Category Archives: Aktivitas Utama

Remaja Bermedia di Ponpes Darut Thalib

Remaja Bermedia adalah salah satu platform yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi sejak tahun 2017. Platform ini hadir sebagai pendidikan alternatif mengenai literasi media untuk remaja. Tahun ini Remaja Bermedia diselenggarakan di Pondok Pesantren Darut Thalib, Laiang, Kota Solok. Lokakarya ini berlangsung selama 20 kali pertemuan sejak Maret 2021 lalu. Pada lokakarya ini para partisipan mengikuti rangkaian kelas dan praktik produksi seni dan media. Remaja diajak untuk mengenal cara kerja media dalam beragam produksi kreatif dan mempresentasiknnya dalam bentuk pameran sederhana.

Continue reading

Bersama Kolektif di Tengah Pandemi

Sabtu, 3 Juli 2021 lalu, Komunitas Gubuak Kopi menjadi salah satu pembicara dalam talkshow yang diselenggarakan oleh Kolektif Chigo, Kyushu Geibun-kan, Jepang. Dalam seri ngobrol-ngobrol ini Komunitas Gubuak Kopi, yang dalam hal ini diwakili oleh Albert Rahman Putra, berbagi pandangan mengenai “kolektif” dan bagaimana kelompok ini bekerja di lingkup Solok, Sumatera Barat. Acara ini bertajuk “Bersama Kolektif Memikirkan Aktivitas di Tengah Pandemi” dan dikuratori oleh Yuki Hatori. Selain Komunitas Gubuak Kopi, penyelenggara juga mengundang 7 kolektif lainnya.

Continue reading

Lokakarya Daur Subur di Kampung Jawa

Sejak 2017 lalu, Komunitas Gubuak Kopi menginisiasi proyek Daur Subur, sebuah platform kolaborasi dan jaringan kerja untuk membaca kebudayaan masyarakat pertanian di Sumatera Barat. Pembacaan ini mencoba memetakan kembali dan mengumpulkan aspek pengetahuan kearifan lokal, untuk merespon persoalan hari ini, terutama terkait wacana ketahanan pangan dan diskusi publik mengenai warga yang berdaya.

Tahun ini Daur Subur mengusung lokakarya di lingkup Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Membaca inisiatif-inisiatif warga, persoalan ketahanan pangan, sirkulasi air dan sampah, pengetahuan mengenai tanaman, serta fenomena terkait Daur Subur lainnya di tengah-tengah warga.

Lokakarya ini diikuti oleh 10 partisipan, yakni: Alif Ilham Fajriadi dari LPM Suara Kampus, Padang; Khairul Hatta dari Padang Panjang; Lingga dari Padang; Nanda dari Surau Tuo, Bukittinggi; Arfan Nanda dan Salistio Erisa Putra dari Solok; Amelia Putri, Noura Arifin, dan Alfin Zernindo Prima dari Orangufriends Padang; dan Alfi Syukri dari Sekolah Gender, Padang.

Lokakarya ini berlangsung selama 12 hari, 30 Mei – 10 Juni 2021, dengan menerapkan protokol kesehatan. Lokakarya ini menghasilkan 10 artikel panjang dan ditindaklanjuti dengan kolaborasi pengelolaan taman warga RW 06 yang diisi dengan berbagai tanaman sumbangan warga.

Halaman portofolio: Daur Subur di Kampung Jawa

Kurun Niaga #2 – Landscape

Kurun Niaga adalah studi tentang sejarah perniagaan di Solok, Sumatera Barat, yang diinisiasi oleh Komunitas Gubuak Kopi pada tahun 2019. Studi ini melibatkan partisipan dari beragam disiplin untuk membaca kembali arsip-arsip, baik itu berupa arsip fisik, ingatan, serta narasi yang berkembang di kalangan warga. Pembacaan ini dipresentasikan dalam medium seni, buku, dan perisitiwa seni.

