LASUANG KAMBA DAN JAUH YANG DEKAT (BAGIAN II)

Sebelumnya terjadi perdebatan panas di parlemen Belanda dari tahun 1877-1887 tentang pemilihan jalur yang akan dibangun, masalah uang yang akan dikeluarkan, dan rencana pembuatan rel di Sumatera Barat akan menghubungkan pantai barat atau timur. Rencana ini menjadi perdebatan lagi dengan berbagai alasan.

Continue reading

LASUANG KAMBA DAN JAUH YANG DEKAT (Bagian I)

Sebuah negeri di balik bukit timur Kota Padang yang terkenal dengan kualitas pertanian dan emasnya. Tanah yang subur dan hasil bumi yang melimpah membuat derah ini mashur. Berita ini di sampaikan oleh Sir Thomas Stamford Raffles seorang  Inggris yang datang  pada tahun 1818 ketika mengunjungi pusat kerajaan Minangkabau. Ketika perang Napoleon beberapawilayah jajahan Belanda diserahkan pada Inggris, termasuk Sumatra Barat, hingga harus dikembalikan setelah perang urusai. Berharap dapat meyakinkan Raja Inggris untuk menguasai Minangkabau, ia membawa sejumlah rombongan dan peneliti untuk membagun kerja sama dengan para pemimpin lokal.

Continue reading

Gejolak Bersendikan Kopi (bagian II)

*Sambungan dari Gejolak Bersendikan Kopi (bagian I)

Gerakan di Tanah Sebelah

Ujung tombak serangan orang Minangkabau atas orang-orang Batak adalah Lembah Rao yang mengikuti Alahan Panjang menerima asas-asas Padri. Rao memiliki tradisi hubungan yang lama dengan dunia Minangkabau lainnya.[1] Rao juga menjadi salah satu daerah pertambangan yang paling penting di Minangkabau. Tidak heran juga kalau Tuanku Imam Bonjol melirik ke arah Rao. Sawah yang luas dan juga tanaman kopi menjadikan daerah ini menarik untuk digarap. Bahwa masyarakat Padri Alahan Panjang menyadari ini sebagai dimensi dan kekuatan di bidang perdagangan. Gerakan pertama Padri di sini ialah menaklukkan dan mengalih-imankan masyarakat sekitarnya. Seperti halnya Rao Mandailing juga kawasan penghasil emas.

Continue reading

Gejolak Bersendikan Kopi (bagian I)

Akhir-akhir ini “beragama” sedang maraknya diperbincangkan di Indonesia. Setidaknya pasca-terlapornya mantan wakil Gubernur DKI Jakarta pada 7 Oktober 2016 lalu, kerena diduga melakukan tindak pidana penghinaan agama. Peristiwa ini bermula saat dia melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu. Saat berpidato dihadapan warga, yang mengatakan tidak memaksa untuk memilih dirinya pada Pilkada 2017. Pernyataan itu disertai kutipan Surat Al-Maidah ayat 51 yang menuai banyak reaksi publik. Saat itu berbagai media di Indonesia seakan berperang membela keyakinannya masing-masing melalui akun sosial media. Pembelaan terhadap suku dan ras pun begitu. Juga pada saat itu tidak sedikit pula berita-berita “hoaks” berkembang semakin banyak. Begitu sensitif dan berdampak besar jika menyinggung persoalan “keyakinan”. Merasa terpanggil, merasa benar dan tidak bersalah seakan menjadi peluru.

Continue reading

Pameran Rumah Bermain Arah

Rumah Bermain Arah adalah sebuah pameran presentasi Leni Marlina setelah mengikuti program kelas fotografi dan literasi media di Gubuak Kopi. Pameran ini diinisiasi oleh Rumah Tamera sebagai upaya menyoroti proses Leni yang cukup unik untuk lingkup Solok. Selama berproses di Gubuak Kopi, Leni mengenal sejarah perkembangan media, dan sejarah perkembangan fotografi. Selama berposes Leni juga memproduksi foto dan mempersiapkan pameran. Ia berkolaborasi bersama sejumlah pegiat yang tergabung di Rumah Tamera, yakni: Sayhallo, Vroenightmare16, Zakarbukanlahbuah, Biahlil Badri, Biki Wabihamdika, Pichoiii, dan didukung oleh Gubuak Kopi.

Continue reading

Musik Kontemporer: Anak Aliak

Anak Aliah Adalah sebuah karya musik yang merespon fenomena musikal pada kesenian indang tradisi di Gantuang Ciri, Solok. Istilah Anak Aliah sendiri diambil dari salah satu peran/personel dalam tradisi tersebut, yang bermain secara eksploratif, tidak dengan motif dan pola ritme yang baku. Ia mengikuti, mengisi, dan mengimbangi dinamika permainan peran instrumen lainnya, yang bermain dalam ritme dan tempo terarah.

Continue reading

Lokakarya OE dan Kampung

Pada 29 November 2019 lalu, Komunitas Ladang Rupa menggelar sebuah project Oesman Effendi dan Kampung. Project ini berjalan di Bukittinggi dan di Koto Gadang, Agam. Terdiri dari rangkaian kegiatan seperti lokakarya, riset, dan pameran. Dalam project ini Ladang Rupa mengajak para partisipan mendalami pemikiran Oesman Effendi dan bagaimana kampung halamanya, yakni Koto Gadang, Agam turut membentuk pemikirannya.

Continue reading

Badaceh Club dan Gema Budaya

Badaceh Club adalah sebuah kelompok yang diisi oleh 12 orang siswa SMP N 1 Kota Solok. Siswa-siswa ini dipertemukan dalam rangka Program Remaja Bermedia 2019. Para siswa diajak untuk mengembangkan permainan tradisional yang pernah berkembang di Solok. Sejumlah permainan yang bisa dilacak, terutama yang memungkinkan untuk media belajar pengetahuan umum, pengetahuan muatan lokal, serta mengembangkan sikap sportif, dikembangkan bersama program ini.

Continue reading

Marapulai Bapakaian

Vlog by Biahlil Badri // Gantuang Ciri, 9 September 2019

Marapulai bapakaian, merupakan salah satu tahapan pada tradisi baralek pernikahan di Nagari Gantuang Ciri, Solok. Dimana seorang marapulai (pengantin lak-laki) akan dipakaikan baju (Jas, atau pakaian lainnya) oleh “bapak”nya. Yang dimaksud bapak di sini adalah saudara laki-laki dari ayah, atau jika tidak, bisa digantikan dengan bapak sapasukuan (satu klan/garis keturunan) di nagari tersebut.

Continue reading