniman instalasi tuh makin seru. 

TF : Ternyata medium ini nggak harus yang datar juga, ya? Sebelumnya sudah pernah ke Sumatera juga kah?

Blesmokie : Ya, udah pernah. Yang sering itu ke Palembang, ada satu event sama brand aku keliling Sumatera di 4 kota; Palembang, Pekanbaru, Bengkulu, dan Lampung, berjalan sebulan. Ya, balik lagi estafet, dan tujuannya itu koneksi pertemanan sebetulnya. Kita mengeksplor di situ nya, di lokasi belajar bareng. Ya, waktu tour itu aku juga lewat Danau Kembar yang kata teman-teman, itu dekat dengan Solok. Ya, mungkin nggak lewat Solok, tapi mendekati. Udaranya juga mantap banget jarang ditemui di kota lain.

TF : Berarti ke Solok baru kali ini, ya Cak?

Blesmokie : Ya, baru kali ini untuk Solok.

TF : Terus, prosesnya ada diskusi dulu sama teman-teman, dan Cak Ami juga ditemani sama Badik, itu gimana?

Blesmokie : Ya, aku ada diskusi sama dia, mungkin media itu untuk berdua, tapi mungkin kita nanti kolaborasinya di tembok yang di pos. Kalau yang ini aku boleh nggak ngerjain sendiri aja? karena saking penasaran saking senangnya.  Ya, kalau untuk kendala di spot, kita sembari belajar ada hal-hal baru dengan material ini, yang nggak kenal, harus sabar lagi. Malah saya nggak kemana-mana, haha.

TF : Badik juga cerita kalau banyak dapat pelajaran dari Cak Ami dari tekniknya dan segala macam.

Blesmokie : Ya, Badiiik mungkin pengen tahu, kan biasnya dia pakai kuas. Dan aku bagi soal menggunakan tools dan caps-nya, ada beberapa teknik yang digunakan. Aku malah senang kalau misalnya ada teman yang mau tahu, aku bakal kasih yang aku tahu gitu.

“Ya, lintas disiplin juga berpengaruh sekali, jangan pandang umur, jangan pandang skil, semuanya dirangkul”

TF : Ya, kan Cak Ami juga datang ke spot yang lain, terus melihat ini semua gimana  Cak pengalamannya di Tenggara?

Blesmokie : Ya, pengalaman yang aku dapat, satu, teman-teman Tenggara rasa kekeluargaannya. Ya, kalau kedatangan tamu itu sangat hangat. Orangnya baik-baik semua sih. Kadang aku ngerepotin sendiri. Ya, banyak sih pengalamannya. Misal jarak dari sekre ke kontrakan kan tidak jauh, kalau ada sepeda kita bisa pakai sepeda saja, atau bisa jalan mending kita jalan aja.  Jadi nggak ngerepotin teman-teman panitia di sini.  Ada kesan sendiri yang nggak mungkin aku omongin lah, gitu. Aku Cuma salut sama teman-teman, sudah bersedia selam 10 hari ini direpotkan sama kita. Terus, aku senang sama minuman lokal sih, hahaha. Itu yang bikin hangat aku beberapa hari ini, Cerita-cerita lucu, ada-ada aja anak-anak. Dan yang aku salut sama teman-teman itu, preparenya itu, yang kalian harus istirahat, tapi tetap dikerjakan. Eh ada satu lagi, makanannya enak semua, hahaha. Itu siapa yang bikin makanannya, ya?

TF : Hahaha, itu Monik.

Blesmokie : Hahaha, makasih Uni Monik, lucu, lamak bana. Berasnya enak banget.

TF : Nah, terus dari teman-teman yang lain kalau sudah pada selesai gambarnya, kan suka ke sini, ya?

Blesmokie : Ya, spotnya dan aku gambarnya cukup lama, cuacanya juga belum mendukung. Besar tempatnya juga lumayan, kan? 18 meter kalau dihitungin. Yang lain juga bantu nemenin.

TF : Ini kan sudah akhir tahun, kedepannya atau tahun depan mau ngapain aja nih, Cak?

Blesmokie : Yang pengen aku lakuin di tahun depan, ada satu keinginan sih, bikin exhibition sendiri, cuman baru mematangkan style yang ini. Dua tahun ini masih belum yakin aja bisa dipamerin ke orang-orang. Sebelum dua tahun ini, masih nyari gimana stylenya. Dan mungkin juga ada satu projek yang aku kerjain juga.

TF : Hahaha, mau mapir ke Solok lagi, nggak?

Blesmokie : Insha Allah, aku pikir mungkin waktu yang kali ini banyak fokus di gambar ya, aku belum coba yang lainnya. Aku senang mobil atau motor klasik, kemarin lihat pas beli kaleng, wah keren, jadi pengen keliling-keliling, hahaha. Terus, kemarin kan ada workshop yang untuk anak SMP, nah, itu sebetulnya adalah regenerasi kalian nantinya, misal kalau teman-teman Gubuak Kopi menyediakan wadahnya atau tools-nya di Solok ini makin banyak regenerasi. Ya, dijaga persaudaraannya. Ya, aku lihat ada beberapa yang minat.

TF : Nah, bagaimana perbandingan skena, di Solok kan juga di boom di beberapa tempat yang terpisah di Kota Solok, dan bikin betah juga sama warga. Praktik street art cukup langka juga di sini jika dibanding kota lain. Menurut Cak Ami bagaimana sih… ini bukan membanding-bandingkan, di kota-kota lain bagaimana Cak? Dengan kota yang sudah Cak Ami lalui dengan proses yang panjang.

Blesmokie : Ya, kalau Gubuak Kopi tetap melakukan seperti Tenggara Street Art Festival ini mungkin kedepan lebih besar lagi. Walaupun Solok dikatakan entah kota kecil atau apa. Ya, kayak teman-teman dari Padang dan Padangpanjang ikut membantu ke sini, dan juga ada lombanya, yang datang banyak. Berarti ada skena yang untuk kedepannya besar nantinya. Aku pernah datang ke Tegal, bukan membandingkan ya jadi itu kan sama untuk ukuran skenanya kecil gitu, baru awal mulai. Misal, mereka mengawali sesuatu itu bisa jadi gede banget. Ya, teman-teman dari Gubuak Kopi juga, kalau ada yang mampir dan nggak ada tempat untuk menginap rangkul aja bukain pintu lebar-lebar. Insha Allah di situ ada potensi yang baik. Ya jangan mengerucut harus di seni, main semua, rangkul semua. Itu sih yang bisa untuk menjadi sesuatu yang besar, kalau bisa merangkul semua.

TF : Lintas disiplin juga ya, Cak? ternyata skena itu dipengaruhi juga oleh lintas disiplin ya, ada dari musik, tari dan segala macam ya.

Blesmokie : Ya, lintas disiplin juga berpengaruh sekali, jangan pandang umur, jangan pandang skil, semuanya dirangkul. Karena kita nggak tahu kalau yang datang ke kita itu bawa apa gitu. Ya kalau orang Jawa bilang monggo dulu. Insha Allah itu akan menjadi besar. Ini aja banyak yang nanya, ini spotnya keren.

TF : Oke, menarik sekali Cak makasih banyak ya Cak, udah datang ke Kota Solok. ini juga pengalaman seru juga ya untuk teman-teman di sini. Terima kasih Cak Ami udah datang dan sudah residensi di sini.

Blesmokie : oke, sama-sama terimakasih, sukses teman-teman Gubuak Kopi sukses kedepannya.

Transkrip: Biahlil Badri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.