Pada tahun 2019, Proyek Kurun Niaga, yang bertajuk “Kala Negeri Dikelola Pemodal” berfokus pada pemetaan awal mengenai aktivitas perniagaan di Solok secara khusus dan Sumatera Barat secara umum. Membaca bagaimana interaksi dengan bangsa luar memungkinkan silang kebudayaan dan perubahan cara pandang sosial. Politik perdagangan, kolonialisasi, hingga munculnya jalur-jalur transportasi lokal baru yang merubah dinamika kota. (Kurun Niaga 2019)

Tahun ini, Komunitas Gubuak Kopi melibatkan sejumlah partisipan yang merupakan praktisi seni untuk melakukan retrospeksi terhadap teks dan kajian sebelumnya dalam aktivitas membuat sketsa. Medokumentasikan serta merefleksi kontur alam Solok dalam layer-layer perniagaan. Para partisipan terdiri dari anak muda Solok, dan luar Solok. Saling berbagi pandangan dan impresi. Menghubungkan diri pada narasi sejarah dan menangkap kebutuhan pengetahuan memahami dinamika kebudayaan.

Selama berproses, selain membuat sketsa, para partisipan juga melakukan diskusi-diskusi terarah dan berbagi pengalaman. Mengembangkan kemungkinan praktik ini sebagai metode mempelajari aspek geografis, sosiologis, dan antorpologis dalam produksi pengetahuan. Bagaimana bekal bagasi pengetahuan dan pengalaman visual mempengaruhi bingkaian garis-garis pada sketsa.

Kurun Niaga (Ages of Commerce) is a study about history of commerce in Solok, West Sumatera, initiated by Komunitas Gubuak Kopi since 2019. This study involves participants from various disciplines to read again the archives, both in the form of physical archive, memory, and the narrative that grows in the society. This reading will be presented on the medium of art, book, and art events.

In 2019, Kurun Niaga Project titled “Kala Negeri Dikelola Pemodal” focused on initial mapping about activity of commerce in Solok specifically and West Sumatera generally. The aim is to read how the interaction with foreign nations allow cultural cross and the changed in social perspective occur. Politic of commerce, colonialism, until the emergence of new local transportation lines changes the city dynamics.

This year, Komunitas Gubuak Kopi involves some art practitioners to retrospect the text and previous study during their sketch-making activity.Documenting as well as reflecting on contour of Solok nature in the layers of commerce. The participants consist of young people from Solok and outside of Solok. Mutual sharing of perspective and impression. Connecting each other to the narrative of history and to capture the needs of knowledge to understand the dynamic of culture.

During the process, aside from sketch-making, the participants also conduct focused group discussion and share the experience. Developing possibility of this practice as a method to study aspect of geography, sociology, and anthropology on the production of knowledge. How provision of knowledge luggage and visual experience influence their framework of lines within the sketches.


Facilitator: Albert Rahman Putra (Kurator), Biahlil Badri, Biki Wabihamdika.

Participant: Anggraeni Widhiasih, Boy Nistil, Dika Adrian, Teguh Wahyundri, Verdian Rayner, Volta Ahmad Jonneva.

Visit Project Portfolio: Kurun Niaga #2 – Landscape

Tenggara Street Art Festival 2020

Pada 2019 lalu, Gubuak Kopi bersama Gajah Maharam mengadakan Solok Mural Competition di Solok, Sumatra Barat yang bertemakan “Alam Bareh Solok”. Dengan mengundang keterlibatan seniman dari berbagai kota, merespon persoalan di Kota Solok yang masih gaduh dengan persoalan identitas, menertawakan kebiasaannya sendiri, menyuarakan semangat optimisme untuk terlibat membangun kota,  dan mengimajinasikan kota masa depan yang lebih baik.  Saat ini, Solok Mural Competition beralih muka menjadi Tenggara – Street Art Festival yang bertujuan meluaskan wacana, baik dari segi penyelenggaraan maupun artistik. Program-program saat ini mencakup, Residensi Seniman, Lokakarya, Jam Session, dan tentunya pemberian penghargaan untuk kawan-kawan muda yang berpartisipasi.

