Tag Archives: Mural

Solok Mural Competition

Solok Mural Competition adalah sebuah perhelatan mural yang digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi bersama Gajah Maharam Photography, dan didukung oleh Dinas Pariwisata Kota Solok. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya aktivasi sejumlah ruang publik sebagai wadah bagi para seniman untuk mengkritisi dan menyampaikan cita-cita kota dari sudut pandang para seniman itu sendiri. Pada perhelatan pertama ini, Solok Mural Competition melibatkan 51 seniman/grup mural yang dikurasi terkait tema yang diusung.

Continue reading

Mural dan Warga di Kota Solok

Repotase Solok Mural Competition

Solok hari ini adalah sebuah kota dan kabupaten yang berada di Sumatera Barat Indonesia. Lokasinya yang strategis berada di persimpangan jalan lintas provinsi, selalu dibunyikan di berbagai promosi.  Dari arah Selatan jalur lintas dari Provinsi Lampung, Provinsi Sumatra Selatan, dan Provinsi Jambi, kota ini merupakan titik persimpangan untuk menuju Kota Padang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang jaraknya hanya sekitar 64 Km saja. Bila ke arah utara akan menuju Kota Bukittinggi yang berjarak sekitar 71 Km, dan lanjut menuju kawasan Sumatra Bagian Utara.

Solok sampai saat ini juga masih dikenal dengan kualitas berasnya yang enak, juga tidak sedikit yang mengetahuinya dari lagu yang berjudul “Bareh Solok”. Seseorang teman saya dari Batusangkar yang berjarak sekitar 49 km dari Kota Solok, atau dengan jarak tempuh sekitar 1 jam 15 menit dari Kota Solok menanyakan kepada saya apa saja makanan khas Solok selain beras. Pertanyaan ini agak membingungkan saya seketika itu, saya menjawabnya dengan lemah, mungkin markisah. Jelas saja dia tidak puas dengan jawabannya.

Solok Mural Competition 2019
Solok Mural Competition 2019

Ya, begitulah Solok, belum banyak yang tahu, kemungkinan terbesar mereka akan mengetahui Solok dengan berasnya adalah dengan terus mengudaranya lagu “Bareh Solok”. Iya ini hanya asumsi saya. Tentunya Kota Solok tidak akan melakukan asumsi saya tersebut. 

Awal Agustus 2019 Komunitas Gubuak Kopi, Gajah Maharam, dan Dinas Pariwisata Kota Solok merancang sebuah event seni di ruang publik, yang kemudian disebut “Solok Mural Competition“. Kegiatan ini mengundang keterlibatan seniman atau pegiat mural di seluruh Indonesia untuk mewarnai 51 dinding yang telah dipersiapkan.  Para seniman atau pegiat mural tersebut dapat berpartisipasi dengan mengirimkan sketsa mural melalui email kepada panitia.  Karya-karya yang sudah terkirim ke email panitia, diseleksi oleh tim kurasi dari Komunitas Gubuak Kopi, antara lain Albert Rahman Putra, Hafizan, dan Muhammad Risky a.k.a sayhallo. (Lihat juga Pengantar Solok Mural Competition: Solok yang Kita Pilih)

Dari semua karya yang masuk ke email, panitia hanya meloloskan 51 sketsa karya, yang kemudian telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Selain dinding/space mural, partisipan terpilih mendapatkan subsidi cat sebanyak 300 mililiter sebanyak lima warna. Untuk tahun ini, Solok Mural Competition dipusatkan di Taman Pramuka Kota Solok dan SMPN 2 Kota Solok.

Solok Mural Competition 2019
Solok Mural Competition 2019

Sesuai dengan namanya Solok Mural Competition, mural-mural yang telah dipresentasikan di dinding-dinding Solok pada 26-27 Oktober 2019 lalu, diapresiasi kembali dengan memilih karya terbaik untuk mengisi 6 kategori penilaian. Selain itu terdapat satu penilaian khusus, yakni Gubuak Kopi Award, untuk karya yang dianggap mewakili, atau sejalan dengan semangat Komunitas Gubuak Kopi, semangat otokritik dan optimistik. Seleksi ini akan dilakukan oleh juri, Andang Kelana seorang seniman, kurator dan Direktur Visual Jalanan; Ferdian Ondria Asa atau yang lebil dikenal dengan nama Roki, seorang seniman dan pengajar di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Padang; kemudian Volta Ahmad Jonneva seniman dan anggota Komunitas Gubuak Kopi. 

Sebelumnya, Beberapa hari menjelang kegiatan, panitia, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata,  bersama warga setempat bergotong-royong membersihkan lokasi mural, di SMPN 2 Kota Solok dan juga Taman Pramuka. Tidak hanya itu persiapan dinding yang akan dimural juga dilapisi cat putih terlebih dahulu. Lokasi dan posisi sketsa-sketsa juga diatur oleh panitia yang  diberi nomor pada saat peserta yang lolos diumumkan melalui email dan media sosial.

