Gerak Bermedia

Catatan Hari Kedua Lokakarya Daur Subur di Parak Kopi

Selasa, 18 Juni 2019. Di Surau Tuo AMR, Kelurahan Parak Kopi, Kec. Padang Utara, Kota Padang. Pagi ini cuaca mendung dan diiringi hujan lebat. Setelah bangun tidur, saya melanjutkan aktivitas rutin seperti mandi, menyiapkan perlengkapan kuliah dan minum kopi pagi. Perkuliahan hari ini dimulai pada pukul 10.00 WIB. Menjelang berangkat kuliah, saya melanjutkan tugas kuliah yang sudah saya cicil beberapa halaman, setelah pembukaan dan pengantar lokakarya semalam.

Tugas ini merupakan hal yang wajib untuk dilaksanakan karena salah satu syarat akedemisi perkuliahan, dan jadwal pengumpulannya tepat pada hari ini sebagaimana yang telah ditetapkan dosen salah satu mata kuliah. Seusai mengerjakan tugas kuliah, saya beristirahat sebentar menunggu hujan reda sambil mengemil kue-kue yang dibawa oleh Inyiak Surau (Sebutan untuk anggota Surau Tuo AMR) dan teman-teman dari Komunitas Gubuak Kopi, sebagai pengganti sarapan.

Setelah beristirahat sebentar dan hujan yang juga sudah reda, saya mengganti pakaian dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah dengan menggunakan sepeda motor bersama Holil (salah seorang Inyiak Surau). Jarak antara Surau Tuo dengan kampus cukup jauh  dan memberatkan apabila ditempuh dengan jalan kaki. Setiba di kampus saya bersama Holil yang juga satu mata kuliah menyerahkan tugas tepat pada waktunya, dan kami berpisah karena ada mata perkuliahan berbeda.

Perkuliahan pada hari ini selesai pada tepat menjelang zuhur. Saya melanjutkan kegiatan rutin latihan musik di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Teater Imam Bonjol, dan pergi mengantar salah seorang adik ke tempat pemberhentian bus di Tunggul Hitam, Kota Padang dan kembali ke Surau Tuo AMR sekitar pukul lima.

Sesampai di Surau Tuo, ternyata teman-teman dari Gubuak Kopi, Inyiak Surau dan seluruh yang terlibat yaitu Albert, Volta, Haikal, Fido, Fajri, Badri, Riski, Zekal, Holil, dan Caam sedang berdiskusi tentang materi kelas sejarah perkembangan media. Kelas tersebut dimulai pada pukul 14.00 WIB setelah melakukan observasi dan makan siang. Karena terlambat, saya mengejar ketertinggalan materi dengan mendengarkan materi yang sedang berlangsung.

Pada kelas pertama ini pematerinya adalah Albert yang membahas tentang sejarah hadirnya media, bagaimana media berkembang, serta bagaimana media mempengaruhi kebudayaan”massa” hari ini. Diskusi berjalan dengan lancar dan tersedia minuman seperti kopi, air mineral dan cemil-cemilan.

Untuk mengejar ketertinggalan saya melihat catatan teman-teman mengenai asal mula kata media. Media berasal dari kata latin, bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Jadi munculnya media kerena adanya keinginan untuk menyampaikan pesan komunikasi. Selanjutnya, bertepatan dengan kedatangan saya, Albert pada waktu itu sedang memperlihatkan beberapa contoh media seperti lukisan hewan dan bekas cap tagan di dinding goa.

Albert melanjutkan dengan salah satu penemuan besar media pada zaman itu, yaitu kamera lubang jarum atau camera obscura, yang ditemukan oleh Ibn Al-Hutaimi lebih dikenal dengan Al-Hazen.

Pembahasan berikutnya mengenai cinematografi atau perfileman yang berkembang yang  digunakan untuk menayangkan gambar atau vidio dengan menggunakan proyektor. Salah satu penemuan dalam sinematografi yaitu kinetoskop yang di temukan oleh Thomas Alfa Edison. Kemudian ada juga ada juga kamera film yang ditemukan oleh Lumiere bersaudara digunakan untuk menayangkan gambar yang ditembakkan oleh cahaya.

Sinema berkembang pesat dengan adanya alat seperti kamera perekam audio yang memudahkan pembuatan film. Karena telah masuknya waktu magrib dan adzan telah dikumandangkan sebelum Haikal menyimpulkan diskusi, Albert memberikan tugas tentang 7 unsur kebudayaan. Haikal menyimpulkan dan memberhentikan diskusi sementara untuk melaksanakan sholat magrib dan istirahat.

