Solok Mural Competition adalah sebuah perhelatan mural yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi bersama Gajah Maharam Photography, dan didukung oleh Dinas Pariwisata Kota Solok. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya aktivasi sejumlah ruang publik sebagai wadah bagi para seniman untuk mengkritisi dan menyampaikan cita-cita kota dari sudut pandang para seniman itu sendiri. Pada perhelatan pertama ini, Solok Mural Competition melibatkan 51 seniman/grup mural yang dikurasi terkait tema yang diusung.
Continue readingMonthly Archives: November 2019
Pameran Kesejarahan: Kurun Niaga
Komunitas Gubuak Kopi kembali menggelar pameran pada 25-30 Oktober 2019 lalu. Pameran yang diselenggarakan di Gedung Kubuang Tigo Baleh, Kota Solok ini berjudul “Kurun Niaga”. Materi yang dipamerkan berupa arsip-arsip dan karya yang merespon arsip tersebut dalam medium baru. Materi ini akan ditata dan dikurasi sebagai ruang konseptual, yang menarasikan alur sejarah dan wacana yang diusung, serta menghadirkan model pengembangan arsip melalui pendekatan seni berbasis media.
Continue readingMural dan Warga di Kota Solok
Repotase Solok Mural Competition
Solok hari ini adalah sebuah kota dan kabupaten yang berada di Sumatera Barat Indonesia. Lokasinya yang strategis berada di persimpangan jalan lintas provinsi, selalu dibunyikan di berbagai promosi. Dari arah Selatan jalur lintas dari Provinsi Lampung, Provinsi Sumatra Selatan, dan Provinsi Jambi, kota ini merupakan titik persimpangan untuk menuju Kota Padang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang jaraknya hanya sekitar 64 Km saja. Bila ke arah utara akan menuju Kota Bukittinggi yang berjarak sekitar 71 Km, dan lanjut menuju kawasan Sumatra Bagian Utara.
Solok sampai saat ini juga masih dikenal dengan kualitas berasnya yang enak, juga tidak sedikit yang mengetahuinya dari lagu yang berjudul “Bareh Solok”. Seseorang teman saya dari Batusangkar yang berjarak sekitar 49 km dari Kota Solok, atau dengan jarak tempuh sekitar 1 jam 15 menit dari Kota Solok menanyakan kepada saya apa saja makanan khas Solok selain beras. Pertanyaan ini agak membingungkan saya seketika itu, saya menjawabnya dengan lemah, mungkin markisah. Jelas saja dia tidak puas dengan jawabannya.
Ya, begitulah Solok, belum banyak yang tahu, kemungkinan terbesar mereka akan mengetahui Solok dengan berasnya adalah dengan terus mengudaranya lagu “Bareh Solok”. Iya ini hanya asumsi saya. Tentunya Kota Solok tidak akan melakukan asumsi saya tersebut.
Awal Agustus 2019 Komunitas Gubuak Kopi, Gajah Maharam, dan Dinas Pariwisata Kota Solok merancang sebuah event seni di ruang publik, yang kemudian disebut “Solok Mural Competition“. Kegiatan ini mengundang keterlibatan seniman atau pegiat mural di seluruh Indonesia untuk mewarnai 51 dinding yang telah dipersiapkan. Para seniman atau pegiat mural tersebut dapat berpartisipasi dengan mengirimkan sketsa mural melalui email kepada panitia. Karya-karya yang sudah terkirim ke email panitia, diseleksi oleh tim kurasi dari Komunitas Gubuak Kopi, antara lain Albert Rahman Putra, Hafizan, dan Muhammad Risky a.k.a sayhallo. (Lihat juga Pengantar Solok Mural Competition: Solok yang Kita Pilih)
Dari semua karya yang masuk ke email, panitia hanya meloloskan 51 sketsa karya, yang kemudian telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Selain dinding/space mural, partisipan terpilih mendapatkan subsidi cat sebanyak 300 mililiter sebanyak lima warna. Untuk tahun ini, Solok Mural Competition dipusatkan di Taman Pramuka Kota Solok dan SMPN 2 Kota Solok.
Sesuai dengan namanya Solok Mural Competition, mural-mural yang telah dipresentasikan di dinding-dinding Solok pada 26-27 Oktober 2019 lalu, diapresiasi kembali dengan memilih karya terbaik untuk mengisi 6 kategori penilaian. Selain itu terdapat satu penilaian khusus, yakni Gubuak Kopi Award, untuk karya yang dianggap mewakili, atau sejalan dengan semangat Komunitas Gubuak Kopi, semangat otokritik dan optimistik. Seleksi ini akan dilakukan oleh juri, Andang Kelana seorang seniman, kurator dan Direktur Visual Jalanan; Ferdian Ondria Asa atau yang lebil dikenal dengan nama Roki, seorang seniman dan pengajar di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Padang; kemudian Volta Ahmad Jonneva seniman dan anggota Komunitas Gubuak Kopi.
