Silaturahmi di Nurul Huda

Catatan MTQ 2019 Tingkat Nagari di Kampung Baru, Gantuang Ciri, Solok.

Di tengah gonjang-ganjing pasca pemilihan presiden bulan lalu, atau sekitar dua minggu menjelang Ramadhan 1440 Hijriah, remaja Nagari Gantuang Ciri dan perwakilan perangkat pemerintahan Nagari, yang diwakili oleh KASIKESRA (Kepala seksi Kesejahteraan Rakyat), melaksanakan sebuah pertemuan di masjid raya Nagari Gantuang Ciri, Kab. Solok. Pertemuan ini membahas tentang rancangan kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Nagari. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan setiap bulan Ramadhan di Nagari Gantuang Ciri. Pertemuan tersebut membuahkan beberapa hasil, antara lain: (1) Jorong Kampuang Baru atau biasa disebut Kubang menjadi tuan rumah MTQ tingkat Nagari tahun 2019 dengan lokasi kegiatan di Masjid Nurul Huda; (2) Pembukaan MTQ dimulai pada tanggal 22 Mei 2019, dan ditutup 28 Mei 2019.

Setelah rapat selesai dan berita ini diumumkan ke publik, warga pun mulai bersiap-siap, terutama para remaja dan pemuda Jorong Kampuang Baru selaku tuan rumah. Selang beberapa hari para remaja dari masing–masing jorong dan perwakilan tokoh masarakat melakukan pembentukan panitia di masjid Nurul Huda. Yang menarik di sini adalah ketika seorang lelaki paruh baya memperkenalkan diri,  ”kami mewakili kawan – kawan Remaja 1580 siap mendukung dan menyukseskan MTQ” tegasnya.

Setelah saya cari tau apa itu Remaja 1580, ternyata mereka adalah perkumpulan bapak–bapak dan ibu–ibu di Jorong Kampung Baru yang mengaku berjiwa muda dan bersemangat untuk berkegiatan. Beberapa dari mereka sepertinya pantas saya panggil kakek. Nama remaja 1580 mempunyai arti tersendiri bagi mereka,

Angka 80 melambangkan rata-rata umur mereka, dan angka 15 mewakili semangat mereka, yang tidak mau kalah dengan remaja yang berumur 15 tahun.

“Umur boleh tua semangat harus muda.” Kira-kira begitu slogannya

Setelah rapat selesai terbentuklah susunan panitia sebagai berikut :

Bapak Basrul Bokat, salah seorang tokoh masarakat yang juga merupakan anggota Remaja 1580 mengatakan, walaupun cuma beberapa nama yang masuk dalam susunan kepanitiaan, semua masarakat Jorong Kampung Baru bertanggung jawab atas kelancaran dan kesuksesan kegiatan ini. Dan beliau juga menambahkan,

dak kalamak raso gulai kalau ramuannyo mudo sadonyo, satidak-tidak nyeh karambia harus nan tuo, itu lah kami 1580” (tidak akan enak rasa gulai jika semua ramuan nya muda semuanya, setidaknya kelapanya harus yang tua, dan itulah kami remaja 1580)

Rapat pun selesai semua panitia bergerak berdasarkan tugas yang sudah dibagi. Terutama panitia yang bertugas mengagalang dana. Ada yang menyebar amplop ke rumah-rumah warga, berdiri di jalan depan masjid sambil memegang sebuah kardus yang bertuliskan “SUMBANGAN MTQ NAGARI”. Ada pula yang menjalankan proposal ke donatur-donatur yang rutin mendukung kegiatan keagamaan di Nagari Gantuang Ciri. Sampai pada H-2 panitia pun fokus pada gotong royong membersihkan lingkungan masjid, serta mempersiapkan properti pendukung dan dekorasi masjid.

***

Hari yang ditunggu pun datang, terlihat setelah sholat tarawih para remaja serempak memakai kemeja dan celana hitam lengkap dengan ‘kopiah nasional’. Teman-teman perempuan memakai gamis, sesuai yang mereka sepakati, sewaktu beristirahat membersihkan masjid dua hari yang lalu.

Malam ini, Rabu, 22 Mei 2019 adalah malam pembukaan MTQ di Jorong Kampuang Baru, Gantuang Ciri, Solok. Diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara, dan beberapa kata sambutan mulai dari ketua panitia pelaksana, tokoh masyarakat yang diwakili oleh bapak Basrul Bokat, dan kegiatan MTQ tingkat nagari resmi dibuka oleh Wali Nagari Gantung Ciri Arnold Piliang.

