Author Archives: Biahlil Badri

M. Biahlil Badri (Solok, 1996). Biasa disapa Adri. Salah satu anggota Komunitas Gubuak Kopi. Sempat berkuliah di ISI Padangpanjang. Sekarang aktif mengelola akun @solokmilikwarga, sebuah metode pengarsipan yang dikembangkan Gubuak Kopi melalui platform Instagram, dan juga aktif menulis untuk beberapa media di Sumatera Barat. Ia juga merupakan salah satu partisipan kegiatan Daur Subur di Parak Kopi (2019), kolaborator Pameran Kesejarahan Kurun Niaga bersama Gubuak Kopi (2019). Saat ini selain di Gubuak Kopi, ia juga mengelola kelompok musik Papan Iklan.

Mengenali Lingkungan Parak Kopi

Selasa, 18 Juni 2019, adalah hari ke-2 Lokakarya Daur Subur di Kelurahan Alai Parak Kopi, Kota Padang. Kegiatan ini adalah bentuk kerja kolaborasi Gubuak Kopi bersama Surau Tuo AMR. Lokakarya ini adalah kelanjutan dari Silahturami di bulan Ramadhan dahulunya. Di hari ini saya melakukan aktivitas observasi lapangan atau mengenal lingkungan di sekitar Kelurahan Alai Parak Kopi bersama Risky, Zekalver, Dayu, dan Holil. Selama perjalanan riset, kami mengabadikan beberapa hal yang kami anggap menarik untuk dibicarakan dan juga dianggap penting untuk dikaji nantinya, atau beberapa tahun kedepan.

Continue reading

Lebaran Bakajang

Bulan ramadhan telah berakhir, maka datanglah hari Raya Idul fitri. Berbagai kegiatan dilakukan oleh warga dalam rangka merayakan hari kemenangan ini. Dari mendatangi sanak keluarga di luar kota, di kampung halaman, dan pergi berlibur ke tempat-tempat wisata. Namun di beberapa daerah warga memiliki cara sendiri menyambutnya. Nagari Gunuang Malintang adalah salah satu contohnya,  Nagari yang terletak di Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limpuluh Kota ini melalukan tradisi  tahunan pada hari ke -4 setelah lebaran, yang disebut “Alek Bakajang”.

Continue reading

Bertemu Inyiak Surau

Sore (20 Mei 2019) sekitar jam tiga, dari rumah saya dan Biki berangkat menuju Surau Tuo AMR. Sebuah perkumpulan alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang yang berbasis di Kota Padang. Tapi tempat ini biasanya kami sebut ‘Surau Tuo’ saja. Kami berangkat menggunakan angkutan umum, dan disusul oleh dua anggota Gubuak Kopi lainnya, yakni Albert dan Volta menggunakan sepeda motor. Mereka sempat terhenti separuh jalan karena hujan yang belum juga berhenti.

Continue reading