Mengenali Lingkungan Parak Kopi

Selasa, 18 Juni 2019, adalah hari ke-2 Lokakarya Daur Subur di Kelurahan Alai Parak Kopi, Kota Padang. Kegiatan ini adalah bentuk kerja kolaborasi Gubuak Kopi bersama Surau Tuo AMR. Lokakarya ini adalah kelanjutan dari Silahturami di bulan Ramadhan dahulunya. Di hari ini saya melakukan aktivitas observasi lapangan atau mengenal lingkungan di sekitar Kelurahan Alai Parak Kopi bersama Risky, Zekalver, Dayu, dan Holil. Selama perjalanan riset, kami mengabadikan beberapa hal yang kami anggap menarik untuk dibicarakan dan juga dianggap penting untuk dikaji nantinya, atau beberapa tahun kedepan.

Perjalanan observasi kami hari ini berakhir di ladang kangkung milik salah satu warga, yang kebetulan pemilik ladang berada di sana. Kami sempat menyimak aktivitas bapak sang pemilik ladang ini dari pinggiran. Dari sini saya melihat beliau berdiri di sebelah  mesin pemotong rumput. Dan juga dua orang bapak-bapak yang sedang membersihkan sisa kangkung yang mereka panen. Lalu karena rasa penasaran, kami sepakat untuk menghampiri beliau. 

“Pak, kangkungya dipanen menggunakan mesin rumput ya pak” tanya saya.

“bukan, ini untuk sapi saya, kalau panen kangkung saya menggunakan pisau” terang bapak pemilik ladang kepada saya.

Sembari berdialog saya juga mengambil video aktivitas bapak sang pemilik ladang, untuk kebutuhan riset saya. Selama pengambilan video saya menyimak beberapa dialog teman saya dengan beliau tentang hasil panen dan pemasaran kangkung, beliau menjelaskan setiap kali panen bisa menghasilkan 150 ikat kangkung bahkan lebih setiap harinya, dan beliau juga menambahakan bahwa untuk pemasaran satu ikat kangkung itu dijual Rp, 3.000,-  dan panen dilakukan setiap hari pada jam dua hingga empat pagi.

Setelah dirasa cukup untuk perjalanan observasi pada hari ini, kami pulang dengan jalan yang berbeda dari sebelumnya. Sesampainya di rumah kami ditunggu oleh beberapa teman yang sudah menyiapkan makan siang.

Sesuai jadwal, siang ini  materi akan disampaikan oleh Alber Rahman Putra, mengenai “Sejarah dan Perkembangan Media”. Albert memulainya dengan menjelaskan tentang alur sebuah komunikasi, yaitu adanya komunikator dan komunikan dan juga pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelahnya, Albert memberikan contoh medium-medium komunikasi, seperti radio, koran, televisi sebagai medium media massa.

Selama penyampaian materi Albert juga menayangkan  bentuk-bentuk medium kuno seperti mural atau lukisan dinding Gua Magura di Bulgaria (8000 tahun yang lalu), dan juga baru-baru ini telah ditemukan lukisan dinding yang usianya diperkirakan 40.000 tahun lalu, di Gua Maros, Pangkep, Sulawesi Selatan. Setelah itu materi berlanjut pada penemuan teknologi kamera, seperti penemuan kamera obscura (kamera lubang jarum) oleh Ibnu Al-Haithami.

Materi terus berlanjut sampai pada sejarah Cinematography yang mulai berkembang pada 28 desember 1895, ditandai dengan presentasi filem di ruang gelap dengan alat cinematograph oleh Louis dan Auguste atau dikenal dengan Lumiere Bersaudara. Pada era ini filem sudah menjadi industri.  Sebelumnya telah dijelaskan pula contoh-contoh filem dan eranya.  Seperti “Era Filem Bisu” pada tahun 1894-1929, di era ini filem dipertunjukan bersaaman dengan musik, dulu orang menyebutnya dengan “menonton pertunjukan filem”. Kemudian filem berkembang lagi sampai pada era Vitaphone pada tahun 1926-1931, di era ini menjadi penanda dimulai era film bersuara. Dan filem terus berkembang hingga hari ini seiring perkembangan teknologi filem itu sendiri maupaun situasi sosial-ekonomi-politiknya.

Setelah dijelaskannya tentang sejarah sinema, kami menyempatkan berdoa untuk saudara-saudara kita di Sudan yang sedang mengalami krisis. Sebelum berakhirnya penyampaian materi, beberapa orang dari kami diminta untuk me-riview kembali tentang materi yang tadi disampaikan.

Setelah magrib Rizky, Albert, Holil, Ilham dan Kitiang pergi ke rumah pak RT Parak Kopi, untuk memberitahu bahwa kami akan melakukan kegiatan beberapa hari kedepan di sini. Sekitar jam delapan kami menlanjutkannya dengan menceritakan hasil observasi lapangan pertama. Dengan menjelaskan apa saja yang kami lihat dan abadikan, dan apa-apa yang menurut kita penting untuk dikenali lebih dalam. Observasi ini akan terus dilakukan beberapa hari kedepan dan dilanjutkan dengan riset sederhana.

Kemudian kami melanjutkan kelas. Sebelumnya, sore tadi, Albert meminta kita untuk mencari tahu dan memahami tujuh unsur kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Malam itu, kita menjabarkan kembali unsur-unsur itu, yang diataranya adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan/ organisasi sosial, peralatan dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan, dan sistem kesenian. Menurut Albert, tujuh unsur ini membantu kita untuk memahami sebuah kebudayaan. Unsur-unsur ini dapat kita identifikasi sebagai penelitian awal di sebuah kebudayaan.

Ketujuh unsur tersebut saling berkaitan, seperti sistem teknologi dengan sistem mata pencaharian, masyarakat yang mata pencaharian di perikannan akan membuat teknologi yang membantu mereka dibidang tersebut. Lalu, sistem religi dan kesenian kedua sistem ini juga saling berkaitan, bahwasanya masyarakat minang yang mempunyai kesenian salawaik dulang (kesenian bershalawat kepada nabi menggunakan dulang), kesenian ini lahir karena adanya Islam.

Setelah selesainya pembahasan materi tentang tujuh unsur kebudayaan, Zekalver sebagai moderator menutup lokakarya untuk hari ini. Lalu ada juga di antara kami yang melanjutkannya dengan diskusi ringan tentang materi tadi dan juga beristirahat untuk tidur.

M. Biahlil Badri (Solok, 1996). Biasa disapa Adri. Salah satu anggota Komunitas Gubuak Kopi. Sempat berkuliah di ISI Padangpanjang. Sekarang aktif mengelola akun @solokmilikwarga, sebuah metode pengarsipan yang dikembangkan Gubuak Kopi melalui platform Instagram, dan juga aktif menulis untuk beberapa media di Sumatera Barat. Ia juga merupakan salah satu partisipan kegiatan Daur Subur di Parak Kopi (2019), kolaborator Pameran Kesejarahan Kurun Niaga bersama Gubuak Kopi (2019). Saat ini selain di Gubuak Kopi, ia juga mengelola kelompok musik Papan Iklan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.