Silaturahmi Bermusik adalah yang Utama

Awal bulan Maret kami dibuka dengan acara gigs musik underground yang dibuat bersama kawan-kawan Selasa Distorsi di Solok. Gigs underground kali ini termasuk dalam rangkaian acara tur band Fingerprint yang bernama Determinasi Tour. Tur kali ini bertujuan untuk mempromosikan album terbaru yang mereka rilis, yaitu Determinasi. Acara ini diselenggarakan di Gudang HJM – Banda Panduang Solok, sebelah SPBU Banda Panduang. Gigs ini juga dimeriahkan oleh beberapa band dari Solok dan sekitarnya. Ketika saya datang, band Kritisk dari Solok sedang tampil menjadi band pertama yang akan memeriahkan acara ini. Para penonton bersemangat menari menikmati musik Thrash Metal yang dibawakan band Kritisk.

Acara berlangsung dengan lancar, walau sempat ada gangguan kecil. Datang ibu RT dan beberapa tetangga sekitar, dan para panitia menemui ibu RT tersebut dan rombongannya. Saya kurang mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi hal tersebut tidak mengganggu jalannya acara. Acara tetap berlanjut sampai jam setengah satu malam. Ketika band dari Bukittinggi sedang tampil, ibu RT datang lagi dengan teman nya untuk membubarkan acara. Dirasanya acara ini sudah cukup sampai sini karena sudah terlalu malam melewati batas waktu yang telah disepakati. Panitia menjelaskan dan meminta untuk tetap dilanjutkan sampai band terakhir selesai tampil, karena masih ada beberapa band lagi yang belum tampil. Tapi ibu RT keberatan dan meminta untuk acara dihentikan. Para panitia pun mengalah dan meminta maaf kepada para band yang belum sempat tampil malam ini.

Setelah menonton gigs saya kembali ke Rumah Tamera lebih dulu bersama teman saya. Tidak lama setelah saya sampai di Rumah Tamera – Komunitas Gubuak Kopi, tim Fingerprint juga datang bersama Verdyan Rayner (Direktor kegiatan yang juga merupakan anggota Rumah Tamera). Rumah Tamera memang juga dipakai untuk lokasi transit para tamu kegiatan ini. Kebetulan saya ingin menulis tentang acara ini saya meminta Verdian untuk mengobrol dengan salah seorang dari tim Fingerprint. Verdian bertanya ke tim Fingerprint dan mereka bersedia untuk mengobrol, tetapi mereka ingin pergi makan malam, lalu diajaknya saya dan teman saya untuk ikut makan malam sembari mengobrol dengan kawan-kawan dari Fingerprint. Saya bersama kawan-kawan Fingerprint makan malam di tempat makan Asia Baru rekomendasi Verdyan.

Sembari menunggu hidangan datang, saya mengobrol dengan David selaku gitaris di Band Fingerprint. Saya meminta David untuk bercerita tentang asal mula band Fingerprint hadir hingga saat ini, dan juga menceritakan perjalanan mereka selama tur ini berlangsung.

Seperti yang kita tahu, Sumatera Barat menjadi provinsi pertama dalam perjalanan tur lanjutan Band Fingerprint kali ini. Fingerprint adalah sebuah band yang berasal dari Kota Medan, Sumatera Utara. Nama Fingerprint sendiri sudah ada sejak 2003, awal mula karir Fingerprint seperti band pada umumnya. Mereka memulai karirnya dengan mengcover lagu bergenre metalcore, seperti band Morning Again, RIP Angel dan lainnya. Setelah David dan Lepot yang menjadi vokalis bergabung di band ini, genre berganti menjadi hardcore. Lalu dilanjutkan dengan membuat single dan EP pertamanya pada tahun 2005. Setelah itu baru merilis album keduanya di tahun 2012 dan mendapat respon positif dari teman-teman di Medan. Mulai dari situ Fingerprint mulai sibuk manggung dan baru bisa merilis kembali album ketiganya di tahun 2021.

