Ramahnya Hari Ini

Catatan Proses Residensi Daursubur 2021

Residensi Daur Subur yang diadakan Komunitas Gubuak Kopi di Rumah Tamera, Solok sedang berlangsung. Residensi ini adalah bagian dari program Daur Subur yang digagas sejak tahun 2017 lalu. Sebuah studi untuk memetakan dan mengkaji kebudayaan yang berkembang di masyarakat pertanian Sumatera Barat. Tahun ini program Daur Subur menggelar proyek khusus untuk merespon narasi kesalingkaitan keragaman budaya di Kel. Kampung Jawa, Solok, melalui metode residensi dan kolaboarasi. Proyek ini juga bekerjasama dengan Galeri Nasional Indonesia, sebagai presentasi partisipan terpilih Kurasi Kurator Muda, yakni Albert Rahman Putra, yang juga mengkuratori proyek ini.

Partisipan mulai berdatangan ke Rumah Tamera – Solok Creative Hub, ada yang dari Palu, Riau, Padang Pariaman, dan saya dari Padang. Perjalanan yang melelahkan, karena beberapa waktu sebelumnya mobilitas saya cukup cepat. Saya datang ke sini atas ajakan Amelia dari Padang Pariaman yang sudah saya kenal sejak 2019. Kita berada di komunitas yang sama yaitu Dangau Studio dan kita terlibat pada residensi Daur Subur sebagai perwakilan Dangau Studio.

Sesampai di Rumah Tamera saya menemui teman-teman yang sedang menggelar makan siang bajamba (makan bersama). Meletakkan barang-barang ke ruang atas Rumah Tamera dan turun untuk makan bersama. Rasa lelah pun hilang secara perlahan akibat asupan nutrisi yang diberikan tepat pada waktunya.

Kemeriahan partisipan dalam beraktivitas begitu terasa, memotong-motong botol plastik yang sudah dilakukan sebelum saya datang. Lengan yang mulai cape karena mengguntingi botol, lalu ingin digantikan dengan diganti dalih gunting tidak tajam, dan memberikannya kepada peserta lain untuk menguji ketajaman gunting sambil bergurau. Siang menjelang sore nan apik di Rumah Tamera, di sudut lain saya melihat ada beberapa partisipan yang memasak botol plastik yang sudah dipotong-potong. Kemudian dicampurkan dengan oli agar kuat dan tidak mudah lekat ke seng plat. Kami menyebutnya rendang plastik. Setelah berjam-jam masak, terkumpul cairan yang dirasa cukup dan dimasukkan ke dalam sebuah cetakan batako atau paving block. Menunggu beberapa menit untuk membuka cetakan untuk melihat hasil batako plastik. Percobaan yang sangat seru. Cetakan dirasa kering dan sudah layak untuk dibuka, tapi terkendala saat membuka baut-baut cetakan karena batako plastik lengket pada cetakan. Berkali kali percobaan untuk membukanya tapi masih belum bisa. 

Sore nan ramah di hari kelahiran Rasulullah, saya dan lima partisipan lainnya mengunjungi rumah ketua RT II, Kampung Jawa. Berkenalan, kemudian mendengar cerita-cerita seputar Kampung Jawa. Pak Haris Aldhino, ketua RT yang masih cukup muda, 31 tahun. Ia sangat mendukung segala aktivitas positif yang dilakukan oleh Komunitas Gubuak Kopi, banyak hal yang diketahuinya terkait program Komunitas Gubuak Kopi. Di teras rumahnya kita membicarakan banyak hal. Kondisi masyarakat RT II yang mulai memiliki kesadaran betapa pentingnya untuk mengelola sampah yang berasal dari rumah tangga.

