Bertemu Inyiak Surau

Sore (20 Mei 2019) sekitar jam tiga, dari rumah saya dan Biki berangkat menuju Surau Tuo AMR. Sebuah perkumpulan alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang yang berbasis di Kota Padang. Tapi tempat ini biasanya kami sebut ‘Surau Tuo’ saja. Kami berangkat menggunakan angkutan umum, dan disusul oleh dua anggota Gubuak Kopi lainnya, yakni Albert dan Volta menggunakan sepeda motor. Mereka sempat terhenti separuh jalan karena hujan yang belum juga berhenti.

Sekitar pukul enam menjelang magrib atau waktu berbuka puasa, kami sampai di Simpang Haru, tempat pemberhentian terakhir bus dari Solok. Di sana kami sudah ditunggu oleh Albert dan Volta, selain itu kami juga menunggu jemputan dari teman-teman Surau Tuo. Karena kami kekurangan kendaraan untuk menuju ke lokasi tersebut. Sembari menunggu kami menyempatkan berbuka di tepi jalan. Tak lama teman-teman dari Surau Tuo datang, kami berjabat tangan dan langsung menuju lokasi.

Sampai di lokasi, anggapan saya pada Surau Tuo bukan seperti yang saya bayangkan. Surau Tuo bukanlah ‘surau’ seperti kebanyakan surau-surau yang saya temui. Biasanya surau merujuk pada tempat ibadah dan belajar mengaji. Ini mungkin juga sama, tapi tidak hanya mengaji Al-quran melainkan rumah tempat berkumpul. Semacam sekretariat organisasi, tetapi juga ada beberapa orang menginap di sana dan menjalankan kegiatan-kegaitan diskusi.

Kedudukan Surau Tuo bertepatan di sebelah mushalla Nurul Hakim, Jalan Rawang 2, Alai Parak Kopi, Padang Utara. Di Surau Tuo Kami disambut ramah dengan makan bersama atau buka bersama, yang diawali dengan berkenalan dengan beberapa anggota dari Surau Tuo.

Kunjungan kami (saya, Biki, Albert, dan Volta) selaku Komunitas Gubuak Kopi ke Surau Tuo selain melakukan silahturahmi biasa ada beberapa kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan ini sudah terjadwal mulai pada 20-23 Mei 2019.

Selesai makan atau buka bersama, kami melangsungkan kegiatan yang dijadwalkan di hari pertama, yaitu presentasi kegiatan-kegiatan Komunitas Gubuak Kopi. Selama presentasi berlangsung, Albert selaku narasumber menayangkan profil dari Komunitas Gubuak Kopi, menampilkan beberapa dokumentasi kegiatan di website, dan beberapa video dari kegiatan Komunitas Gubuak Kopi. Tak hanya itu, perkenalan ini berlangsung dengan beberapa tanya jawab mengenai salah satu program dari Komunitas Gubuak Kopi seperti Bakureh Project dan juga Daur Subur.

Selama kegiatan ini berjalan, ada beberapa pemaham baru bagi saya tentang sebuah komunitas, bahwa komunitas tidak hanya tempat perkumpulan orang-orang yang sepaham pada suatu pikiran, hobi dan yang lainnya. Akan tetapi, Komunitas juga mampu menjadi media atau wadah untuk melatih kepekaan kita pada lingkungan sekitar. Selain itu, tidak tertutup pula kemungkinan untuk melakukan riset lingkungan sekitar dengan pendekatan yang kreatif.

Seperti dua program Komunitas Gubuak Kopi di atas, Bakureh Project adalah salah satunya. Proyek seni ini merupakan tindak lanjut dari dokumentasi peristiwa yang diarsipkan dari tahun 2010 hingga menjelang program ini diadakan. ‘Bakureh’ sendiri adalah tradisi gotong royong masyarakat Solok guna mempersiapkan menu makanan pada saat pesta perkawinan diadakan. menariknya adalah tradisi gotong royong ini tidak hanya dilakukan oleh kaum ibu-ibu, tetapi juga bapak-bapak.

Melihat kurangnya arsip tulis dan foto mengenai tradisi ‘bakureh’, maka Komunitas Gubuak Kopi memutuskan untuk  membuat program yang dinamakan “Bakureh Project” yang juga berhasil dibukukan. Begitu juga dengan program Daur Subur, yang berawal dari kepekaan terhadap lingkungan sekitar di bidang pertanian dan kebudayaan.

Kedua program Komunitas Gubuak Kopi di atas, telah membuktikan bahwa sebuah komunitas bisa melakukan kegiatan produktif, dan juga mampu mengabadikan sesuatu yang selama ini kita abaikan dan mungkin yang dianggap penting untuk dibicarakan dan diketahui. Bukan saja untuk yang terlibat, bahkan juga untuk generasi kita di hari esok, yang mungkin akan lebih gampang mengetahuinya melalui dokumentasi, baik berupa foto, video, maupun tulisan.

Setelah tanya jawab teman-teman dari Surau Tuo juga memperkenalkan apa itu Surau Tuo secara garis besar. Belum banyak yang dijelaskan, barang kali di hari berikutnya. Salah satu hal yang menarik bagi saya dari Surau Tuo saat itu, adalah anggota atau orang yang berdiam di Surau Tuo ini dipanggil “Inyiak Surau”.

Harapan dari persentasi dan pekenalan ini, setelah ini terjalinnya komunikasi dan kolaborasi kegiatan antara Komunitas Gubuak Kopi Dan Surau Tuo. Setelah selesainya kegiatan hari ini, kami kembali berbincang-bincang ringan, ada yang bermain Domino, ada yang sibuk menonton Tv, ada pula yang melanjutkan obrolan. Setelahnya, kami mempersiapkan menu untuk makan sahur nantinya, dengan cara masak sendiri di dapur Surau Tuo.

M. Biahlil Badri (Solok, 1996). Biasa disapa Adri. Salah satu anggota Komunitas Gubuak Kopi. Sempat berkuliah di ISI Padangpanjang. Sekarang aktif mengelola akun @solokmilikwarga, sebuah metode pengarsipan yang dikembangkan Gubuak Kopi melalui platform Instagram, dan juga aktif menulis untuk beberapa media di Sumatera Barat. Ia juga merupakan salah satu partisipan kegiatan Daur Subur di Parak Kopi (2019), kolaborator Pameran Kesejarahan Kurun Niaga bersama Gubuak Kopi (2019). Saat ini selain di Gubuak Kopi, ia juga mengelola kelompok musik Papan Iklan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.