Open lab atau pameran proses artistik berbasis arsip yang dilakukan di Rumah Tamera ini diinisiasi untuk menampilkan proses yang didapatkan selama lokakarya kepada publik. Open lab dibuka dengan pengantar oleh Albert Rahman Putra selaku koordinator project “Kurun Niaga #4 – How is the story told after it’s over?“, yang memperkenalkan aktivitas partisipan selama sepuluh hari terakhir. Open lab ini bukanlah merupakan hasil akhir melainkan proses dari pengarsipan itu sendiri. Sebelum project ini dimulai, Komunitas Gubuak Kopi melakukan pemetaan sederhana mengenai kelompok atau inisiatif-inisiatif warga berbasis kegiatan pengarsipan yang terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Riau. Menelusuri beragam medel praktik pengembangan arsip sebagai modal dalam pendidikan kontekstual di berbagai daerah.
Continue readingCategory Archives: Jurnal
Diskusi Publik: Jalan-jalan Kecil Menuju Jalan Kebudayaan
Sabtu (19/10) Sebagai sebuah kesinambungan, kali ini Komunitas Gubuak Kopi bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (kemendikbudristek) menyelenggarakan diskusi publik dengan tajuk “Jalan-Jalan Kecil Menuju Jalan Kebudayaan”. Diskusi ini menghadirkan Akbar Yumni (Tim Diskusi Dirjen Kebudayaan untuk Pemajuan Kebudayaan), Undri ,S.S, M.Si (Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III), Dr. Desmon, M.Pd (Kepala BAPPEDA Kota Solok), dan Milda Murniati, S.Pd (Kepala Dinas Pariwisata Kota Solok). Diskusi ini dimoderatori langsung oleh Albert Rahman Putra dari Komunitas Gubuak Kopi.
Continue readingMerangkai Presentasi Artistik dalam Open Lab Kurun Niaga #4
Di hari kedelapan, di Jum’at yang cerah ini seluruh partisipan lokakarya Kurun Niaga diminta untuk merangkai proyeknya masing-masing. Hari ini dimulai dengan diskusi tentang proyek artistik untuk presentasi publik dalam bentuk open lab hari Sabtu. Partisipan diminta memikirkan konsep apa yang akan ditampilkan pada open lab nanti. Ada yang mulai mengumpulkan dokumentasi zaman kolonial, arsip tentang kejayaan masa lalu, dan diskusi dengan Akbar Yumni dan fasilitator Komunitas Gubuak Kopi tentang konsep apa yang sekiranya cocok dihadirkan ke ruang publik. Apa yang hendak ditampilkan ini tentunya bukanlah sebuah karya hasil akhir, melainkan modul proyek ataupun draft karya yang kelak bisa dilanjutkan secara kolaboratif di kolektif atau wilayah masing-masing partisipan.
Continue readingMembuat Buku Bersama Sokong
Sokong Publisher adalah sebuah platform penerbitan buku terkait fotografi yang berbasis di Yogyakarta. Mereka sudah hadir sejak tahun 2018. Penerbit ini menyokong praktik artistik dan diskursif dalam langkah memantik pembahasan terkait fotografi secara berkelanjutan. Sokong mengutus Prasetya Yuda sebagai narasumber di project Kurun Niaga kali ini. Pras sudah pernah menerbitkan zine pada tahun 2014. Selepas kuliah, Pras dan kawan-kawan memutuskan mendirikan publisher untuk ruang penerbitan buku fotografi. Mereka belajar membuat publikasi digital dan editorial di tahun pertama. Menurut Pras, publikasi cetak membangun peristiwa sosialnya sendiri. Melalui zine jugalah Sokong Publisher akhirnya bisa terhubung dengan komunitas-komunitas di seluruh nusantara.
Continue readingMENGKRITISI ARSIP KOLONIAL DENGAN SUDUT PANDANG WARGA
Di hari ke-6 lokakarya Kurun Niaga #4 ini kita kedatangan narasumber dari Bukittinggi. Ia adalah Maiza Elvira seorang pengajar ilmu sejarah di UIN Bukittinggi dan alumni peneliti di Departemen Sejarah UGM. Baru-baru ini Elvira menyelesaikan studi mengenai kebencanaan, wabah, dan kecurangan-kecurangan politik yang terjadi di masa lampau. Elvira membaca ulang arsip sebagai upaya penelusuran pengetahuan dan menggugat narasi yang dibentuk oleh kolonial. Pada sesi ini Elvira akan berbagi pengalaman penelitiannya mengenai pendayagunaan arsip dan sikap kritis terhadap arsip itu sendiri.
Continue readingMenyimak Lorong-lorong Kolonial Berkisah
Pagi Selasa (15/10) rombongan lokakarya Kurun Niaga #4 berangkat menuju Sawahlunto. Berangkat menggunakan bus dengan suasana yang riang gembira. Kita melakukan perjalanan hanya 1 jam 15 menit dan sampailah di museum kereta api sawahlunto. Untuk memasuki museum kereta api, pengunjung bisa membayar karcis masuk seharga Rp 8000,- /orang. Saat memasuki ruangan museum, kita akan disodorkan narasi-narasi tentang kisah heroik para pekerja kereta api pada zaman kolonial, oleh pemandu museum.
