CAPITAL FLOWER YANG TUMBUH DI TEBING SOLOK

Catatan Proses Tenggara Festival 2020

Hari ini adalah hari ke tiga program Artist in Residence berjalan, semua seniman sudah berada di depan medianya masing-masing. Memegang kuas dan kaleng cat, naik ke atas tangga dan skavolding. Berdansa dan menari dan masih diiiringi bebunyian hujan. Lokasi yang sama ditempati untuk beberapa seniman. Salah satu lokasinya ada di Gedung Olah Raga (GOR) Tanjung Paku Kota Solok.

Seniman yang memilih lokasi ini adalah Bujangan Urban dan Autonica. Memilih lokasi yang berdampingan, dengan sketsa yang berbentuk protret atau vertikal. Bujangan Urban atau yang akrab disapa Jablay ini memilih wall climbing atau dinding panjat tebing sebagai media graffiti “capital flower”-nya. Dinding itu tingginya mencapai 15 meter dengan lebar sekitar 6 meter. Berada di halaman GOR dan terlihat jelas dari kejauhan. Seperti obrolan saya dengan Bujangan Urban sebelumnya, sepertinya wall climbing ini belum selesai dikerjakan. Romi, seorang kawan yang hampir setiap hari di lokasi ini mengatakan, ini belum pernah digunakan sebelumnya dan dikarenakan belum semua gripnya terpasang.

“nggak apa-apa juga, kalau tidak ada yang menggunakannya, yang penting bisa gua gambar,” kata Bujangan Urban sambil terbahak.

“bukan bang, ini dibuat memang bukan untuk dipanjat, tapi disiapkan buat lu gambar” tambah saya.

“iya, manjatnya untuk menggambar” tambahnya.

Untuk mencapai ketinggian ini, kami sempat menyediakan mobil yang biasa digunakan untuk perbaikan lampu jalan. Sayangnya, mobil ini tidak bisa hadir dalam festival ini, karena masih dalam perbaikan di Pekanbaru, Riau. Akhirnya, mobil itu digantikan dengan skavolding. Ketinggian 15 meter ini membutuhkan sekitar delapan tingkat skavolding ke atas dan tiga ke samping.

Malam pertama wall climbing ini, dipanjat dengan dua tingkat skavolding saja, lalu ditambah dengan jenjang yang berukuran sekitar 2-3 meter. Bujangan Urban mulai menyemprotkan cat kalengnya permukaan wall climbing. Pola-pola bunganya yang khas itu sudah terlihat saat pertama kali berinteraksi dengan medianya. Banyak warna dan bentuk tanaman lainnya. Semoga kehadiran gambar-gambar ini juga dapat melenturkan otot-otot warga yang ikut berolahraga di sini.

M. Biahlil Badri (Solok, 1996). Biasa disapa Adri. Salah satu anggota Komunitas Gubuak Kopi. Sempat berkuliah di ISI Padangpanjang. Sekarang aktif mengelola akun @solokmilikwarga, sebuah metode pengarsipan yang dikembangkan Gubuak Kopi melalui platform Instagram, dan juga aktif menulis untuk beberapa media di Sumatera Barat. Ia juga merupakan salah satu partisipan kegiatan Daur Subur di Parak Kopi (2019), kolaborator Pameran Kesejarahan Kurun Niaga bersama Gubuak Kopi (2019). Saat ini selain di Gubuak Kopi, ia juga mengelola kelompok musik Papan Iklan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.