Sebelumnya, Beberapa hari menjelang kegiatan, panitia, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, bersama warga setempat bergotong-royong membersihkan lokasi mural, di SMPN 2 Kota Solok dan juga Taman Pramuka. Tidak hanya itu persiapan dinding yang akan dimural juga dilapisi cat putih terlebih dahulu. Lokasi dan posisi sketsa-sketsa juga diatur oleh panitia yang diberi nomor pada saat peserta yang lolos diumumkan melalui email dan media sosial.
Satu hari menjelang kegiatan ini dimulai para partisipan mural disediakan area “kemah bersama” di Taman Pramuka Kota Solok sampai hari terakhir kegiatan. Area kemping bersama ini diperuntukan untuk seniman luar kota, dan secara tidak langsung juga menjadi wadah berkumpul dan berdiskusi antar seniman yang mengukuti kegiatan ini.
Dari hari pertama kemping dimulai, Taman Pramuka diramaikan tenda-tenda peserta mural yang mengarah ke Pulau Belibis (salah satu tempat wisata di Kota Solok). Tapi musim hujan tidak dapat dielakkan salah satu tenda peserta roboh karena hujan yang disertai badai, namun persoalan ini tidak menyurutkan perserta untuk bermalam di Taman Pramuka.
Saya sempat mewawancarai beberapa orang dari peserta mural, sembari menggoreskan kuasnya, ia berharap akan banyak lagi kegiatan seperti ini. Juga bangga bisa meninggalkan sebuah karya pilihannya di Kota Solok, ada yang senang karena bisa bertemu seniman-seniman mural di berbagai daerah. Namun, ada diantara mereka yang merasakan keterbatasan dari segi peralatan.
Di Kota Solok, kompetisi mural seperti ini memang baru, namun harapan dari partisipan pemural akan banyak lagi dinding yang akan dimural nantinya. Sebelum Solok Mural Competition bukannya tidak ada dinding-dinding kota yang dimural, namun kali ini antusias warga lebih besar menerima mural, terutama membawa dampak pada kebersihan lingkungan.
Salah seorang warga di sebelah SMP N 2 Kota Solok berkomentar baik tentang ini. Sebelumnya didepan dinding ini masih banyak sampah berserakan, sekarang alhamdulillah sudah menjadi pemandangan yang menarik. Masih di lokasi SMPN 2 Kota Solok, pada saat penilaian mural, beberapa pengguna jalan menyempatkan dirinya berfoto bersama dinding yang baru saja dimural, mungkin jika disentuh catnya akan menempel di kulit. Dua hari yang singkat, Solok Mural Competition menjadikan Solok lebih berwarna.
Solok, Oktober 2019
* artikel ini sebelumnya juga dipublikasi di visualjalanan.org: http://visualjalanan.org/web/mural-dan-warga-di-kota-solok/
PORTOFOLIO DAN KABAR LAIN SOLOK MURAL COMPETITION
Pesta Mural sebagai Otokritik
Repotase Solok Mural Competition
Awal Agustus 2019 lalu, setelah membicarakan rencana program mural yang akan dilaksanakan oleh Komunitas Gubuak Kopi, Gajah Maharam, dan Dinas Pariwisata Kota Solok, tim panitia mulai mencari lokasi-lokasi yang menarik untuk dimural. Setelah melakukan observasi, kita menemukan banyak lokasi menarik di setiap sudut Kota Solok. Lokasi-lokasi ini antara lain memiliki banyak dinding polos yang nantinya dapat direspon oleh para seniman untuk digambar.
Continue readingMemasuki Ruang Kurun Niaga
Catatan Pameran Arsip Kurun Niaga
Sumatera bagian tengah banyak didatangi oleh pedagang-pedagang luar yang tertarik dengan hasil alam, seperti emas, akasia, kopi, dan lainnya. Kekayaan itu juga mendorong pembangunan jalur transportasi, yang membuka akses perniagaan di Minangkabau, dan memungkinkan terjadinya persilangan budaya. Maka dengan ini Komunitas Gubuak Kopi mempersembahkan sebuah pameran kesejarahan bertajuk Kurun Niaga.
Continue readingRealisme Kotor Iran dalam Sebuah Taksi
Catatan Sinema Pojok spesial sinema Iran
Pada penayangan reguler Sinema Pojok kali ini, kita kembali memutarkan filem yang di sutradarai oleh Jafar Panahi, Taxi Tehran. Filem ini adalah sebuah bentuk protes Jafar Panahi terhadap dunia perfileman di negaranya itu pada tahun 2015. Dialog dan narasi yang di bangun di filem ini terasa sangat mengkritik pemerintah Iran yang sangat mengontrol ketat masalah perfileman.
Continue readingMalam Anugerah Solok Mural Competition
Minggu, 3 November 2019, akhirnya kita mengumumkan nama-nama yang akan meraih penghargaan terkait kegiatan Solok Mural Competition. Kegiatan ini berlangsung di Istiqlal Park atau yang lebih dikenal warga lokal dengan sebutan Lapangan Merdeka. Pengumuman ini diparalelkan dengan agenda Sumarak Anak Nagari yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Solok. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Walikota Solok, warga, pegiat komunitas, dan sejumlah kepala dinas.
Continue reading