Smells Like a Tiger di Festival Komunitas Seni Media

Pada 5-12 Oktober 2022 lalu, Komunitas Gubuak Kopi terlibat sebagai salah satu kolektif undangan sebagai partisipan pameran dalam rangkaian Festival Komunitas Seni Media 2022. Festival ini merupakan pengembangan dari Pekan Seni Media yang diinisasi oleh Kemdikbudristek, yang mana kali ini diselnggarakan bersama UPTD Taman Budaya Bengkulu dan ARCO Art Collab. Festival ini diselenggarakan di Komplek Taman Budaya Bengkulu, yang dikuratori oleh Sudjud Dartanto, Jeong Ok Jeon, dan Yudi Ahmad Tajudin, dengan tajuk kuratorial: [Medi(t)asi Ritus/Rute].

Kuratorial ini bertumpu pada pembacaan atas kehadiran media dan teknologi yang semakin luas dan tajam dalam membentuk praktik hidup sehari-hari dan relasi-relasi sosial, baik dalam konteks lokal (Bengkulu) maupun konteks global (Indonesia dan dunia luas). Konvergensi media membuka jalan pada praktik kerja lintas disiplin sebagai cermin dari semangat inklusif. Berangkat dari gagasan kuratorial ini, FKSM “Medi(t)asi Ritus/Rute” mempertemukan berbagai praktik produksi pengetahuan dari beragam komunitas dan kumpulan individu yang banyak bekerja dengan pendekatan teknologis dan silang-media. Identitas Bengkulu sebagai tempat juga terbentuk melalui mediasi teknologi dan budaya media. Pembentukan itu terjadi melalui berbagai rute mulai dari  perjalanan/mobilitas/transit sosial dan budaya, dan ritus, (kemudian menjadi) memori kolektif masyarakat atau tradisi yang termanifestasikan dalam berbagai imajinasi sosial dan praktik hidup sehari-hari.

Merespon “Medi(t)asi: Rute dan Ritus”, Komunitas Gubuak Kopi tertarik untuk merespon tema ini dengan mempresentasikan catatan dari pembacaan, bagaimana praktik-praktik tradisi bekerja memediasi pengetahuan kolektif beregenerasi. Memediasi komunikasi manusia dengan alam dan merespon problem di konteks lokalnya. Mengekstraksi pengetahuan serta falsafah “alam takambang jadikan guru” sebagai tools produksi pengetahuan, dan proses ritual sebagai adab ataupun tindakan politis mengatasi persoalan, serta memproyeksi masa depan yang lebih baik.

Gagasan tersebut menjadi salah satu perhatian Komunitas Gubuak Kopi, melalui platform Daur Subur, yang digagas sejak tahun 2017 lalu. Sebuah studi berkelanjutan mengenal kebudaayan yang berkembang di masyarakat pertanian, melalui praktik seni sebagai metode riset. Menelusuri nilai-nilai kearifan lokal yang terbungkus dalam tubuh “tradisi”, melihat bagaimana ia relevan mengatasi persoalan di zamannya, dan kemungkinannya untuk berkembang dalam wujud yang relevan, dengan tetap sadar akan konteks sosial, ekonomi, politis, dan perkembangan kontemporernya.

Proyek ini diberi judul “Smells Like a Tiger”, secara visual dipresentasikan melalui media multisensor, menghadirkan aroma tanaman, teks, sketsa, yang tertuang pada instalasi kain dan kaca. Mengajak publik berspekulasi tentang bagaimana pola produksi “tradisi”, sebagai pengetahuan, referensi politik dan bahasa yang dapat bekerja sehari-hari, merespon persoalan sekitar. 


Smells Like a Tigers
Komunitas Gubuak Kopi (Albert Rahman Putra, Biki Wabihamdika, Hafizan, M Biahlil Badri, Muhammad Riski, Volta Ahmad Jonneva, Zekalver Muharam) dan kolaborator: Mimi Batik

dipresentasikan di
Festival Komunitas Seni Media (2022)
[Medi(t)asi Ritus/Rute]
5-12 Oktober 2022
Taman Budaya Bengkulu

Related page: FKSM.ORG & Daur Subur


Komunitas Gubuak Kopi adalah sebuah kelompok belajar seni dan media yang berbasis di Kota Solok, sejak tahun 2011. Kelompok ini berfokus pada pengembangan seni sebagai metode riset. Serta menjembatani kolaborasi profesional (seniman, peneliti, dan penulis) dan warga dalam mendedah persoalan-persoalan budaya lokal di Solok secara khusus dan Sumatera Barat secara umum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.