In 2019, Gubuak Kopi along with Gajah Maharam held an event called Solok Mural Competition in Solok, West Sumatra with the theme “Alam Bareh Solok”. With involving invited artists from various cities, they responded to the problems in Solok City who are still racketing with identity issues, laughing at their own habits, voicing the spirit of optimism to be involved to build the city, and imagining a city of a better future. Currently, the Solok Mural Competition has changed its face to Tenggara – Street Art Festival—Tenggara means Southeast—, which aims to broaden the discourse, both in terms of organization and artistry. The 2020 programs are, Artist-in-Residency, Workshops, Jam Sessions, and of course giving awards to the emerging artist.

Participant

Artists in Residence: Bujangan Urban (Gardu House/Jakarta), Blesmokie (Gardu House/Jakarta), Autonica (Yogyakarta), Rumah Ada Seni (Padang), Minang typers (Padangpanjang), Dhigel (Grafis Huru Hara/Jakarta), Verdian Rayner (Rumah Tamera/Solok), Magenta (Medan), Masoki (Padang).

Collaboration “Mural Estafet Menuju Tenggara”: Sayhallo0, Verdian Rayner, Badik, dan Spisz.

Special Collaborations: Badik (Solok), Zekalver Muharam (Solok), Bayu Sludge (Medan), Boy Nistil (Solok), Sayhallo0 (Solok).

Jamming Session: Ghumpun (Ampalu), Budiawan (Bengkulu), Kennykidd131 (Pekanbaru), Rudianto (Sijunjung), Syahrul Fauzi (Jakarta Barat), Tri Herdianto (Depok), Suwitno (Bengkulu), Bagaskara Ajisatria (Padang0, Taufik Hidayat (Padang), Irna Dewi (Solok), Aprivaldi (Padangpanjang), Arif Budiman (Padang), Parkit Punya (Padang), Dimas Andhika Putra (Madura), Yonando Devana (Pariaman), Muhammad Aqil Azizi (Pekanbaru), Murdiono (Padangpanjang), Kato (Padang), Wiwidianto (Padang), M. Rayhan Nulfiqri (Solok), Berlian Yudha (Padang), M. Rezeki Fajar Abdilah (Agam), Bakhtiarudin (Solok), Mesitria Ananda Saputri (Payakumbuh), Amunra. Std (Padangpanjang), Tedy Septiadi (Padang), Rahmad Ista (Solok), Adha Zuhkri Arafat (Pesisir Selatan), King Jajan (Padang), Adek Syatil (Padang), Nando (Padang), Muh. Ikhsan (Agam), Febrido (Padang), Taufik dan Imroni (Padang), Rivolianda (Jambi), Xepa (Jambi), Mohamad Dava Alfiansah (Solok), Rafina Iqbal (Solok), Nurul Ilham (Jambi), Raufa Gufron (Batusangkar), Triwanda Ramadhan (Padang), Miranda Curly (Padang), Ryan Partio (Bukittinggi), Alam Satria (Jakarta Barat), Muhammad Dadib (Agam), Rafiq Gusli Abdul Razak (Padang), Vulpeculiars (Padang).

Related link

Portfolio: https://gubuakkopi.id/tenggarafestival2020/
Official web: https://tenggarafestival.id/

Lapuak-lapuak Dikajangi #3

Lapuak-lapuak Dikajangi (LLD) adalah sebuah perhelatan dari kegiatan studi pelestarian tradisi melalui proyek seni berbasis media. Kegiatan ini pertama kali digagas oleh Gubuak Kopi melalui program Lokakarya Daur Subur pada tahun 2017, sebagai rangkaian presentasi publik dalam membaca tradisi di masyarakat pertanian Sumatera Barat. Presentasi publik ini dihadirkan dalam bentuk kuratorial pertunjukan dan open lab/pameran multimedia.

Mengingat banyaknya isu-isu kesenian tradisi yang belum terbicarakan dengan baik – dalam konteks sekarang, serta menyadari isu ini akan terus berkembang, maka kegiatan ini diagendakan setiap tahunnya, yang secara khusus mempelajari dan memberi pandangan kritis terhadap nilai-nilai seni tradisi itu sendiri, serta menjembatani pengembangannya dalam kerja seni media.

