Category Archives: Tenggara Festival

Melihat Kolektif Bekerja

Pengamatan Kecil yang Dimulai dari Tenggara Street Art Festival.

I. Perjalanan Sampai Rumah Tamera
Ketika menulis ini, ada semacam keraguan saya tidak akan cukup bisa merangkum pengalaman saya selama residensi di Solok, Sumatera Barat. Perasaan tersebut muncul sebab, ini jadi kali pertama saya berkunjung ke sana dimana pambacaan-pembacaan yang saya lakukan akan menjadi hal yang baru juga bagi saya sebagai seniman. Meski demikian, ada kekuatan dalam hati saya yang menganggap pengalaman dan petualangan adalah bagian-bagian penting dalam sebuah pembelajaran. Dan sesungguhnya residensi ini juga menjadi agenda penutup tahun yang luar biasa.

Continue reading

Memeriahkan Ruang Publik Solok

Tenggara Street Art Festival 2020

Sabtu, 28 November 2020, Tenggara Street Art Festival ditutup. Festival ini diinisiasi oleh Gubuak Kopi dan Rumah Tamera – Solok Creative Hub, sebagai pengembangan wacana mengenai street art dan semangat D.I.Y di Sumatera. Festival yang sudah berlangsung selama 10 hari ini terdari dari rangkaian program. Program-program yang berlangsung terdiri dari Artist in Residence, Workshop, Jamming Session, Camping, dan Closing Night.

Continue reading

TENGGARA STREET ART FESTIVAL: UPAYA MERESPON KOTA

Awal Desember lalu, seorang kawan dari Palu mengirimkan tangkapan layar dari sebuah berita daring tentang berdirinya Little Eropa di Lembah Harau, Sumatra Barat. Di gambar tersebut, terlihat pemandangan hijau dan kelabu khas Lembah Harau menjadi latar belakang bangunan-bangunan miniatur, menyerupai sejumlah bangunan ikonik di Eropa, seperti Menara Eiffel dan piramida kaca Museum Louvre. Kawan saya menyayangkan pembangunan miniatur-miniatur yang menurutnya malahan mengganggu keindahan asli Lembah Harau yang sudah sedari dulu ikonik dan indah meski tanpa tambahan visual. Di jagad maya, banyak netizen yang memberikan respon serupa terkait hal ini, meski sebetulnya Little Eropa di Lembah Harau sudah berdiri sejak tahun 2019. Memang, sekarang ini di berbagai lokasi di Indonesia sedang menjamur didirikannya miniatur-miniatur landmark ikonik atau lokasi wisata di luar negeri yang khas muncul pada laman influencer Instagram. Kencangnya sirkulasi visual di media sosial telah membuat orang-orang melihat semakin banyak referensi visual dari negeri seberang dan mendorong keinginan untuk memproduksi hal serupa. Swafoto di depan landmark ikonik, sekalipun hanya miniaturnya, menjadi sebuah tren yang belakangan pun dijadikan fitur wisata. Kebutuhan komersial wisata dan konsumsi visual ala Instagram pun telah mendorong segelintir pihak mencomot visual dari antah-berantah dan meletakkannya di berbagai titik di negeri ini dengan dalih memperindah dan menarik minat pengunjung.

Continue reading

OLEH-OLEH DARI MIMI BATIK

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Beberapa waktu sebelum penutupan Tenggara Street Art Festival, Dinas Pariwisata Kota Solok menelpon kami, ia menyampaikan pesan dari Mimi Batik. Salah satu rumah produksi batik khas Solok. Melalui dinas tersebut, Mimi Batik menyampaikan apresiasinya atas aksi kreatif para seniman yang terlibat di residensi Tenggara Festival selam 10 hari di Solok, 18-28 November 2020. Aksi tersebut telah mewarnai ruang publik Solok dan menurutnya menginspirasi teman-teman di Solok untuk berkontribusi secara kreatif untuk kota kecil ini.

Continue reading

ORKES TAMAN BUNGA DI TENGGARA FESTIVAL

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Sepertinya kelompok musik yang satu ini tidak perlu banyak perkenalan lagi. @orkestamanbunga yang berbasis di Kota Padangpanjang ini sudah berdiri sejak tahun 2012, dan sudah mewarnai berbagai panggung di Sumatra. Oktober lalu, Rumah Tamera juga turut terlibat dalam produksi dan peluncuran album kedua mereka di 3AM Creative Space, Kota Padang.

