Kawah Putih Bandung Episode Nyari Wangsit

Oleh: Gabriella Melisa

Judul diatas mungkin membuat sebagian orang salah kaprah. Nyari wangsit? Hari gini?. Dalam tulisan kali ini saya tidak akan membahas masalah-masalah mistis atau semacamnya. Judul ini terlintas begitu saja mengingat perjalanan saya ke Bandung waktu itu memang perjalanan untuk mencari pencerahan untuk SKRIPSI.

Sebelum menceritakan tentang kawah putih, sekilas saya ingin flash back dulu mengenai skripsi, dan kenapa saya bela-belain jauh-jauh ke Bandung hanya untuk nyari wangsit. Jadi ceritanya waktu itu saya mengerjakan skripsi sembari magang di salah satu Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Skripsi sambil Ngaudit? Memang terkesan gila namun saya tidak keberatan yang penting pintar-pintar membagi waktu kerja dengan waktu mengerjakan skripsi. Dan ternyata kegilaannya itu baru saya rasakan 15 hari sebelum deadline submit skripsi ke kampus. Siang itu tepatnya hari kamis tanggal 10 Januari 2013 saya mendapat ribuan coretan di draft skripsi saya. Dosen saya kurang setuju dengan isi skripsi, padahal sebelumnya tidak ada masalah. Itu artinya REVISI TOTAL-pun harus saya lakukan demi gelar sarjana yang sedang saya kejar. Sungguh saya sangat panik dan merasa tidak tahu lagi harus melakukan apa. Belum lagi saya tetap harus masuk kerja setelah pulang bimbingan itu. Saat mendengar kabar  buruk tersebut saya berpikir bagaimana mungkin saya bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu 15 hari. Namun saya tetap mencoba berpikr positif pada saat itu.

Sayapun meminta tolong dikasih kesempatan kepada dosen saya untuk menyelesaikan skripsi tersebut dalam waktu 15 hari agar saya tidak perlu memperpanjang satu semester lagi. Dosen saya awalnya keberatan, namun saya terus meyakinkan bahwa saya bisa. Akhirnya dosen saya mengizinkan untuk tidak menambah satu semester. Mendengar persetujuan tersebut saya terharu, namun justru setelah itu saya merasa takut. Konsekuensinya saya harus benar-benar mengejar dalam waktu tersebut.

Kamis jumat berjalan seperti biasa. Sepulang kerja saya bela-belain mengerjakan skripsi sampai tengah malam, istirahat sebentar dan kerja lagi. Di jam kerja pun terkadang saya izin senior untuk mencuri-curi waktu mengerjakannya.

Dua hari penuh berkutat dengan skripsi sialan itu belum ada kemajuan yang berarti selain mata perih, badan pegal, otak tidak sinkron dan berbagai efek lainnya. Melihat kondisi badan yang awut-awutan terlintas ide gila di otak saya. Bagaimana kalau weekend ini saya jalan-jalan saja. Saya memang orangnya spontan, apapun yang terlintas saat itu harus saya lakukan saat itu juga. Menghabiskan waktu dua hari untuk libur kenapa tidak. Namun, saya kembali ragu. Dua hari merupakan waktu yang lama, saya bisa menyelesasikan beberapa bab skripsi saya dalam jangka waktu tersebut. Tapi godaan untuk bersenang-senang memang terlihat lebih waras walau sebenarnya menurut orang waras saya mungkin gila.

Bandung, kota yang selalu membuat saya rindu. Kota itulah kali ini yang menjadi destinasi saya. Sabtu pagi saya langsung menghubungi teman saya Adi yang bekerja di Bandung. Adi bersedia menampung saya selama dua hari. Masalah tempat nginap? Ah, saya tidak peduli, yang penting pergi dulu. Lebih beruntung lagi, Hamim teman SMA saya dan Adi kebetulan juga sedang liburan jadilah sekalian saya jalan-jalan sekaligus reunian dengan mereka.

Berangkat!!!

Setelah semuanya oke saya langsung berangkat dari Cikarang menuju Bandung. 2 jam perjalanan dari Cikarang terasa sebentar karena sepanjang perjalanan saya membalaskan dendam tidur yang terganggu 2 hari sebelumnya. Saya sampai di Bandung tidak terlalu sore.

