Sabtu, 29 Januari 2022 merupakan hari kedua terakhir program residensi Lumbung Kelana di Komunitas Gubuak Kopi. Esok hari Sufty akan kembali ke Bandung dan lusa Yoan akan kembali ke Jakarta. Malam ini digelar artist talk di Rumah Tamera-Komunitas Gubuak Kopi dalam rangkaian presentasi seniman residensi lumbung kelana. Dimoderatori oleh saya dengan narasumber dua artist kita, Sufty dan Yoan. Uniknya pada artist talk kali ini, Sufty juga berperan sebagai penerjemah bahasa isyarat karena teman tuli menonton talkshow. Sebelum artist talk Yoan melakukan presentasi berupa live chat dengan menggunakan stiker bahasa isyarat yang ia buat sendiri. Pada stiker tersebut kita mengetahui bahasa isyarat tentang hal-hal yang ada di sekitar kita. Misalnya gulai, sate, teh talua, kereta api, silat, pagi, siang, malam, Padang, Solok, Bukittinggi, durian, Sitinjau Lauik, hujan, Rumah Tamera, Sufty, salam, tetangga, Pak RW, dukun, sampah, dan Bandung.
Continue readingTag Archives: Disabilitas
Isyarat dalam Kelana
Catatan Proses Residensi Lumbung Kelana di Gubuak Kopi
Rabu, 19 Januari 2021 menjadi hari ketiga pelaksanaan Lumbung Kelana, sebuah program residensi yang diinisiasi oleh Lumbung Indonesia. Lumbung Indonesia sendiri, merupakan sebuah platform bersama yang diinisiasi oleh 12 kolektif seni di berbagai kota di Indonesia, termasuk Komunitas Gubuak Kopi. Program residensi ini diikuti oleh 11 kolektif yang tergabung dalam forum tersebut. Masing-masing kolektif menjadi tuan rumah dan juga mengirim dua utusannya untuk berkelana di kolektif lain. Di Komunitas Gubuak Kopi kami yang kedatangan tamu residensi dari Gelanggang Olah Rasa, Bandung yakni Sufty dan Komunitas Kahe, Flores yaitu Yoan. Sementara itu, Komunitas Gubuak Kopi juga mengirimkan dua partisipan residensi, Hafizan ke Pasirputih, Lombok Utara dan Zekalver ke SIKU Ruang Terpadu, Makassar.
Continue reading