Continue readingKrista : How Is The Story Told After it’s Over?
Minggu (13 Oktober 2024), Lokakarya Kurun Niaga dilanjutkan dengan pertemuan secara daring dengan Krista Jantowski yang kini berdomisili di Utrecht. Krista mengisahkan risetnya melalui pendekatan aspek memori atau juga ingatan kolektif. Salah satu risetnya menyingkap kehidupan tambang batubara Oranje Nassau di Heerlen yang dibuka sejak 1893. Dari penelitiannya ia mendapati bahwa eksploitasi batubara pertama oleh Belanda telah dimulai sejak 1854 di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Hal tersebut membuat ia mempertanyakan kapan “cerita” seharus dimulai. Hal ini menurutnya penting yang kemudian membuat bagaimana sejarah dan narasi dominan itu terbentuk.
Krista mengkritisi bagaimana museum menarasikan kehidupan tambang meski disajikan secara kronologis, namun tidak menyinggung sama sekali aspek orang-orang yang terhubung erat dengan kehidupan pertambangan, dan membuatnya menjadi tetap tidak diungkap/ dibicarakan (unspoken).
Ia bahkan menyoroti sebuah poster Hercules Powder Co. sebuah perusahaan yang memproduksi bahan peledak untuk pertambangan. Menurutnya bumi menyimpan banyak batubara maupun bahan mineral lain yang siap untuk digali, untuk kepentingan orang banyak. Krista melihatnya sebagai narasi yang sangat menggambarkan pemikiran khas kolonial, bahwa mereka merasa berhak untuk mengambil sumberdaya tersebut demi kenyamanan mereka.
Usaha-usaha melengkapi narasi-narasi dominan oleh Krista dilakukan melalui bacaan, musik, podcast di art space-nya di Heerlen, untuk membangun dialog dengan orang-orang yang memiliki hubungan dengan tambang batubara tersebut. Namun Krista menekankan, bahwa upaya mengumpulkan informasi mengambil pendekatan memori kolektif ini bukan untuk membuktikan bahwa narasi dominan adalah salah, namun untuk melengkapi berbagai sudut pandang yang selama ini tidak dibicarakan.
Melalui pameran berjudul Overburden, bersama artis-artis yang terlibat, mengambil analogi makna overburden; residu, sesuatu atau material yang tidak digunakan lewat bermacam pendekatan. Krista juga sangat antusias dengan lokakarya Kurun Niaga 4 ini, dan ingin tahu apa saja temuan-temuan baru yang dapat dihasilkan partisipan dalam tinjauan artistik. [DA]
Riski Ramadani – Non Blok Ekosistem
Solok, 13 Oktober 2024
Mampir ke halaman Kurun Niaga #4
Narasi-narasi dari Situs Ingatan
Senin (14/10), memulai awal pekan dengan kelas secara daring bersama Rifandi Septian Nugroho dari Gudskul Ekosistem. Pertemuan daring ini melanjutkan kelas yang sempat tertunda dikarenakan Rifandi harus kembali ke Jakarta. Para residen Kurun Niaga #4 diminta menjelaskan “situs ingatan” yang sudah ditempel menjadi kolase di dinding depan kelas Rumah Tamera. Masing-masing mengemukakan ide terkait ingatan atas ruang yang dirasakan secara personal.
Continue readingSimpang Susun Arsip dari Alam Ingatan
Hari ketiga ini kita kedatangan narasumber dari Gudskul Ekosistem, Rifandi yang merupakan seorang arsitektur di arsitekturindonesia.org dan juga seorang dosen di jurusan arsitek. Rifandi menyampaikan materi tentang Simpang Susun yang dulunya pernah digarap bersama beberapa kawan, termasuk Albert (Komunitas Gubuak Kopi) di Jakarta. Simpang Susun Arsip Kolonial adalah sebuah proyek seni berbasis arsip arsitektur dan desain yang diinisiasi oleh arsitekturindonesia.org, Gudskul, dan Nieuwe Institute. Proyek ini membongkar cara kerja design, koloni, dan pengetahuan arsitektur melalui arsip. Pada sesi ini narasumber akan berbagi mengenai pengalaman kurasinya dalam proyek Simpang Susun.
Continue readingMenjalin Simpul- Simpul Kolektif di Sumatera
Sabtu (12/10), hari ini sendu sekali, semalaman hujan mengguyur kota Solok membuat mata berat untuk diajak beraktivitas. Hari kedua “Lokakarya Kurun Niaga #4” ini tak boleh kalah semangat dari kemarin, sebab di hari Sabtu yang spesial ini kita akan berkenalan lebih dekat bersama seluruh komunitas dan kolektif yang menjadi partisipan di Kurun Niaga #4. Semuanya ada 11 komunitas, tapi ternyata Dea dari Komunitas Solu – Balige Writer Festival, Sumatera Utara tidak bisa mengikuti kelas karena kondisinya sedang tidak fit. Jadilah kita melanjutkan lokakarya dengan paparan dan diskusi dari 10 komunitas yang ada.
Continue reading