Setelah berkeliling-keliling jalan kaki disekitar tempat kerja Adi malamnya kami berkeliling kota Bandung. Hari sudah menunjukkan pukul 12 malam, kamipun bingung mau kemana selanjutnya. Lebih tepatnya saya sebagai satu-satunya perempuan bingung tidur dimana. Sayapun iseng memberi saran, bahwa waktu itu saya ingin berendam di air panas. Ternyata saran saya diterima. Perjalanan tanpa rencana itu berjalan begitu saja. Jadilah saya, Adi, Hamim dan Edo (Teman Adi) berangkat ke Garut.

Edo, Saya, Adi dan Hamim di perjalanan ke Garut

Sampai di Garut saya memutuskan untuk berendam di pemandian air panas. Sungguh berendam di air panas di daerah pegunungan dan itu tengah malam sangat menyenangkan buat saya. Iya, saya memang segila itu. Melepas sejenak beban skripsi yang ingin saya buang jauh-jauh-secepatnya.

2 jam berendam cukup lama akhirnya saya dan edo memutuskan untuk keluar. Adi dan Hamim menunggu di Mobil sambil tidur.

Perjalananpun dilanjutkan. Kami memutuskan untuk kembali ke Bandung. Kami tiba di Bandung sudah pagi dan kebingungan mencari tempat tidur. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak di mobil. Tidur tidak sampai satu jam rasanya memang tidak cukup, namun tetap cukup buat saya karena energi dan semangat  saya kembali pulih mendengar destinasi kami selanjutnya. KAWAH PUTIH. YIAY!!!!!!

Setelah istirahat seadanya, kamipun melanjutkan perjalanan ke Kawah Putih setelah sebelumnya menjemput Icha pacar Adi. Dari Kota Bandung ke Soreang memang agak sedikt jauh dan jalan yang menanjak. Namun rasa lelah diperjalanan terbayarkan dengan pemandangan kawah putih yang mempesona.

Untuk memasuki kawasan wisata tersebut dari pintu gerbang kawah putih Ciwidey kita diberi dua pilihan. Pilihan pertama menggunakan kendaraan sendiri yang dikenakan biaya (saya lupa persisnya berapa) per mobil. Pilihan ke dua, parkir di Gerbang Kawah Putih dan menggunakan kendaraan yang disediakan disana (Rp. 15,000.- Per Orang). Kami memilih pilihan ke 2. Jarak antara pintu gerbang dan kawasan wisata itu sendiri sekitar 5 KM dengan medan menanjak dan ada jurangnya. Dinginnya cuaca serta jalanan yang berbahaya merupakan kombinasi yang pas untuk saya menahan nafas selama perjalanan. Entah karena saking indahnya atau karena takut saya rasa dua-duanya. Menjelang siang sampailah kami di kawasan wisata tersebut.

Selamat datang di Kawah Putih Ciwidey

Hamim, saya dan Edo

Hamim, Edo, Saya, dan Icha

Setelah puas mengabadikan momen di Kawah Putih, tujuan kami selanjutnya adalah Wisata Air Situ Patenggang yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit perjalanan disana.

Akhirnya sampai juga kami berlima di lokasi wisata tersebut. Mendung, saya memang menyukai cuaca mendung sehingga tempat tersebut benar-benar membuat saya jatuh cinta. Situ Patenggang memang tidak seramai kawah putih, namun suasana yang didapat sangat berbeda. Kalau di Kawah Putih bau belerang meninggalkan rasa yang kurang nyaman untuk menghirup udara disana, namun Situ Patenggang ini benar-benar sejuk sehingga membuat saya semakin jatuh cinta. Romantis sekali memang.

Selesai sudah perjalanan dalam rangka mencari wangsit saat itu.

Apakah saya benar-benar mendapatkan wangsit?

Tentu saja tidak. Karena setelah menghilang di akhir pekan dalam waktu kurang dua minggu skripsi saya harus segera selesai. And for the God’s sake. I did it.

_______
*) Penulis yang biasa disapa Igeb ini adalah salah seorang aktivis komunitas Gubuak Kopi yang saat ini tengah berjuang di Ibu Kota. Lulusan President University bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Pekarjaannya yang super sibuk itu juga memberinya banyak peluang jalan-jalan ke berbagai kota. Igeb saat ini tinggal di Cikarang juga memiliki blog pribadi yang bisa di klik di: http://gabriellamelisa.blogspot.com/

0 comments

  1. gabri si-petualang. saya tunggu pertualangan gabri berikutnya. kalau bisa kasih kita informasi tentang keadaan masyarakat sekitarnya tempat gabri bertualang itu. hehe
    cihuyyyy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.