Bunyi-bunyi di Kurun Niaga

Walaupun sempat diguyur hujan, tapi pada malam itu, Jumat, 25 Oktober 2019, sejumlah orang masih bertahan menyaksikan tiga pertunjukan dalam rangkaian pameran Kurun Niaga. Sementara persiapan sedang berlasung sejumlah orang tetap memasuki ruang pameran. Pameran ini menghadirkan arsip-arsip masa lampau juga sejumlah karya yang menarasikan tentang sejarah perdagangan, transportasi, dan silang budaya yang terjadi di Sumatera Barat pada priode 1600-1900an. Dalam hal ini disebut oleh Gubuak Kopi sebagai priode Kurun Niaga. Selain itu pameran ini juga merespon tentang perngarsipan itu sendiri. Bagaimana kita memanfaatkan arsip? Bagaimana pentingnya arsip? Dan bagaimana arsip dalam mendia kreatif dan kearifan lokal.

Di ruang pamer, selain arsip-arsip reproduksi dan konvensional, juga terdapat video dan fotoberbasis media sosial yang dikelola oleh warga untuk merekam persitiwa di sekitarnya. Aksi penting dalam mengembangkan wacana sejarah publik di Kota Solok. Selain itu kita juga bisa mendengarkan sejumlah audio, seperti dengan Barabab Jo Bakaba oleh Teju Marselen yang menarasikan perjalanan Sir. Thomas Stamford Raffles pada tahun 1818; audio Badendang oleh Uria Novita yang menarasikan perjalanan Thomas Dias pada 1680an; audio kesenian indang “Kareta Madaki” oleh Sanggar Indang Garuda Gantuang Ciri; audio kesenian gandang tambua reportoar “Kureta Mandaki” koleksi arsip Jurusan Seni Karawitan ISI Padangpanjang, lengkap dengan notasinya yang dibuat oleh Biki Wabihamdika, salah seorang partisipan pameran Kurun Niaga.

Pada malam yang telah basah oleh hujan itu, tiga kelompok musik tetap bersemangat mempresentasikan karyanya. Pertunjukan pertama dimulai oleh Jumaidil Firdaus Project. Proyek ini berjudul Musikum Adagium II (Perantauan Musikal), dalam proyek yang dipimpin oleh Jumaidil Firdaus ini, ia mencoba merespon tema kurasi Kurun Niaga dalam bentuk garapan musik. Karya itu berangkat dari fenomena persilangan karakter bunyi di Sumatera Barat hari ini. Menganalogikan persilangan dari beragam budaya, khususnya karakter bunyi dibawa oleh bangsa yang datang, dan tumbuh bersama di tanah Minangkabau.

Setelah itu, pertunjukan dilanjutkan oleh Ethnic Percussion. Dalam kurasi ini, mereka menggarap dengan lebih inovatif reportoar/lagu “Kureta Mandaki” dari kesenian tradisi gandang tambua Pariaman. Repertoar ini memiliki karakter motif atau pola bunyi yang merespon kehadiran beat kereta api di pendakian Kayu Tanam – Lembah Anai – Padangpanjang. Menarik melihat tradisi ini mendokumentasikan sebuah fenomena bunyi dari perkembangan teknologi transportasi di sekitarnya. Yang kemudian digarap kembali oleh kelompok perkusi yang berisikan sejumlah pemusik dari generasi hari ini.

Pertunjukan ketiga dilanjutkan oleh Uria Novita. salah seorang pendendang yang cukup popular di kalangan warga media sosial. Ia secara spontan dapat merangkai bait dari apa yang ia lihat di sekitarnya, menjadi pantun yang menarik untuk didendangkan. Tradisi ini oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau disebut tradisi bagurau. Dibutuhkan kemahiran dalam menyusun kata dan memaknai peristiwa sekitar dalam waktu cepat untuk memainkan tradisi ini. Selain itu, bagurau jo badendang merupakan tradisi tutur yang menarasikan perjalanan dan kisah-kisah oleh masyarakat Minangkabau. Di tangan Novita, tradisi ini menjadi cair dan diminati banyak anak muda. Malam itu ia juga dibantu oleh dua musisi lain, yakni Midun sebagai pemain saluang dan Husen sebagai pemain gendang.

Setelah pertunjukan usai, ditutup pula pameran untuk hari itu, dan akan dilanjutkan esok hari hingga tanggal 30 Oktober 2019. Dengan waktu buka 11.00-21.00 WIB.

Komunitas Gubuak Kopi adalah sebuah kelompok belajar seni dan media yang berbasis di Kota Solok, sejak tahun 2011. Kelompok ini berfokus pada pengembangan seni sebagai metode riset. Serta menjembatani kolaborasi profesional (seniman, peneliti, dan penulis) dan warga dalam mendedah persoalan-persoalan budaya lokal di Solok secara khusus dan Sumatera Barat secara umum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.