WARNA-WARNA BARU DI KODIM 0309

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Sabtu, 6 Desember 2020 lalu, salah seorang seniman Sanggar Galatiak Solok mengirim beberapa gambar para remaja yang berlatih di lapangan basket Kodim 0309 Solok. Lapangan itu menjadi salah satu titik kolaborasi seniman residensi yang terlibat dalam Tenggara Street Art Festival. Gambar-gambar itu monyoroti lantai lapangan basket yang telah selesai dimural sejak 28 November 2020 lalu.

“Makasih mural kota Solok… Kami lagi di sini… Sanggar tari Galatiak.” tulisnya dalam pesan WAG Ekraf Kota Solok.

Setelah pandemi covid-19 berangsur pudar oleh “Normal Baru”, banyak warga mulai menggiatkan aktivitas berolahraga di Kota Solok. Kodim 0309 Solok yang sebelumnya hanya diakses beberapa orang saja tiba-tiba menjadi ramai setiap sorenya. Anak-anak muda menjadikan markas militer itu sebagai titik kumpul aktivitas olah raga guna meningkatkan imunitas. Hal ini juga didukung oleh beberapa fasilitas “fitness” yang tersedia. Ada lapangan basket dan juga lapangan voli. Beberapa kali saya dan kawan-kawan Rumah Tamera ikut menikmati keseruan itu dan mendokumentasikan peristiwa ini.

Oktober 2020 lalu, 4 seniman Rumah Tamera – Solok Creative Hub ikut mencoba peruntungan pula untuk proyek mural estafet di lokasi itu, namun ternyata tidak mendaptkan izin dari pos jaga. Proyek mural estafet ini adalah bagian dari pra-event dari rangkaian Tenggara Street Art Festival. Pengembangan dari Solok Mural Competition menyebarkan semangat kreatif dan D.I.Y untuk publik Kota Solok. Seperti halnya anak muda umumnya tiba-tiba datang ke sana dan berolahraga. Empat seniman ini ingin mencoba tiba-tiba datang ke sana dan menggambar panel box persegi seukuran tinggi 2.5 dan sisi lebar 1/5 meter di tengah keramaian aktivitas olahraga kodim. Namun, barangkali ini masih asing dan perlu ada motif yang gampang diterima oleh kodim untuk ini. Sebaliknya pihak Kodim meminta seniman ini untuk memural koperasi milik mereka pada lain kesempatan.

Sekitar satu minggu setelah itu, saya dan beberapa kawan yang juga representasi dinas setempat menemui Komanda Kodim (Dandim) Letkol Arm Reno Triambodo. Menyambut kedatangan kami dengan hangat. Kali ini kami datang dengan target untuk meninggalkan karya di lapangan basket di halaman kodim tersebut. Kami menjelaskan maksud kami untuk merespons ruang-ruang publik, dan ia sangat mendukung niat ini. Ia juga bersedia menjamin gambar tersebut akan bertahan cukup lama di lokasi tersebut. Dalam Tenggara Festival, kami mengundang 10 seniman untuk ber-residensi di Solok, di lokasi-lokasi yang tengah kita soroti. Di lapangan Kodim sendiri, kami meminta kolektif Rumah Ada Seni (Padang) dan Da Boy (Solok) untuk merespon lokasi ini.

Da Boy dan Rumah Ada Seni memulainya pada tanggal 20 November 2020. Ternyata dengan keadaan musim yang sulit diprediksi sedikit menyulitkan teman-teman ini menyelesaikan muralnya. Hujan datang hampir setiap hari. Beberapa kali cat yang belum kering tiba-tiba tersapu kembali oleh hujan. Da Boy dan kawan-kawan mengaku ini menjadi pengalaman baru bagi mereka. Menggambar di lantai yang sangat besar. Jika pada dinding, ketika hujan mungkin tidak akan terlalu merusak gambar. Namun, pada lantai yang menghadap langsung ke langit ini, hujan dapat menggenang. Begitu pula, jika pada dinding kita bisa mundur sejenak untuk memeriksa gambar. Namun di lantai prosesnya tidak semudah itu. Sementara itu, gambar-gambar juga harus memikirkan bagaimana kehadiran mereka tidak mengganggu visual para pemain basket nantinya. Garis-garis lapangan dipertegas dan warna-warna cerah bermunculan.

Selama berproses, setiap kali hujan selesai, mereka harus menyapu dan mengepel kembali lantai lapangan yang basah dan kadang menggenang. Terpal seukuran 6×8 meter ternyata tidak cukup membantu, namun cukup untuk melindungi beberapa potongan gambar yang belum kering. Hampir setiap sore anak-anak yang biasa bermaian basket di sana hadir, membantu teman-teman seniman membersihkan lapangan setiap kali hujan. Tidak jarang pula mereka menghadiahi teman-teman seniman ini minuman dan makanan ringan. Perkenalan mereka sedikit mengurangi penat para seniman.

Setelah beberapa hari berproses, Verdian Rayner menyatakan ingin terlibat mewarnai lapangan ini. Diskusi singkat, Verdian ikut bergabung. Gambar ini selesai pada tanggal 28 November. Teman-teman pecinta basket dan beragam anggota kodim mengaku senang karena muncul beragam warna memeriahkan area yang didominasi warna hijau ini. Ini semacam memperkuat semangat kreatif, akselerasi positif, dan semoga turut meningkatkan imunitas kita. Tentu saja kami menyempatkan foto bersama dan berjanji memperpanjang silaturahmi ini.

Albert Rahman Putra, biasa disapa Albert, adalah seorang penulis, kurator, dan pegiat budaya. Merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, dengan fokus studi pengkajian seni karawitan. Dia adalah pendiri Komunitas Gubuak Kopi dan kini menjabat sebagai Ketua Umum. Albert aktif sebagai penulis di akumassa.org. Ia juga memiliki minat dalam kajian yang berkaitan dengan media, musik, dan sejarah lokal Sumatera Barat. Manager Orkes Taman Bunga. Tahun 2018 bersama Forum Lenteng menerbitkan buku karyanya sendiri, berjudul Sore Kelabu di Selatan Singkarak. Ia merupakan salah satu kurator muda terpilih untuk program Kurasi Kurator Muda yang digagas oleh Galeri Nasional Indonesia, 2021.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.