Beberapa tahun lalu masyarakat mengeluhkan kepada anggota DPRD Kota Solok bahwa tempat pembuangan sampah yang jaraknya cukup jauh dan jumlahnya yang tidak banyak. Sehingga diperlukan sebuah aksi strategis untuk menghindari penumpukan sampah, baik sampah organik maupun anorganik. Keluhan masyarakat menjadi pendorong Komunitas Gubuak Kopi untuk mengelola sampah sendiri dan menularkannya pada orang-orang sekitar. 2019 menjadi tahun pertama produksi kompos berbahan sampah organik rumah tangga, seperti dedaunan, sisa sayuran, dan buah-buahan busuk. Diperlukan waktu sekitar tiga bulan untuk pengomposan. Kemudian wadah untuk membuat kompos sederhana, dari sisa botol kopi di Rumah Tamera, dibagikan ke beberapa rumah warga. Mayoritas warga RT II memiliki taman mini dan diajak untuk memproduksi kompos. Setidaknya mereka menanam tanaman obat obatan di sekitar rumah. Ada juga yang menanam bunga dan jenis tanaman lainnya.

Ketertarikan masyarakat terhadap tanaman dengan menanam berbagai jenis tanaman, dilakukan juga oleh Ketua RW VI. Pak Riko Susanto yang bekerja di BPBD Kota Solok. Seusai mengunjungi rumah ketua RT II, kami menyempatkan untuk mengunjungi rumah ketua RW VI, Riko. Sayangnya kami tidak mendapati Ketua RW di rumah, ia sedang bekerja. Istrinya menyambut kami dan kita berlarut dalam obrolan menjelang senja. 

Di halaman rumahnya kami melihat berbagai jenis tanaman, sembari istri Pak Riko bercerita bahwa suaminya memiliki hobi baru yaitu membonsai atau menanam tanaman yang dikerdilkan. Diawali dengan membawa batang-batang pohon berkapasitas sedang yang sudah dipangkas akar dan cabangnya. Dibutuhkan perawatan teratur untuk memperoleh hasil yang maksimal. Tak hanya tanaman hias, di dalam rumahnya kita melihat akuarium yang dibuat sendiri oleh Pak Riko. Sudah banyak akuarium yang ia buat sendiri dan dibeli oleh rekan-rekan kerjanya. Senang sekali rasanya memiliki hobi yang sangat positif. 

Tak terasa langit mulai berwarna jingga pertanda kita harus kembali ke Rumah Tamera. Hari ini masih pertengahan bulan, tapi kita melihat bulan purnama di langit. Sebagaimana biasanya bulan penuh hanya dapat dilihat ketika akhir bulan. Keistimewaan maulid. 

Seusai menunaikan salat magrib, saya menulis profil untuk keperluan penerbitan tulisan di web Gubuak Kopi. Tak membutuhkan waktu lama saya menyelesaikan profil dan melengkapi data lainnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh partisipan lain. Saya bergerak ke dapur dan memperhatikan Kak Sarah sedang memasak menu makan malam kami. Saya tidak membantu banyak karena tidak memiliki keahlian di bidang masak memasak. Saya hanya mengupas kulit bawang dan memotong kacang panjang. Makanan selesai dimasak dan saatnya untuk menyantap. Ada jengkol, kentang, teri, kacang panjang, dan tempe. Makan malam yang bermakna bagi saya. Saya lupa kapan hal ini terakhir kali saya lakukan.

Aza Khiatun Nisa (b. Simawang, 2003), akrab disapa Aza, mahasiswa baru Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Salah satu talent Dangau Studio, sebuah wadah pengembangan minat dan bakat anak muda dalam bidang seni rupa di Kota Padang. Aza juga penggagas Pemuda Berdaya yang merupakan ruang diskusi bagi Generasi Z tentang pendidikan. Ia terlibat dalam proyek Young Vironmen di bawah naungan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Kementerian Keuangan RI. Aza memiliki ketertarikan pada aktivitas ekspedisi, konservasi, literasi, dan filsafat. Saat ini Aza juga aktif berkegiatan dan belajar di Rumah Tamera - Komunitas Gubuak Kopi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.