Bakureh Project adalah sebuah studi nilai-nilai kebudayaan lokal melalui tradisi “masak bersama”. Bakureh secaha harfiah dalam Bahasa Indonesia berarti ‘berkuli’, namum dalam konteks ini defenisi bakureh merujuk pada ‘gotong-royong masak’ yang dikomandoi oleh ibu-ibu dalam satu kampung. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu, namun, dalam kondisi tertentu juga terbuka pada keterlibatan laki-laki. Ia hadir dalam konteks pesta nagari (kampung), seperti pernikahan, pengangkatan pimpinan adat di tingkat nagari, upacara kematian, perayaan panen, dan lainnya.
Tradisi ini memungkinkan terjadinya pertemuan sejumlah perempuan mewakili keluarga untuk memasak bersama. Proses ini melanggengkan sejumlah adab yang sudah tertata menjadi tradisi, mulai dari cara ia dikabarkan, pilihan menu berdasarkan kegiatan, dan pendidikan kuliner. Dalam pesta adat, jamuan makan menjadi salah satu wibawa, dalam upacara kematian orang-orang di Koto Baru secara khusus memasak lamang; ketika hendak meminang, di Padang Sibusuk orang membuat nasi lamak; — dan beragam adab spesifik lainnya, yang juga diperkaya dengan pemahaman filosofis.
Dalam konteks tertentu Bakureh juga bisa kita lihat sebagai kekuatan sosial. Pada tradisi ini pertemuan juga tidak hanya memungkinkan perkenalan, tetapi juga pesebaran informasi, yang tidak jarang bersifat gosip/hoax. Di beberapa momen informasi ini didiskusikan, diabaikan, dan tidak menimbulkan dampak buruk dalam keseharian. Menarik mengangkat persoalan ini menyadari situasi bermedia di Solok yang ramai dan sensitif.
Sejumlah orang digenerasi saya, di Solok, tidak mendapat pendidikan banyak soal tradisi ini, baik itu dari sekolah maupun dari rumah. Hal ini tentu berkaitan dengan perkembangan situasi sosial di Kota Solok. Perkembangan ini di antaranya mengantarkan kita pada situasi yang ingin serba cepat/instan dan cendrung individual. Proyek ini secara khusus membaca dan mengembangkan posisi Bakureh sebagai kekuatan sosial dan media kreatif lokal dengan tetap sadar akan sejarah, tradisi, dan perkembangan kontemporernya.
Proyek ini secara khusus membaca dan mengembangkan posisi bakureh sebagai kekuatan sosial dan media kreatif lokal dengan tetap sadar akan sejarah, tradisi, dan perkembangan kontemporernya. Dalam hal ini, saya juga tidak ingin mengamini tradisi yang kemudian dilabelkan “perempuan” ini sebagai rujukan utama standar moral dalam konteks lokal, dan tidak pula berarti menentang tradisi sebagai penolakan terhadap konstruksi adat atas perempuan — yang belakangan hal ini menjadi “seksi” di kalangan pegiat seni perempuan. Penelitian ini diniatkan sebagai sikap kritis terhadap persoalan manusia sebagai bagian dari lingkungan sosialnya.
Delva Rahman
Pimpinan Proyek
Info kegiatan: Agenda Bakureh Project