Satu hari menjelang kegiatan ini dimulai para partisipan mural disediakan area “kemah bersama” di Taman Pramuka Kota Solok sampai hari terakhir kegiatan. Area kemping bersama ini diperuntukan untuk seniman luar kota, dan secara tidak langsung juga menjadi wadah berkumpul dan berdiskusi antar seniman yang mengukuti kegiatan ini.

Dari hari pertama kemping dimulai, Taman Pramuka diramaikan tenda-tenda peserta mural yang mengarah ke Pulau Belibis (salah satu tempat wisata di Kota Solok). Tapi musim hujan tidak dapat dielakkan salah satu tenda peserta roboh karena hujan yang disertai badai, namun persoalan ini tidak menyurutkan perserta untuk bermalam di Taman Pramuka.

Solok Mural Competition 2019
Solok Mural Competition 2019

Saya sempat mewawancarai beberapa orang dari peserta mural, sembari menggoreskan kuasnya, ia berharap akan banyak lagi kegiatan seperti ini. Juga bangga bisa meninggalkan sebuah karya pilihannya di Kota Solok, ada yang senang karena bisa bertemu seniman-seniman mural di berbagai daerah. Namun, ada diantara mereka yang merasakan keterbatasan dari segi peralatan.

Di Kota Solok, kompetisi mural seperti ini memang baru, namun harapan dari partisipan pemural akan banyak lagi dinding yang akan dimural nantinya. Sebelum Solok Mural Competition bukannya tidak ada dinding-dinding kota yang dimural, namun kali ini antusias warga lebih besar menerima mural, terutama membawa dampak pada kebersihan lingkungan.

Salah seorang warga di sebelah SMP N 2 Kota Solok berkomentar baik tentang ini. Sebelumnya didepan dinding ini masih banyak sampah berserakan, sekarang alhamdulillah sudah menjadi pemandangan yang menarik. Masih di lokasi SMPN 2 Kota Solok, pada saat penilaian mural, beberapa pengguna jalan menyempatkan dirinya berfoto bersama dinding yang baru saja dimural, mungkin jika disentuh catnya akan menempel di kulit. Dua hari yang singkat, Solok Mural Competition menjadikan Solok lebih berwarna.

Solok, Oktober 2019

* artikel ini sebelumnya juga dipublikasi di visualjalanan.org: http://visualjalanan.org/web/mural-dan-warga-di-kota-solok/

PORTOFOLIO DAN KABAR LAIN SOLOK MURAL COMPETITION

Pesta Mural sebagai Otokritik

Repotase Solok Mural Competition

Awal Agustus 2019 lalu, setelah membicarakan rencana program mural yang akan dilaksanakan oleh Komunitas Gubuak Kopi, Gajah Maharam, dan Dinas Pariwisata Kota Solok, tim panitia mulai mencari lokasi-lokasi yang menarik untuk dimural. Setelah melakukan observasi, kita menemukan banyak lokasi menarik di setiap sudut Kota Solok. Lokasi-lokasi ini antara lain memiliki banyak dinding polos yang nantinya dapat direspon oleh para seniman untuk digambar.

Continue reading

Malam Anugerah Solok Mural Competition

Minggu, 3 November 2019, akhirnya kita mengumumkan nama-nama yang akan meraih penghargaan terkait kegiatan Solok Mural Competition. Kegiatan ini berlangsung di Istiqlal Park atau yang lebih dikenal warga lokal dengan sebutan Lapangan Merdeka. Pengumuman ini diparalelkan dengan agenda Sumarak Anak Nagari yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Solok. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Walikota Solok, warga, pegiat komunitas, dan sejumlah kepala dinas.

Continue reading

Mural di Dinding Pustaka Kita

Sebuah dinding pustaka tua yang biasanya kusam dan tak berwarna, sekarang mulai terlihat penuh dengan banyak gambar dan tulisan yang mengundang tawa, hingga membuat banyak mata mulai melirik dan memperhatikan. Banyak warga yang berhenti sejenak, bertanya apa yang pemuda dan remaja lakukan di sana.

Beberapa waktu lalu, sejak 28 Desember 2016 hingga 08 Januari 2017, di Perpustakaan Nagari Kelurahan Kampung Jawa, Solok, Komunitas Gubuak Kopi dan pemuda, serta remaja lokal melakukan kegiatan menggambar di dinding, atau yang juga dikenal dengan seni mural. Kegiatan yang mencolok di persimpangan kelurahan itu, mulai menarik perhatian warga dan banyak orang yang berlalu lalang. Mural dan coretan di dinding sebenarnya masih dianggap hal yang baru untuk sebagian besar warga Solok, termasuk di Kelurahan Kampung Jawa. Sempat beberapa warga mengangap yang dikerjakan oleh pemuda-pemuda tersebut adalah aksi merusak dinding perpustakaan saja. Memang sewaktu itu muralnya belum selesai, dan warga kebingungan. Continue reading