Belakangan di Sumatera kita melihat banyak praktik pengarsipan yang diinisiasi oleh komunitas, pemerintah, dan institusi pendidikan lainnya. Inisiatif desentralisasi data dan dekolonialisasi narasi ini menjadi aksi menarik dalam menyeimbangkan dan/atau merebut narasi besar sejarah yang diproduksi secara sentral oleh institusi besar.
Continue readingAuthor Archives: Komunitas Gubuak Kopi
Krista : How Is The Story Told After it’s Over?
Minggu (13 Oktober 2024), Lokakarya Kurun Niaga dilanjutkan dengan pertemuan secara daring dengan Krista Jantowski yang kini berdomisili di Utrecht. Krista mengisahkan risetnya melalui pendekatan aspek memori atau juga ingatan kolektif. Salah satu risetnya menyingkap kehidupan tambang batubara Oranje Nassau di Heerlen yang dibuka sejak 1893. Dari penelitiannya ia mendapati bahwa eksploitasi batubara pertama oleh Belanda telah dimulai sejak 1854 di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Hal tersebut membuat ia mempertanyakan kapan “cerita” seharus dimulai. Hal ini menurutnya penting yang kemudian membuat bagaimana sejarah dan narasi dominan itu terbentuk.
Krista mengkritisi bagaimana museum menarasikan kehidupan tambang meski disajikan secara kronologis, namun tidak menyinggung sama sekali aspek orang-orang yang terhubung erat dengan kehidupan pertambangan, dan membuatnya menjadi tetap tidak diungkap/ dibicarakan (unspoken).
Ia bahkan menyoroti sebuah poster Hercules Powder Co. sebuah perusahaan yang memproduksi bahan peledak untuk pertambangan. Menurutnya bumi menyimpan banyak batubara maupun bahan mineral lain yang siap untuk digali, untuk kepentingan orang banyak. Krista melihatnya sebagai narasi yang sangat menggambarkan pemikiran khas kolonial, bahwa mereka merasa berhak untuk mengambil sumberdaya tersebut demi kenyamanan mereka.
Usaha-usaha melengkapi narasi-narasi dominan oleh Krista dilakukan melalui bacaan, musik, podcast di art space-nya di Heerlen, untuk membangun dialog dengan orang-orang yang memiliki hubungan dengan tambang batubara tersebut. Namun Krista menekankan, bahwa upaya mengumpulkan informasi mengambil pendekatan memori kolektif ini bukan untuk membuktikan bahwa narasi dominan adalah salah, namun untuk melengkapi berbagai sudut pandang yang selama ini tidak dibicarakan.
Melalui pameran berjudul Overburden, bersama artis-artis yang terlibat, mengambil analogi makna overburden; residu, sesuatu atau material yang tidak digunakan lewat bermacam pendekatan. Krista juga sangat antusias dengan lokakarya Kurun Niaga 4 ini, dan ingin tahu apa saja temuan-temuan baru yang dapat dihasilkan partisipan dalam tinjauan artistik. [DA]
Riski Ramadani – Non Blok Ekosistem
Solok, 13 Oktober 2024
Mampir ke halaman Kurun Niaga #4
Pameran Komunitas Gubuak Kopi di Gudskul
PAMERAN Komunitas Gubuak Kopi
“Dunia cukup indah di sini, kata orang kemarin malam”
Kurator: Indra Ameng
Pameran Potongan di Meja Dapur Komunal
Pameran Tunggal: Volta A. Jonneva | Pameran ini menyajikan pembacaan ulang atas arsip-arsip Daur Subur #4 – Bakureh Project, yang diselenggarakan oleh Komunitas Gubuak Kopi pada tahun 2018. Pameran ini juga merupakan bagian dari Tugas Akhir Volta A. Jonneva dalam menyelesaikan studinya di Program Penciptaan Karya, Pascasarjana Insititut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Pameran ini dikuratori oleh Albert Rahman Putra dan diselenggarakan bersama Komunitas Gubuak Kopi di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam, ISI Padangpanjang pada tanggal 24-28 Juli 2024.
Continue readingMerowah Gawah di Bangsal Menggawe 2024
Dalam konteks residensi pada Bangsal Menggawe 2024: Montase Air, Komunitas Gubuak Kopi ditempatkan di Desa Kerujuk, Kecamatan Pemenang Lombok Utara. Kerujuk adalah salah satu wilayah hutan yang cukup besar di Lombok Utara. Pohon-pohon besar dan keadaan geografis di hutan Kerujuk memproduksi banyak sumber mata air kecil yang menyatu menjadi bentangan sungai Kerujuk. Sungai ini mengalir ke banyak desa di wilayah Lombok Utara. Kerujuk pernah mengalami bencana seperti longsor dan krisis sumber daya alam akibat aktivitas penebangan yang masif di masa lalu. Sehingga muncul pemberlakuan peraturan ketat terhadap wilayah hutan yang menjadi sumber ekonomi dan kehidupan warga. Namun, bagi warga Kerujuk hutan tidak hanya sumber ekonomi dan air, tetapi juga sumber kehidupan. Lebih dari 5 tahun terkahir warga mengembangkan sejumlah insiatif untuk mengelola hutan dengan cara yang bijaksana, termasuk menyusun sejumlah “awig-awig” (kesepakatan adat) untuk menjaga kelestarian hutan.