Continue reading

SUARA PAPAN IKLAN DI TENGGARA FESTIVAL

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Papan Iklan adalah sebuah proyek musik yang dikelola warga ekosistem @rumahtamera, yakni @muhrisky15@zakarzzzz@m.biahlil_badri dan @badikkk. Proyek musik ini hadir dalam format band. Beberapa lagu-lagu mereka mengemas teks-teks yang tersebar di ruang-ruang publik warga Solok. Teks-teks itu seperti iklan dan peringatan yang ditulis warga untuk setiap orang yang melihat. Dan band ini menjadikannya berbunyi dan terdengar.

Continue reading

NYANYIAN KISSHY DI TENGGARA

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Kisshy Neolle Amara adalah salah seorang musisi solo asal Solok. Sabtu, 28 Novemberi 2020 lalu ia berkesempatan memeriahkan malam penutupan Tenggara Street Art Festival di Taman Pramuka, Kota Solok. Ia tampil memukau para peserta kemah dan pada street artist. Suaranya yang merdu diiringi petikan gitar partner musiknya melantunkan teman-tembang yang sejuk.

Continue reading

PARA PENERIMA AWARD TENGGARA 2020

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Tahun ini, Tenggara Street Art Festival 2020, menyiapkan 4 kategori award (penghargaan). Penghargaan ini adalah salah satu bentuk apresiasi untuk kawan-kawan muda yang terlibat dalam Jam Session. Kami mengundang 3 orang juri untuk menemukan karya potensial pada 4 kategori award, yakni Andang Kelana (Visual Jalanan, Jakarta), Bujangan Urban (Jakarta), Verdian Rayner (Solok).

Tenggara Award untuk karakter visual yang orisinil, sadar akan capaian estetika dalam konteks seni jalanan. Dalam hal ini juri juga akan mempertimbangkan koherensi antara bentuk dan narasi yang tengah direspon. Gubuak Kopi Kopi Award untuk karya yang mewakili semangat otokritik dan optimis. Memahami permasalahan di sekitar kita, menertawakannya, sebagai cara mawas diri dan berbenah. Solok Milik Warga Award untuk karya yang memiliki semangat dan keberpihakan terhadap warga berdaya. Menyoroti, serta menjadi bagian dari sistem pendukung untuk warga yang mengatasi persoalannya, serta menjawab kebutuhannya sendiri. Cadas Award untuk seniman yang bertindak eksploratif terhadap media karyanya dan menawarkan kebaharuan terhadap gagasan mengenai seni jalanan.

Juri dipilih oleh Tenggara Street Art Festival untuk bebas menentukan penilainnya berdasarkan kategori award. Pengalaman, wawasan, serta keberpihakannya terhadap kebaharuan dan tujuan dari festival ini, menjadi dasar kami memilih para juri. Untuk itu keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.

Malam itu, pada acara penutupan, 28 November 2020, anak muda terpilih menerima awardnya. Award ini dipersembahkan oleh Rumah Tamera, Komunitas Gubuak Kopi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan merchandise spesial dari Gardu House.


PARA PENERIMA AWARD

Tenggara Award diterima oleh Muhammad Aqil Azizi
Tenggara Award diterima oleh Muhammad Aqil Azizi

Gubuak Kopi Award diterima oleh Nurul Ilham

Solok Milik Warga Award diterima oleh Rafiq “Alun”

Cadas Award diterima oleh Aprivaldi “Avei”

KEMEWAHAN DI TAMAN BIDADARI

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Taman Bidadari, lokasi mural yang satu ini berjarak sekitar 200 meter saja dari Rumah Tamera. Jarak yang cukup dekat. Selain tempat duduk, wc, instalasi permaianan, pohon, dan properti pendukung lainnya, tangki air PDAM juga ikut membentuk konstruksi taman. Tangki air berwarna biru itu terlihat menonjol dari pinggir jalan.