Pada tahun 2018, LLD mengangkat tema “silek”, sebagai upaya memaknai tradisi silek (silat) melalui medium teknologi dan medium lainnya yang dekat dengan sehari-hari. Kemudian LLD #3, pada tahun 2020 ini merespon situasi tradisi silaturahmi di masa pandemi dan normal baru. Para seniman melakukan riset dan residensi singkat secara daring, diskusi terarah, kolaborasi, dan presentasi karya.

Lapuak-Lapuak Dikajangi (LLD) is an event of tradition preservation study activities through media-based projects. This activity was first initiated by Gubuak Kopi through the Daur Subur Workshop program in 2017, as a series of public presentations on reading traditions in the agricultural community of West Sumatra. The public presentation is presented in the form of curatorial performances and an open lab / multimedia exhibition.

Given the many issues regarding traditional values ​​and preservation practices that have not been discussed properly – in the current context, and realizing that this problem will continue to develop, this activity is scheduled every year, which specifically studies and provides a critical view of values -the value of traditional art itself, as well as bridging its development in the work of art media.

In 2018, LLD raised the theme “ silek ” (Minangkabau martial art), as an effort to interpret the tradition of silek (silat) through media technology and other media that are close to dialy life. Then LLD # 3, in 2020 this responds to the traditional “Silaturahmi” (friendship/meets) situation during the pandemic and the new normal. Artists do the researchs and short residencies with online, focus group discussions, collaborations, and work presentations.


Kunjungi Halaman Proyek: Lapuak-lapuak Dikajangi #3

Kolaborasi 9 Komunitas di Akademi Arkipel

Sejak awal Juli 2020, Komunitas Gubuak Kopi berkolaborasi bersama 8 komunitas lainnya dari berbagai kota di Indonesia yang difasilitasi Akademi Arkipel. Sebuah program khusus yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh Forum Lenteng sebagai bagian dari ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival. Program ini bertujuan untuk meluaskan fungsi festival sebagai institusi pendidikan sinema.

Continue reading

Tamera Showcase #2: Dialog Garis Kilometer

Dialog Garis Kilometer merupakan showcase project-project Verdian Rayner, yang difasilitasi oleh Rumah Tamera bersama Komunitas Gubuak Kopi dalam program Tamera Showcase yang kedua. Showcase dalam format pameran daring ini, dibingkai menyoroti proses dan kecenderungan Dian dalam berkarya sejak tahun 2013 hingga 2020. Beberapa karya dihadirkan seperti karya-karya drawing di berbagai medium kertas, lukis baju, helm, sepatu, mural, dan lainnya. Pameran showcase ini disajikan di halaman khusus di web Gubuak Kopi: gubuakkopi.id/tamerashowcase2 pada 15-20 Mei 2020.

Continue reading

Pameran Rumah Bermain Arah

Rumah Bermain Arah adalah sebuah pameran presentasi Leni Marlina setelah mengikuti program kelas fotografi dan literasi media di Gubuak Kopi. Pameran ini diinisiasi oleh Rumah Tamera sebagai upaya menyoroti proses Leni yang cukup unik untuk lingkup Solok. Selama berproses di Gubuak Kopi, Leni mengenal sejarah perkembangan media, dan sejarah perkembangan fotografi. Selama berposes Leni juga memproduksi foto dan mempersiapkan pameran. Ia berkolaborasi bersama sejumlah pegiat yang tergabung di Rumah Tamera, yakni: Sayhallo, Vroenightmare16, Zakarbukanlahbuah, Biahlil Badri, Biki Wabihamdika, Pichoiii, dan didukung oleh Gubuak Kopi.

Continue reading

Musik Kontemporer: Anak Aliak

Anak Aliah Adalah sebuah karya musik yang merespon fenomena musikal pada kesenian indang tradisi di Gantuang Ciri, Solok. Istilah Anak Aliah sendiri diambil dari salah satu peran/personel dalam tradisi tersebut, yang bermain secara eksploratif, tidak dengan motif dan pola ritme yang baku. Ia mengikuti, mengisi, dan mengimbangi dinamika permainan peran instrumen lainnya, yang bermain dalam ritme dan tempo terarah.

Continue reading