Tidak lama lagi, ada dua agenda yang membuat kita akan menyoroti situasi fisik lalu lintas di Sumatera Barat, dan tidak terkecuali Solok. Dua agenda yang saya maksud yang pertama adalah ramadhan dan lebaran, dan yang kedua adalah Tour de Singkarak. Di lalu lintas Solok-Padang, kita masih melihat beberapa titik longsor dan lubang yang dibiarkan dengan garis polisi saja. Di jalan Solok-Padangpanjang, jalanan bergelombang belum juga teratasi, beberapa sudah dimulai diperbaiki. Untuk sementara dibiarkan berlobang hingga nanti ditambal aspal, tanpa plang pemeritahuan, tidak jarang kendaraan kita tersentak. Para pembayar pajak yang baik tidak jarang hanya bisa bacaruik-caruik menyaksikan ban-nya yang kempes, pelek menjadi baliang, maupun dan kerusakan fisik kendaraan lainnya. Beberapa kita pengguna lalu lintas yang awam, tidak jarang memasalahkan cara pemerintah itu. Ya, sering kali meluapkannya di media sosial. Baik itu melemparkan pertanyaan-pertanyaan, kenapa harus tunggu Tour de Singkarak dan ramadhan dulu? kenapa tunggu jalan putus dulu? kenapa tidak pakai kualitas aspal terbaik saja yang tahan puluhan tahun? Continue reading
Author Archives: Albert Rahman Putra
Layangan Menghitung Sore Berakhir
Vlog Kampuang – Layangan Menghitung Sore Berakhir adalah rekaman suasana perlombaan layangan di Ampang Kualo, Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Perlombaan ini diselenggarakan oleh pemuda setempat setiap sore selama lebih dari satu bulan. Perlombaan ini juga menjadi alternatif hiburan bagi warga setiap sore hingga magrib menjelang.
Continue reading
“yang penting caritonyo jaleh…”
Vlog Kampuang – “yang penting caritonyo jaleh…”
Vlog Kampuang – “yang penting caritonyo jaleh…” adalah rekaman suasana workshop komik oleh Zekalver Muharam, di Galeri Gubuak Kopi, Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Zekalver mengajak beberapa remaja di Kota Solok untuk menceritakan keseharian mereka, fantasi, maupun mitos-mitos unik di sekitar mereka. Continue reading
Di Rantau Kita Terlibat dan Merekam
Catatan dari presentasi publik & open studio “Di Rantau Awak Se”
Solok adalah sebuah kota kecil di dataran tinggi Sumatera Barat. Terdiri dari 2 kecamatan dan 13 kelurahan, dengan penduduk sekitar 68.000 jiwa. Seperti halnya masyarakat Minangkabau umumnya, masyarakat Solok juga memiliki tradisi merantau, bahkan hingga saat ini. Banyak generasi saya yang ingin ‘mencari kehidupan yang lebih baik’ di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Padang, dan lainnya. Motifnya bermacam-macam; tradisi, gengsi, ‘mengadu nasib’, belajar sementara, ingin hidup lebih baik, kota Solok yang tidak menjanjikan, dan sebagainya. Dan kini, di saat yang sama, Solok juga menjadi kota rantau bagi etnis lain. Tidak sedikit saya menyaksikan para perantau di negeri perantau ini ikut berkontribusi untuk pembangunan kota Solok. Continue reading
Memaknai Ulang Rantau
Karatau madang di hulu, babuah babungo balun. Ka rantau bujang dahulu, di kampuang paguono balun. Demikian masyarakat Minangkabau mendalil pentingnya kegiatan merantau, baik itu untuk keuntungan diri sendiri maupun kaum. Merantau atau aktivitas bermigrasi dalam waktu yang tidak ditentukan untuk kembali pada suatu hari ia dibutuhkan, telah dilakukan sejak waktu yang sangat lama oleh masyarakat Minangkabau. Tidak hanya oleh masyarakat Minangkabau, banyak masyarakat dunia juga melalukan hal serupa. Menariknya, di Minangkabau, di negeri matrilineal ini, aktivitas itu dilakukan cukup intens dan menjadi bagian dari proses hidup yang harus dijalani. Jauh sebelum kedatangan Islam, apalagi Eropa, telah diriwayatkan bahwa orang Minangkabau tersebar di berbagai tempat di dunia. Di masa-masa awal, banyak yang mamparkan motif marantau hanya sebuah perjalanan sementara untuk menimba ilmu. Apakah sesederhana itu? Satu menjadi raja di Manggarai, Flores. Di Makasar, Kutai, dan Palu, diriwayatkan bahwa Islam pertama kali dibawa oleh orang Minangkabau. Di tanah Malaka, dengan hubungan dagang yang intens dan kepercayaan raja lokal, berdiri pula Negeri Sembilan di tanah yang berlaku pula hukum dan adat perantauan masyaakat Minangkabau. Continue reading