Determinasi adalah album ketiga dari Fingerprint. Album ini direkam di Medan dan hasil rekamannya dikirim ke Jakarta untuk didistribusikan. Proses pendistribusian dibantu oleh dua label yang berada di Jakarta, yaitu Disaster Records (Bandung) yang membantu mencetak kaset tape dan Lawless Records membantu mencetak CD. Album ini selesai pada pertengahan tahun 2021 dan langsung melakukan tour di provinsi asalnya. Tour tersebut berakhir pada bulan Desember selagi penutup tahun 2021. Selama tur di Sumatera Utara, Fingerprint tampil di beberapa kota antara lain, Tebing Tinggi, Rantau Prapat, Medan, Siantar, Sibolangit, Kabanjahe, Sidikalang, Binjai, Langsa, dan Lhokseumawe. Tour berlangsung dengan lancar di sela-sela PPKM level 3 yang masih berlangsung di Kota Medan dan berakhir pada akhir Desember tahun 2021.

Lancarnya tur ini membuat Lepot sang vokalis mengusulkan untuk melaksanakan tour lanjutan keluar kota. Tim Fingerprint menghubungi kawan-kawan mereka yang berada di pulau Sumatera untuk bersedia membantu keberlangsungan tur Determinasi ini. Ditambah, salah satu kawan dari Pekanbaru-Riau menghubungi tim Fingerprint untuk mengajaknya tampil di kota Pekanbaru. Respon positif dari kawan-kawan di luar kota dan sponsor yang membantu kebutuhan selama tur membuat tur ini dapat terlaksana. Perjalanan ini dimulai pada bulan Februari, dimulai dari Provinsi Sumatera Barat yang diadakan di 4 kota besar, lanjut ke Riau, hingga ke Kepulauan Riau.

Saya takjub dengan perkembangan dari band lokal Sumatera yang semangat meski umur sudah terbilang bukan usia anak muda, mereka dengan semangat tetap meniti karirnya di musik. Selain di musik personil dari Band Fingerprint juga memiliki profesi lain, ada yang bekerja di Bank, bekerja di Kementrian Pariwisata, Prambors, dan bidang lainnya. Berbagai macam latar belakang yang berbeda bukan menjadi penghalang mereka untuk tetap berkarir di musik.

Setelah bercerita tentang perjalanan Fingerprint, saya meminta mereka menceritakan kesan apa yang mereka dapat selama di Sumatera Barat. Ternyata perjalanan ke Sumatera Barat ini adalah perjalanan pertama mereka. Bagi mereka semuanya berkesan, mulai dari segi kuliner nya, perjalanan yang mereka tempuh, dan para audiens. Setiap kota yang mereka datangi di Sumatera Barat terdapat makanan yang berkesan. Lalu antusias para pengunjung yang membuat mereka semakin bersemangat. Seperti ketika di Bukittinggi, tiket habis terjual lebih dari 200 tiket, melebihi jatah tiket yang ditentukan saat itu yaitu 200 tiket. 

Para pengunjung yang bersemangat ditambah ada satu pengunjung wanita yang hadir bernyanyi dan ikut turun ke tengah kerumunan orang moshing ketika tur di Solok, bahkan hafal lagu-lagu mereka. Hal ini membuat Lepot dan teman-teman Fingerprint sangat terkesan karena baginya jarang ada wanita yang mau mengulik lagunya. Dan untuk kejadian malam ini yang acara tidak selesai, bukan hal yang baru bagi kawan-kawan Fingerprint. Jadi mereka tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mereka memaklumi kejadian-kejadian tersebut sangat mungkin terjadi di lingkungan Sumatera.

Makanan yang saya makan sudah habis, udara malam di Kota Solok semakin dingin, saya berpamitan lebih dulu untuk beristirahat. Kawan-kawan Fingerprint pun juga sudah kelelahan dan mereka besok masih harus jalan untuk melanjutkan turnya ke Payakumbuh. Saya dan teman saya berpamitan kepada semuanya, dan ketika ingin membayar makanan kami tadi. Ternyata semuanya sudah dibayar oleh tim Fingerprint. Suatu kesempatan yang sangat baik.

Farah Nabila, (b. Rawamangun, 2001), akrab disapa Farah, mahasiswa semester 5 Fakultas Dakwah, Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedang bergabung bersama Federasi Orienteering Nasional Pengprov Jakarta (FONI) menjabat sebagai Humas. Farah salah satu penggas Forum Komunikasi Sispala Jakarta. Kunjungi instagram @farrnab untuk melihat lebih banyak aktivitas keseharian dan perjalanan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.