Setelah selasai shalat dan istirahat, Albert dan beberapa teman yaitu Holil, Haikal, Riski, Fido, dan saya pergi menemui Pak RT yang telah direncanakan sebelumnya. Kami bejalan menuju rumah Pak RT, akan tetapi belum mengetahui lokasi pasti rumah beliau. Dalam perjalanan Albert bertanya kepada salah seorang warga. Albert memanggilnya dengan sapaan Uni yang memiliki warung untuk kebutuhan sehari-hari.

Uni warung memberi informasi dimana lokasi rumah Pak RT, ketika di jalan sebelum tikungan ke rumah Pak RT waktu shalat isya masuk. Saya dan kawan-kawan memutuskan untuk melaksanakan shalat isya di masjid Nurul Islam yang jaraknya tidak jauh dari rumah Pak RT. Pak RT dan Istrinya juga mengikuti shalat isya berjamaah di masjid yang sama.

Seusai shalat, kami langsung menemui Pak RT dalam rangka melapor sebagai warga baru dan juga memberitahu kegiatan lokakarya yang digelar oleh Gubuak Kopi dan Surau Tuo AMR. Jhon Khastro nama dari Pak RT dan Istrinya biasa dipanggil Buk Yet mendukung acara lokakarya Gubuak Kopi dan Surau Tuo AMR, dan memberi saran agar memberitahu Pak RW dan ketua pemuda mengenai rangkaian kegiatan lokakarya.

Di jalan menuju rumah ketua pemuda Albert dan kawan-kawan termasuk saya menemui beberapa pemuda yang berkumpul di halaman masjid, kami menyapa dan menghampiri beberapa pemuda tersebut, lalu bekenalan dan menanyai dimana lokasi rumah ketua pemuda. Setelah berkenalan, ternyata salah satu dari pemuda itu merupakan wakil ketua pemuda yang bernama Rio.

Kebetulan sekali, Albert mewakili kawan-kawan menyampaikan maksud dan tujuan menemui ketua pemuda untuk memberitahu rangkaian kegiatan lokakarya di Parak Kopi, berlokasi di Surau Tuo AMR. Uda Rio mendukung kegiatan lokakarya dan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif. Rio berharap agar kita dapat berkontibusi dengan melakukan kegiatan positif lainnya seperti, pengajian di masjid dan lain-lain. Setelah itu Albert dan kawan-menuju rumah ketua pemuda.

Di perjalanan kami bertanya kembali kepada pemuda yang nongkrong di warung Uni tadi, salah seorang pemuda sangat antusias dan mengantarkan ke rumah ketua pemuda. Sesampai di sana Saya dan teman-teman menemui pemuda yang saat itu sedang berada di rumah, dan rumahnya bersebelahan dengan Surau Tuo AMR.

Yogi nama dari ketua pemuda, setelah mengetahui rangkaian kegiatan lokakarya ia mendukung, dan memberi saran agar hati-hati dan waspada agar tidak terjadi kemalingan dan menyarankan agar sepeda motor yang terparkir dilengkapi dengan kunci tambahan. Kemudian kami kembali ke Surau Tuo, disamping itu Chef Volta, Badri, dan Zekal mempersiapkan makanan untuk makan malam.

Sesaat sesampai di Surau Tuo, makanan telah dihidangkan. Seluruh teman-teman yang berada di Surau Tuo pada waktu itu melaksanakan makan malam bersama, dan dilanjutkan dengan diskusi. Malam ini pembahasan mengenai obesevasi yang dilakukan oleh teman-teman Gubuak Kopi dan Surau Tuo AMR tadi siang dan menagih tugas yang diberikan tadi.

Ada 7 unsur kebudayaan yang diklasifikasi oleh Koetjaraningrat yaitu, sitem bahasa, ilmu pengetahuan, kemasyarakatan atau organisasi, teknologi, mata pencaharian, sistem kepercayaan, dan kesenian. Awalnya para partisipan mempresentasikan apa yang mereka pahami tentang unsur-unsur itu, dan terkahir dilengkapi oleh Albert. Diskusi pada hari ini telah selesai dan ditutup oleh Zekal dengan mengucapkan alhamdulillah. Beberapa kegiatan masih berlanjut seperti berbincang-bincang, bercanda dan beberapa ada yang mulai mencari posisi tidur.

Novi Satria (Lubuk Basung, 1998). Biasa disapa Qiting. Mahasiswa studi Hukum Tata Negara, Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang. Ia juga merupakan anggota dari perkumpulan Surau Tuo AMR. Selain itu, ia juga aktif berkegiatan di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Imam Bonjol, di kampusnya. Ia merupakan partisipan Daur Subur di Parak Kopi yang diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi di Surau Tuo Padang (2019). Kini ia juga aktif menulis beberapa tulisannya pernah dipublikasi di sejumlah media lokal. Ia juga merupakan salah satu kolaborator Pameran Kurun Niaga, di Kota Solok (2019)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.