Blesmokie atau yang biasa kami sapa Cak Amie ini kami undang merespon bidang tangki air untuk media grafitinya. Tangki ini kurang lebih memiliki panjang sisi melingkar sekitar 18 meter 3 meter. Hari pertama berada di lokasi ia sudah bekenalan dengan hujan. Permukaan tangki ini terbuat dari besi, memiliki kelembaban yang membutuhkan waktu lama untuk kering. Untuk ini ia menambahkan kain lap (kanebo) sebegai alat tempurnya untuk mengeringkan permukaan tangka dalam waktu cepat. Selain basah terkena hujan, pun permukan ini sudah lembab boleh air di dalamnya.

Cak Amie ini sudah memulai grafitinya semenjak 2003. Di tahun yang sama ia membentuk tim grafiti pertamanya bernama NAWCRU, dan masih berjalan sampai sekarang. Pada 2012 ia pindah ke Jakarta dan menjadi bagian dari keluarga baru Artcoholic, dan ia bergabung bersama Gardu House. Selain itu, ia juga biasa membuat ilustrasi, desain grafis, dan juga membuat tatto. Selain itu, ia juga biasa membuat ilustrasi, desain grafis, dan juga membuat tatto.

Pada malam berikutnya saya datang melihat proses grafiti Cak Amie bersama Bujangan Urban, grafiti artist lainnya yang juga diundang ke Tenggara Street Art Festival.

“Aku nggak pernah lihat karya Amie jelek, ia jago gambar udah dari dulu” Bisik Bujangan Urban pada saya.

Cak Amie membutuhkan cukup banyak kaleng cat untuk menyelesaikan tengki ini. Garis yang detail dan warna yang berlapis-lapis sudah terlihat sejak hari ke-dua. Meski harus bolak balik ke Rumah Tamera karena hujan dan makan siang, Cak Amie mengerjakan grafitinya di sela hujan berhenti. Pengerjaan yang cukup lama pada tengki ini.

Sama seperti hari-hari biasanya, taman ini cukup sepi dari pengunjung. Biasanya akan dikunjungi oleh anak sekolah, orang yang lewat, dan warga sekitar. Sepertinya taman ini belum jadi tujuan awal orang-orang.

Street art dan ruang publik bagi saya seperti pasangan hidup. Ia seakan menghidupkan kembali Ruang publik yang sudah lesu dari pandangan mata. Setidaknya ‘mengganggu’ mata pasangan yang lewat dengan warna-warnanya. Mengaktivasi ruang publik.

Di sini Cak Amie ditemani Badik, salah satu seniman tuan rumah yang tergabung dalam ekosistem Rumah Tamera. Tidak hanya menemani, ia juga ikut mewarnai dinding bangunan di sebelah tangki ini dengan muralnya. Mural Badik ini juga akan direspon oleh Cak Amie setelah ia menyelesakan tengkinya.

Hari berikutnya hujan semakin sering turun, permukaan baru saja diselesaikannya setengah. Benar,seperti yang saya sebutkan sebelumnya hujan turun hingga 5 kali sehari, yang mempersempit waktu penyelesaian. Namun hari-hari terakhir menyusul dengan siang yang cukup cerah, meskipun tetap basah di malam harinya. Cak Amie memenuhi lingkaran tangki air dengan grafitinya.

Ada beberapa kolom yang ia munculkan di grafiti ini. Kolom tersebut berbentuk seperti tetesan air.  Salah satunya adalah siluet Rumah Gadang dan beberapa bentuk bangunan di sebelahnya.

Di pintu gerbang taman ini juga ada sebuah tabung seperti tengki kecil yang berbidang potret, Cak Amie berkolaborasi dengan Masoki membuat teks bertuliskan Tenggara Street Art Festival di bagian depan tengki. Dapur Rumah Tamera juga mendapatkan graffiti Cak Amie beberapa hari sebelum ia balik ke Jakarta.

WARNA-WARNA BARU DI KODIM 0309

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Sabtu, 6 Desember 2020 lalu, salah seorang seniman Sanggar Galatiak Solok mengirim beberapa gambar para remaja yang berlatih di lapangan basket Kodim 0309 Solok. Lapangan itu menjadi salah satu titik kolaborasi seniman residensi yang terlibat dalam Tenggara Street Art Festival. Gambar-gambar itu monyoroti lantai lapangan basket yang telah selesai dimural sejak 28 November 2020 lalu.

Continue reading