Rangkaian pembukaan pun selesai, masuk pada cabang perlombaan Tilawah (baca Qur’an). Kegiatan berlansung lancar. Malam itu semua masyarakat Gantuang Ciri menyatu di lingkungan masjid yang tidak begitu besar, akibatnya ada yang tidak bisa manyaksikan langsung anak kemenakan mereka mengikuti perlombaan. Ada yang melihat dari jendela saja, duduk di pekarangan sambil bercengkrama dengan kawan-kawan yang selama ini sudah jarang bertemu, karena kesibukan berkerja di ladang maupun di sawah. Tanpa disadari kegiatan MTQ ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi seluruh masyarakat Nagari Gantuang Ciri.

Momen bahagia malam itu terhenti ketika peserta terakhir selesai melaksanakan amanat dari jorongnya untuk berjuang di hadapan dewan juri membaca Alqur’an dengan mantap. Suasana seperti itu berlanjut sampai malam penutupan pada tanggal 28 Mei 2018, dengan menyisakan satu cabang perlombaan yaitu ‘cerdas cermat’ atau juga disebut Musabaqah Fahmil Qur’an.

Cabang lomba ini diikuti tiga orang dari masing – masing jorong, dengan rentang usia 10-16 tahun. Pada cabang ini peserta lombanya terdiri 5 regu, yang masing-masing mewakili jorong. Pembawa acara pun mempersilahkan peserta untuk mengambil tempat yang telah disediakan panitia.

Dewan juri pun menjelaskan teknis peraturan perlombaan cerdas cermat. pertama juri memberi tahu peserta bahwa soal terbagi kepada dua sesi. Sesi pertama, masing-masing regu akan dibacakan soal sebanyak sepuluh butir. Dimulai dari regu A, dan jika regu A tidak bisa menjawab akan dilempar ke regu selanjutnya dan begitu seterusnya secara berurut. Jika soal dijawab dengan benar, maka akan diganjar dengan poin 100. Untuk sesi kedua adalah soal rebutan, dimana ada 10 butir pertanyaan yang akan diperebutkan oleh semua regu. Dengan sarat membunyikan Bel yang telah disediakan panitia. Siapa yang cepat membunyikan Bel, maka regu tersebut berhak menjawab soal tersebut. Jika dijawab dengan benar maka akan mendapat tambahan poin 100, jika jawaban salah maka poin regu tersebut dikurangi 100.

Selanjutnya dewan juri pun meminta masing-masing regu untuk mengecek bel yang ada di meja mereka. Dan suara dentuman dari arah peserta mengejutkan saya dan penonton di dalam masjid. Saya pun penasaran, dan bergeser agak ke depan mendekati peserta. Saya pun tertawa geli melihat sebuah benda di atas meja peserta, ternyata bel yang dimaksud juri tadi adalah sebuah batu seukuran kepalan, yang dipukulkan lansung ke meja peserta.

Soal demi soal dibacakan. Sampai pada babak rebutan masing regu pun bersiap dengan batu di tangan yang siap mengahantam meja. Dewan juri pun membacakan soal yang pertama, dan hujaman batu kemeja pun tak terelakkan demi mendapatkan poin tambahan. Dentumam demi dentuman saling bersahutan sampai soal terakhir selesai dijawab oleh penonton karena tidak ada yang berani menghantam meja lagi. Panitia pun menghitung perolehan skor dan menetapkan  juara.

Juara pertama cerdas cermat diraih oleh regu C yang berasal dari Jorong Baringin dengan poin 1100; disusul oleh regu B perwakilan Jorong Markiyo dengan perolehan nilai 950; peringkat ketiga dengan selisih poin tipis 930 diperoleh oleh regu D utusan jorong Kapalo Koto.

Acara pun berlanjut pada agenda berikutnya, yaitu penutupan MTQ tingkat Nagari Gantuang Ciri. Diawali dengan pembukaan dari MC, disusul dengan pembacaan ayat suci Alqur’an oleh Rony dan Saritilawah (pembaca terjemahan Alqur’an ke dalam Bahasa Indonesia) oleh Chacha. Dilanjutkan dengan pembacaan Do’a oleh Ustad Safrul. Setelah itu, laporan kegiatan dari ketua panitia. Ketua melaporkan bahwa kegiatan bejalan lancar, walaupun ada hambatan kecil tetapi bisa diatasi dengan capat oleh panitia dan bantuan dari Remaja 1580, sehingga tidak sampai mengganggu jalannya kegiatan.