Anak dan Ibu Pertiwi
Vlog Kampuang – Anak dan Ibu Pertiwi adalah rekaman pengalaman pagi hari Albert berkunjung ke TK Pertiwi Kota Solok, pada Maret 2016. Di pagi hari dan ruang belajar yang penuh warna itu, anak-anak bermain dengan bahagia dan aktif, sementara ibu-ibu guru mendampingi. Selamat berbahagia, semoga di tahun-tahun berikutnya perkembangan teknologi permainan tidak mengurangi kualitas bahagianya, dan ibu-ibu TK tetap menciptakan generasi bahagia. Continue reading
Gubuak Kopi di Solok Book Fair
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 20-28 Februari 2017, Komunitas Gubuak Kopi diundang oleh Perpustakaan Umum Kota Solok untuk mengisi beberapa agenda kegiatan di Solok Book Fair 2017. Kegiatan ini adalah kegiatan pertama di Kota Solok. Dalam hal ini Perpustakaan Umum mengangkat tema “Kota Solok, Menuju Kota Literasi”. Memang kegiatan ini tidak begitu berhasil menyita perhatian publik, terutama minimnya publikasi dan strategi-strategi dari dinas terkait dalam menjabarkan tema tersebut. Namun, kegiatan cukup menarik untuk tahap awal. Continue reading
Kejelitaan yang Disunting
Romantisisme alam yang jelita, atau yang biasa dikenal dengan terma mooi Indie, menjadi piihan estetika utama yang cukup populer di kalangan pelukis Eropa pada masa penjajahan di Indonesia. Banyak para pelukis Eropa yang merekam keindahan alam Hindia-Belanda (Indonesia) untuk dibawa atau mungkin juga dipamerkan ke kampung halaman mereka. Ernts Haeckel, misalnya, salah seorang profesor biologi berkebangsaan Jerman, yang juga dikenal sebagai salah satu pelukis naturalis yang setia pada filsafat Darwinisme, sempat mengabadikan beberapa keindahan alam tropis Indonesia di sela tugasnya mendata spesies makhluk hidup. Beberapa karya lukisnya itu pernah ia publikasikan dalam bentuk buku yang berjudul Wanderbilder atau dalam bahasa Inggris disebut Travel Images, diterbitkan oleh salah satu penerbit Jerman pada tahun 1905. Dalam buku itu, terdapat lukisan-lukisan keindahan alam di wilayah yang pernah ia kunjungi, termasuk Indonesia. Continue reading
Lore Melayani Sore
Vlog Kampuang – Lore Melayani Sore
Vlog Kampuang – Lore Melayani Sore adalah sebuah rekaman suasana bermain lore di Galeri Gubuak Kopi, Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok. Lore adalah salah satu permainan rakyat yang sering kita temui di Indonesia dengan nama berbeda. Di Kampung Jawa, Solok sendiri, permainan itu sudah cukup jarang dimainkan, sampai kakak-kakak dan remaja di Komunitas Gubuak Kopi berinisiatif untuk membuat tempat bermain itu secara permanen. Continue reading
Cerita Liburan Banjir di Kampung Kita
Kamis, (05 Januari 2017) kemarin, Batang Lembang kembali meluap. Luapannya menggenangi Solok, Selayo, Koto Baru yang berdekatan dengan daerah-daerah aliran sungai. Ini bukan kali pertama Batang Lembang meluap, semacam fenomenda tahunan. Biasanya terjadi ketika pergantian musim yang beberapa tahun terakhir itu selalu berdekatan dengan hari-hari pergantian tahun: November atau Desember atau Januari atau Februari.
Tahun lalu, banjir itu terjadi di bulan Februari, daerah yang sama selalu ditutupi banjir. Kali ini terjadi di Januari, dua minggu sebelumnya sering hujan di beberapa titik, dan setau saya ini yang paling besar. Tapi tungggu dulu, ini bisa saja tidak se-menyedihkan yang dibayangkan, atau ada hal lain yang lebih menyedihkan. Continue reading