Bakureh Project adalah proyek penelitian yang dikerjakan dalam kerangka kerja Program Daur Subur yang digagas oleh Gubuak Kopi dalam membaca dan mengkaji kebudayaan masyarakat pertanian di Sumatera Barat. Proyek ini melibat 7 perempuan muda selaku partisipan dan dipimpin oleh Delva Rahman. Setelah sebelumnya meluncurkan buku, kali ini Jumat, 28 September 2018, Bakureh Project menggelar pameran dalam bentuk open lab.
Pameran ini merupakan sajian catatan dan arsip para partisipan melakukan penelitian terkait tradisi gotong royong masyarakat pertanian di Sumatera Barat, yang dipantik melalui tradisi bakureh. Pameran ini dikuratori oleh Albert Rahman Putra dan co-kurator Delva Rahman. Dalam pembukaan pameran turut hadir dan memberi sambutan, H. Rusli, selaku ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau; Buya Khairani, selaku tokoh adat Solok; dan perwakilan Dinas Pariwisata Kota Solok.
Acara ini dibuka oleh Albert, selaku ketua Komunitas Gubuak Kopi dan didampingi oleh seluruh partisipan proyek, lalu mendampingi para pengunjung memasuki ruang pameran.
***
Pada malam harinya kegiatan dilanjutkan dengan obrolan dan membuat kopi bersama Anggara Joland. Ia adalah salah seorang pegiat kopi yang kini aktif mengelola usaha kedai kopi Dapue Kopi, dan aktif mengamati produksi kopi-kopi lokal. Sambil membuat kopi secara peformatif, Joland bercerita tentang pengamatanya terkait produksi kopi di Solok.
Acara malam itu lanjutkan dengan pertunjukan musik oleh Kharisma. Salah seorang komposer muda dari Padangpanjang, yang sebelumnya juga pernah diundang untuk berbagi dalam diskusi terkait Bakureh Project di Gubuak Kopi. Kharisma menampilkan karyanya yang berjudul “Manjuk Upah Kini Re”, salah satu karyanya yang berangkat dari fenomena musikal dari tradisi bakonsi di Tanah Datar. Tradisi ini tidak jauh berbeda dengan bakureh, dalam tradisi ini ibu-ibu yang bergotong royong melantunkan beberapa dendang untuk menghibur diri mereka sendiri.
Selain Kharisma, malam itu turut disakralkan dengan pembacaan puisi oleh Safriani salah seorang pegiat di Himpindo UMMY, serta Nurul Cupay Haqiqi, salah seorang seniman teater dari Padangpanjang, pegiat komunitas Sumatra Senja, dan juga merupakan partisipan dari Bakureh Project. Malam itu, Cupay, menyajikan sebuah monolog yang ia adaptasi dari naskah karangan Wisran Hadi. Monolog ini bercerita tentang posisi perempuan dalam tatan sosial tradisi dan pandangan kritis dari generasi sekarang.
Setelah monolog kegiatan malam itu ditutup dengan hiburan oleh teman-teman yang hadir, dan esok harinya masih dilanjutkan pameran hingga 4 Oktober 2018.