Continue readingNarasi dari Dapur dan Jurnalisme Warga
Repotase Hari Ketiga FGD dan Lokakarya Daya Desa: Penguatan Ekosistem Budaya di Desa Warisan Dunia
Kegiatan hari ketiga diawali dengan pemaparan materi oleh M. Biahlil Badri: Penulis dan Pegiat Media Komunitas. Badri aktif berkegiatan bersama Komunitas Gubuak Kopi, sebuah kelompok belajar seni dana media di lingkup lokal Solok. Badri saat ini juga aktif memimpin jaringan kolektif “Lumbung Indonesia”. Pada sesi ini Badri berbagi pengalaman dalam mengelola media yang mengedepankan perspektif warga bersama Komunitas Gubuak Kopi. Narasumber juga memaparkan urgensi membangun narasi dalam kerangka aktivisme warga, khusus dalam merespon konstruksi media terhadap sebuah stigma dan wacana sebuah wilayah.
Continue readingDari Mana Kita Akan Membaca Arsip?
Repotase Hari Kedua FGD dan Lokakarya Daya Desa: Penguatan Ekosistem Budaya di Desa Warisan Dunia
Hari kedua dimulai oleh penyegaran kembali materi hari sebelumnya oleh fasilitator, kemudian dilanjutkan dengan materi dari Dr. Sri Setiawati. Beliau adalah Pengajar di studi Antropologi dan studi Pembangunan di Universitas Andalas (UNAND), Padang. Ibu Sri sebelumnya aktif melakukan penelitian di sejumlah wilayah di Sumatera Barat, termasuk Kota Sawahlunto, dan memiliki ketertarikan pada isu-isu perempuan, serta pernah menginisiasi sejumlah gerakan pemberdayaan perempuan di Kota Sawahlunto. Ibu Sri berbagi mengenai metode antropologis dalam memetakan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) serta mendedah persoalan sebuah wilayah melalui pengalaman risetnya. Serta bagaimana wawasan antropologis digunakan dalam menginisiasi agenda design sosial ataupun gerakan berbasis komunitas warga. Pada sesi ini para partisipan juga diminta untuk menuliskan “siapa anda dalam satu kata”, jawaban para partisipan digunakan sebagai pintu untuk membongkar perspektif peserta dalam memposisikan diri dalam agenda Daya Desa ini.
Continue readingMenyusun Strategi Perebutan Narasi
Repotase Hari Pertama FGD dan Lokakarya Daya Desa: Penguatan Ekosistem Budaya di Desa Warisan Dunia
Program Daya Desa Warisan Dunia adalah upaya penguatan ekosistem kebudayaan di desa-desa kawasan warisan dunia, salah satunya di wilayah Solok-Sawahlunto. Program ini merupakan pengembangan khusus dari Program Daya Desa yang diinisasi oleh Direktoran Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Secara spesifik program kali ini diselenggarakan di desa-desa yang termasuk dalam kawasan warisan dunia, salah satunya “Warisan Tambang Batu Bara Ombilin” (WTBOS) di Solok dan Sawahlunto. Salah satu upaya penguatan ekosistem tersebut direalisasikan melalui focus group discussion (FGD) penguatan aktor-aktor kebudayaan di pedesaan, sebagai bekal partisipan dalam melakukan riset 4 bulan kedepan di kampungnya masing-masing.
Continue readingKongres Kebudayaan Indonesia – Melumbungkan Tanah dan Ruang
Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Direktorat Kebudayaan, Kemendikbud Ristek Dikti Republik Indonesia. PKN tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 20 sampai 29 Oktober 2023 dan mengusung tema “Merawat Kebudayaan, Merawat Bumi” dengan delapan tema kuratorial di segala bidang. Salah satu kuratornya yaitu Ade Darmawan mengusung tema “Temujalar” dengan melibatkan kolektif-kolektif seniman. Salah satu rangkaian program dari PKN yaitu Kongres Kebudayaan Indonesia-Simposium Pekan Kebudayaan Nasional.
Continue readingPusako Tinggi di Pekan Kebudayaan Nasional
Masyarakat Minangkabau mengenal dua konsep pewarisan harta yang disebut pusako randah dan pusako tinggi. Pusako randah adalah harta yang dikelola tingkat keluarga kecil dan diwariskan dari keturunan ayah atau sejalan dengan sistem pewarisan dalam konsep ajaran Islam, sementara pusako tinggi adalah harta yang dikelola pada tingkat kaum, yang diwariskan berdasarkan garis keturunan ibu (matrilineal). Selain berupa material (pusako), seperti tanah dan rumah gadang, pusako tinggi juga berupa warisan tidak material, yang disebut sako, biasanya berupa gelar adat.
Continue reading