Author Archives: Albert Rahman Putra

Albert Rahman Putra, biasa disapa Albert, adalah seorang penulis, kurator, dan pegiat budaya. Merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, dengan fokus studi pengkajian seni karawitan. Dia adalah pendiri Komunitas Gubuak Kopi dan kini menjabat sebagai Ketua Umum. Albert aktif sebagai penulis di akumassa.org. Ia juga memiliki minat dalam kajian yang berkaitan dengan media, musik, dan sejarah lokal Sumatera Barat. Manager Orkes Taman Bunga. Tahun 2018 bersama Forum Lenteng menerbitkan buku karyanya sendiri, berjudul Sore Kelabu di Selatan Singkarak. Ia merupakan salah satu kurator muda terpilih untuk program Kurasi Kurator Muda yang digagas oleh Galeri Nasional Indonesia, 2021.

Perkenalan dengan Lombok Utara

Catatan residensi di Lombok Utara #1

Bagi saya perkenalan dengan Lombok Utara telah berlangsung sejak 2013 lalu. Saat itu saya bersama beberapa kawan terlibat dalam program AKUMASSA Bernas yang digagas oleh Forum Lenteng di Cisarua, Bogor. Di sana saya bertemu dengan Sibawaihi, salah seorang pegiat di Komunitas Pasir Putih dari Lombok Utara. Dalam proyek tersebut antara lain kita mengembangkan sebuah model pencatatan yang bernas dengan metode jurnalisme warga, dalam membicarakan isu-isu yang ada di sekitar kita. Proyek ini pula yang menjadi cikal bakal buku pertama saya, Sore Kelabu di Selatan Singkarak yang kemudian diterbitkan oleh Forum Lenteng (2018). Sibawahi sebagai salah seorang partisipan proyek ini menjabarkan ragam persoalan yang tengah ia dan organisasinya amati. Sejak itu saya selalu memantau tulisan-tulisanya di AKUMASSA dan media yang dikelola organisasinya. Continue reading

Membaca Kembali Bakureh

*Pengantar kumpulan tulisan Bakureh Project #1

Kamis, 7 Juni 2018 lalu, telah selesai dilaksanakannya lokakarya Daur Subur sebagai tahapan awal dari rangkaian Bakureh Project. Pada dasarnya proyek seni ini merupakan proyek seni ke #4 dari Program Daur Subur yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi sejak tahun 2017. Proyek kali ini dipimpin oleh Delva Rahman, salah seorang pegiat media di Gubuak Kopi. Dalam proyek ini Delva melanjutkan temuan Elfa Kiki Ramadhani yang belum sempat dibahas mendalam pada Lokakarya Daur Subur #2 – Lapuak-lapuak Dikajangi, yang digelar September-Oktober 2017 lalu. Delva melihat sejumlah poin menarik dari isu ini, yang kemudian ia usulkan untuk dibahas lebih lanjut dalam bersama Program Daur Subur. Presentasinya kemudian diperkaya dengan masukan teman-teman lainnya di Gubuak Kopi, dan kemudian kita putuskan untuk merancang proyek ini semaksimal mungkin, dan Delva pun juga berhasil menggalang dukungan dari Cipta Media Ekspresi. Continue reading

Resah di Salingka Gunung Talang

Awal Mei 2018 lalu, sebagain besar warga Batu Bajanjang dan sekitarnya dikejutkan dengan kabar akan diadakannya latihan militer di kampung mereka. Kekawatiran ini muncul mengingat kampung ini sedang dalam sengketa rencana proyek geotermal. Proyek ini diyakini dapat memberikan dampak buruk pada lingkungan sosial dan lingkungan hidupnya. Proyek ini ditolak warga sejak Juni 2017 lalu, walaupun masih terlihat usaha dari pihak pro-proyek geotermal untuk terus merebut lahan ini. Continue reading