Selain itu, ketua juga melaporkan dana yang masuk dan dana yang keluar, sekaligus dari mana sumber dana berasal. Sumber dana yang pertama adalah dari pemerintah Nagari yang menganggarkan lansung dari Dana Desa sebanyak Rp 10.000.000 dipotong pajak 13%. Selanjutnya dari menjalankan amplop ke rumah warga, tapi ini belum dihitung semua, karena sampai malam ini masih belum terkumpul seluruhnya.

nan jaleh sampai malam kini masih ado amplop nan alun babukak dan alhamdulilah panitia lai dak tau utang dan pitih alhamdulilah balabiah walaupun dak banyak.nan langkoknyeh kami kajaan manyalasaian sabalun pembubaran panitia”. (untuk sampai malam ini masih ada amplop yang belum dibuka. Dan alahamdulillah panitia tidak ada hutang, dan uang alhamdulillah bersisa walaupun tidak banyak. Untuk laporan secara terperinci kami usahakan secepatnya sebelum pembubaran panitia).

Dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Lembaga Pemberdayaan Masarakat Nagari (LPMN) yang bernama Dafid Efendi mantan Kepala Jorong Kampung Baru sebelumnya. Beliau mengucapkan selamat kepada seluruh masarakat Nagari Gantuang Ciri, terkusus pada masarakat Jorong Kampung Baru beserta pemuda, karena telah berhasil melaksanakan dan menyukseskan  kegiatan MTQ yang rutin diadakan tiap tahun. Dan tak lupa pula ia juga memberikan kejutan pada peserta MTQ bahwa masarakat Jorong  Kampung Baru memberikan ‘tabanas’ kepada pemuncak pertama untuk setiap cabang perlombaan.

Dikarano pangana dak sakali tumbuah bapakek lah bapak – bapak kito nan di lapau deh untuak baragiah ka anak –anak nan sato MTQ gah, nak tambah samangek untuak baraja alemu agamo, karano wakatu singkek diputuhan lah untuak taon kini nan dapek yo nan juara satu seh lu, kok niek dari kami gah, lai ateh namo peserta dapek, mudah mudahan taon bisuak bisa.

(karena ide baru dapat beberapa hari yang lalu maka bapak-bapak yang biasa nongkrong di warung sana, (warung di depan masjid). Untuk memberikan hadiah kepada peserta MTQ. Dengan tujuan memberikan motivasi kepada anak-anak agar lebih giat dan semangat  untuk mendalami ilmu agama. Karena dibatasi waktu untuk mengumpulkan sumbangan maka kali ini yang mendapatkan tabanas juara satu saja, kalau niat dari kami semua peserta akan diberi tabanas. Mudahan tahun besok bisa terealisasi.)

 “Amiiiiiin” sahut masyarakat serentak di dalam masjid.

MTQ tingkat Nagari Gantuang Ciri resmi ditutup oleh Bapak Wali Nagari setelah beliau menyampaikan sambutan. Ia mengatakan bahwa kegiatan MTQ tingkat nagari ini merupakan ajang pencarian bibit untuk di bawa ke MTQ tingkat kecamatan, dengan harapan Gantuang ciri bisa bicara lebih banyak di tingkat Kecamatan. Bagaimana dukungan pemerintahan  nagari terhadap kegiatan MTQ tahun ini? Ia menjawab,

“Dukungan dari pihak nagari, yakni, kami memasukan langsung kegiatan MTQ ke dalam RAB (Rancangan Anggaran Belanja) dari Dana Desa. Tidak hanya itu, untuk pembinaan kami memberikan Rp 1.200.000 kepada guru surau sebagai apresiasi kami kepada guru surau yang membina anak-anak dalam belajar agama,” tegasnya. 

Setelah ditutup secara resmi oleh Wali Nagari, tibalah pada saat yang ditunggu-tunggu oleh peserta dan masyarakat Gantuang Ciri, yaitu pengunguman para pemuncak masing-masing cabang perlombaan.

Biki Wabihamdika (Tanggerang, 1996). Biasa disapa Biki menetap di Gantuang Ciri, Solok. Ia adalah lulusan ISI Padangpanjang dengan studi Seni Karawitan. Selain proyek-proyek musik, ia juga sibuk berkegiatan bersama Gubuak Kopi. Sebelumnya, Biki juga aktif di beberapa kelompok musik seperti Ethnic Percussion Padangpanjang, Bangkang Baraka, dan Autotune Production. Selain itu ia juga pernah terlibat di ruang diskusi dwi-mingguan Otarabumalam. Ia juga merupakan kolaborator proyek seni Kurun Niaga (2019).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.