Presentasi Publik “Gara-gara Icor”

Avant Garde Dewa Gugat a.k.a AGDG atau yang biasa disapa Dewa, menjadi seniman kedua yang mempresentasikan hasil “residensi daring”nya dalam rangkaian Lapuak-lapuak Dikajangi (LLD) #3. Sebuah perayaan dari studi pelestarian nilai-nilai tradisi melalui proyek seni berbasis media, yang digagas Komunitas Gubuak Kopi sejak tahun 2017. Tahun ini, Komunitas Gubuak Kopi mengangkat tema kuratorial “Merayakan Silaturahmi di Normal Baru”.

Kuratorial ini berupaya mengkritisi nilai-nilai dari tradisi silaturahmi masyarakat Minangkabau dan kemungkinan respon pada masa “Normal Baru” ini. Para seniman yang terlibat melakukan residensi daring dan residensi di rumah sendiri, melakukan riset sederhana terkait tema, percobaan-percobaan pada platform media sosial, dan diskusi intens secara daring, sejak 5 September 2020 lalu.

Pada kesempatan ini Dewa melakukan pertunjukan di sebuah studio yang disiarkan melalui platform Live Instagram @gubuakkopi, pada Selasa, 15 September 2020, pukul 20.00 WIB. Pada pertunjukan ini Dewa menerjemahkan tema kuratorial dengan menyajikan penafsirannya dari gangguan-gangguan bunyi yang ia alami selama masa pandemi. Baik itu dalam ruang online ataupun offline.

Screen Capture Pertunjukan Gara-gara Icor (AGDG, 2020)

Gangguang yang terjadi menghasilkan beberapa bunyi-bunyi yang kini menjadi familiar, seperti distorsi suara karena masker, karena gangguan sinyal, kualitas perangkat komunikasi, dan lainnya. Gangguan ini ia respon kembali dengan perangkat sound yang biasa ia mainkan sejak empat tahun terakhir, yakni perangkat pedal box, software FL Studio, dan sebuah masker khusus dengan penangkap suara.  Pertunjukan ini ia beri tajuk “Gara-gara Icor”, dengan durasi sekitar 15 menit.

Dewa lahir di Bukittinggi, 1997, aktif bermusik di sejumlah kelompok seni seperti Komunitas Hitam Putih dan Diafora. Saat ini ia aktif memproduksi karya musik eksperimental bersama kelompok Pro Kontra. Sebagai komposer, karya-karyanya telah dipresentasikan di sejumlah event seperti Pekan Komponis di Jakarta 2018, Performer Pentas Kolaborasi Indonesia – Jepang – Thailand, di Padang panjang & Sungai Landia (2019), Asia Butoh Tree Camp, Bersama Asia Butoh Tree, Chiang Mai, Thailand 2020, dan baru-baru ini karyanya dirilis di Album Kompilasi, Noise a Noise 19.3, Iran 2019. Saat ini sedang menyelesaikan studinya di Jurusan Seni Karawitan, Institut Seni Indonesia Padangpanjang.

Selain Dewa, LLD #3 ini melibat 5 orang seniman muda lainnya dari berbagai kota, antara lain: Theo Nugraha, seniman sound dan seni perfromans asal Samarinda;  Taufiqurrahman, yang biasa disapa Kifu, designer dan seniman visual asal Palu; Siska Aprisia, penari, koregrafer, dan pegiat budaya asal Pariaman dan kini berdomisili di Yogyakarta; Robby Ocktavian, pegiat budaya dan seniman performans asal Samarinda; dan Utara Irenza, penari dan aktor asal Agam. LLD #3 dikuratori oleh Albert Rahman Putra, pendiri Komunitas Gubuak Kopi. (rel)

Portofolio dan kuratorial project: Lapuak-lapuak Dikajangi #3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.