Kuda Lumping Meminjam Tubuh

Kuda Lumping adalah salah satu tradisi khas dari kebudayaan Jawa. Ia juga dikenal sebagi kesenian yang sarat akan musical, gerak, ekspresi, dan magic. Tradisi ini sebagai kesenian juga tumbuh di Solok, Sumatera Barat. Di Negeri Minangkabau ini Kuda Lumping tumbuh didukung oleh keberadaan komunitas jawa. Sebagian besar komunitas ini berdomisi di Ampang Kualo, Kelurahan Kampung Jawa Kota Solok. Selain untuk melepaskan hasrat berkesenian dan kecintaan akan tradisi kampung halaman, Kuda Lumping juga membuka diri untuk tampil di hadapan warga Solok secara umum. Baru-baru ini Kuda Lumping telah tampil di perayaan “17an” dan video ini adalah rekaman peristiwa kuda lumping di kampus UMMY Kota Solok, dalam rangkaian pelantikan kepengurusan Bengkel Seni dan Sastra (BSS) Wajah UMMY. Continue reading

Sepoi Sore Selatan Singkarak

Akhir tahun 2017 lalu, jalur penghubung antar nagari di selatan Danau Singkarak kembali bagus. Sebelumnya jalanan ini rusak parah dan menimbulkan debu, akibat ramainya truk pengangkut hasil tambang Galian C di Paninggahan. Debu diterpa angin menyelimuti hijau dedaunan dan padi di tepian jalan. Kini jalur yang tepatnya berada di wilayah nagari Saniangbaka ini telah kembali diperbaiki. Kendaraan berjalan dengan lancar, dan mulai muncul aktivitas lari sore di sekitaran lokasi, dengan pemandangan indah ini. Continue reading

Tertawa dan Bernyanyi

Beberapa waktu lalu tim Vlog Kampuang mendapat kesempatan mengikuti konser Orkes Taman Bunga di Solok Selatan. Berikut suasana teman-teman Orkes Taman Bunga latihan menjelang penampilannya. Orkes Taman Bunga adalah salah satu jaringan kerja Gubuak Kopi, sebuah kelompok musik berbalut orkes moral yang telah melahirkan sejumlah lagu dengan cara khas mengkritik diri sendiri dengan menertawakan dan menyanyikannya dengan gembira. Kelompok ini berbasis di Padangpanjang, adalah salah kelompok musik yang paling populer di Sumatera. Continue reading

Mendaki Jenjang Jamiak

Masjid Jamiak, adalah salah satu mesjid tua di Padang Sibusuk. Bagi Masyarakat sekitar mesjid ini memiliki memori sejarah tersendiri. Menurut cerita para orang tua, di masjid inilah diumumkan berita kemerdekaan yang telah diproklamasikan oleh Soekarno – Hatta. Masjid ini juga memiliki arsitektur yang unik, dulu di bawah masjid ini merupakan aliran sungai sebelum ia dialihkan. Saat ini di bawah masjid juga terdapat mata air, yang biasa dikonsumsi warga untuk air bersih. Hal mernarik lainnya, adalah terdapat seratus jenjang menuju masjid ini, selain baik untuk kesehatan fisik, ia juga melatih kesabaran umat yang hendak pergi ke masjid. Continue reading

Kuratorial Open Lab: Mamboncah

Mamboncah: Membasahi yang kering, memulai kembali. Demikian kami generasi kini memahami aktivitas yang biasa dilakukan petani setelah panen dan hendak menanami sawahnya kembali. Bagi kita, ia adalah kerangka filosofis yang merujuk pada aksi untuk terus berbenah dan memperbaharui ruang, atas nama masa depan yang lebih baik serta keseimbangan yang berlanjut. Continue reading

Kering di Seberang Kincia

Di Jorong Tapi Balai dulunya terdapat hamparan sawah yang luas mengikuti aliran sungai. Di sana dulunya juga terdapat banyak kincir air. Beberapa tahun terakhir kincir sudah semakin jarang kita temui. Selain karena banyak petani yang memilih menggunakan mesin, banyak juga sawah-sawah di sekitaran lokasi itu telah kering karena ditambangi emas. Siang, itu kami mengunjungi beberapa kincir yang masih berjalan. Continue reading