Kembali ke Senin Bahagia

Catatan Pembukaan Lokakarya Daur Subur di Parak Kopi

Kembali ke senin yang berbahagia. Kegiatan Lokakarya Daur Subur di Parak Kopi yang sudah dirancang sejak beberapa bulan lalu segera dimulai. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi berkolaborasi dengan Surau Tuo AMR Padang. Surau Tuo AMRmerupakan sebuah paguyuban bagi alumni pondok pesantren Tarbiyah Islamyah Canduang, Agam. Kegiatan kolaborasi adalah lanjutan setelah dilakukannya pra-lokakarya Daur Subur pada tanggal 20-25 Mei 2019, bertepatan di bulan Ramadhan di Surau Tuo AMR.

Senin, 16 Juni 2019, merupakan hari yang telah disepakati sebelumnya. Sekitar jam empat sore Albert dan kawan-kawan telah datang kembali ke Surau Tuo AMR Padang dari Kota Solok. Sesampainya di Surau Tuo, rekan-rekan dari Komunitas Gubuak kopi, Surau tuo, serta para partisipan berbincang-bincang,  ada juga yang telah mempersiapkan keperluan-keperluan untuk kegiatan nanti malam.

Selepas salat Isya kegiatan lokakarya dilanjutkan, kegiatan pertama dimulai dengan penjelasan tentang sistem kerja, capaian kegiatan, serta gambaran kegiatan apa saja yang nantinya akan dikerjakan selama lokakarya. Dan nantinya lokakarya ini akan diikuti oleh beberapa partisipan dari Komunitas Gubuak Kopi dan Surau Tuo AMR Padang, yang bertempat di Alai Parak Kopi.

Hari ini saya datang terlambat bersama rekan saya Afvisdo ke Surau Tuo, dikarenakan kami baru sampai di Padang sore tadi. Kami datang setelah kegiatan sudah berjalan hampir separuh.  Sesampainya di Surau ternyata sedang berlangsung sesi perkenalan dan pembukaan resmi kegiatan. Adapun yang hadir malam ini Albert Rahman Putra selaku ketua Komunitas Gubuak Kopi bersama rekan-rekan Komunitas Gubuak Kopi lainnya, Volta Ahmad Jonneva, Muhammad Rizky atau biasa disapa Layo, Zekalver Muharram, dan Biahlil Andri dari Komunitas Gubuak Kopi (Solok). Dan kawan-kawan dari Surau Tuo AMR Padang, Ilham Army biasa disapa Caam, Fadriatul Fuadi, Desip Trinanda, M. Fikri Haykal, Adi Holil Ashobu Yamin, Novi Satria, Afvisdo Abkar, Arfandi yang biasa disapa Jambi, dan saya sendiri.

Setelah sesi perkenalan selesai, Albert mencoba mereview kembali mengenai kegiatan yang akan dilakukan beberapa hari kedepan dan menanyakan perihal nama akun Instagram kegiatan ini kepada Caam. Akun instagram ini nantinya akan digunakan sebagai media publikasi dan pengarsipan berbasis media sosial, mengabadikan peristiwa ataupun hal menarik lainnya di Parak Kopi.

“deh ma, lamo lai ko?”(aduh mama, masih lama, kah?) Demikian Caam mencoba berkilah dari desakan Albert, bahwa ia ingin menjemput orang tuanya yang sedang berkegiatan di Padang. Akhirnya pucuk dicinta ulampun tiba, ternyata orang tuanya langsung menghubunginya untuk minta dijemput, dan diantarkan pulang kerumah saudaranya. Pertanyaan itupun dilempar kepada Kiting oleh Albert, dan ia diminta  menjelaskannya kembali beberapa unsur mengenai guna dan fungsi media sosial ini nantinya.

Sembari memikirkan nama yang akan dipakai untuk media sosial yang nanti dipakai untuk media publikasi selama kegiatan lokakarya. Layo menjelaskan dan memberikan standar konten yang nantinya akan dikerjakan selama lokakarya. Layo menjelaskan tentang bagaimana foto dan video yang digunakan selama lokakarya dan sebenarnya tidak sekaku karya jurnalistik profesional, akan tetapi juga mengandung unsur yang jelas dan bisa dipahami orang banyak, dengan melihatkan dan memberi contoh dari beberapa foto dan video yang pernah dipublis di media publikasi Komunitas Gubuak Kopi.

“Ba tiang lah dapek namo untuk Instgram tu” (bagaimana Kiting sudah dapat nama untuk Instagramnya), tanya Albert kepada Kiting.

Tak lama setelah itu Caam datang membawa martabak dan Albert kembali menanyakan perihal nama akun instagram kepada Cak Am.

“Saba lu bang barangah wak sabanta lu bang” (tunggu sebentar bang, aku istirahat sebentar), ujar Cak Am, dan semua terbahak.

Risky menyajikan beberapa contoh foto yang akan dikumpulkan selama lokakarya.

Saat Layo tengah menjelaskan tentang konten-konten yang nantinya akan dikerjakan, tiba-tiba listrik mati karena tidak sanggup menahan daya yang agak berlebih, dan akhirnya kegiatan pun dihentikan sejenak. Setelah itu kegiatan kembali dilanjutkan.

Tidak lama setelah itu Albert kembali bertanya perihal nama apa yang akan di pakai untuk Instagram, ada yang mengopsikan Parak Kopi Online, Parak Kopi Project, akan tetapi kata Albert lebih baiknya tidak pakai padanan kata berbahasa Inggris.

“Ba kalau salingka Parak Kopi” (bagaimana kalau Selingkar Parak Kopi), saut Adri. Dan dengan beberapa komentar dan penjelasan akhirnya kami sepakat dengan nama Salingka Parak Kopi (@salingka.parakkopi). Setelah sepakat dengan nama itu, akhirnya kami menutup kegiatan hari ini dengan makan bersama, setelah itu ada yang istirahat dan menulis narasi-narasi kegiatan hari ini.

Biasa disapa Dayu, lahir di Muaralabuh (1997). Penulis, lulusan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang. Sebelumnya ia aktif berkegiatan di LPM Suara Kampus, Taman Baca Mahasiswa, dan Jarang Comeback, sebuah komunitas baca di kampusnya. Ia memiliki ketertarikan di tulis-menulis. Sebelumnya ia adalah partisipan program Magang Gubuak Kopi 2018, dan kini juga aktif di Komunitas Gubuak Kopi selaku penulis. 2019 ia menjadi kolaborator untuk pameran OE dan Kampung bersama Ladang Rupa di Bukittinggi. Beberapa tulisannya juga dapat ditemui di beberapa media lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.