Panen dan Menandai Pertemuan

Panen di Kebun Kolektif
Selasa, 22 Agustus 2023, siang ini saya hanya berdiam diri di markas Komunitas Gubuak Kopi, yakni Rumah Tamera karena mata yang mengantuk. Kantuk ini saya kira datang karena perut yang kenyang. Baru saja kami semua sarapan nasi dengan lauk dendeng cabe hijau yang dibeli Nanda. Entah kenapa sarapan pagi dengan nasi membuat saya malas gerak dan mengantuk. Sementara itu Devi,  Riski,  Nanda dan Deni Aslam (Mahasiswa magang di Komunitas Gubuak Kopi) menyambangi rumah Bu Sofni. Ia adalah seorang pensiunan pegawai yang saat ini aktif mengelola kebun kolektif bersama tetangga dan juga tim Dasa Wisma.

Bu Sofni selaku komandan dari kebun kolektif yang terletak di depan rumahnya ini, mempunyai banyak jenis tanaman, mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman herbal dan juga tanaman hias. Kelompok Bu Sofni sering bekerjasama dengan pihak di luar lingkungan Bu Sofni sendiri, mulai dari kepolisian, Dinas Pariwisata dan juga dengan Lembaga Pemasyarakatan. Mereka juga disuguhkan beberapa produk olahan yang dibuat oleh Bu Sofni dari hasil kebun Kolektif yang dikelolanya.

Sebagai penyuplai tanaman, Bu Sofni banyak menanam tanaman bernilai ekonomis, tetapi siapapun bisa memanen tanaman yang ada di kebun kolektif depan rumah Bu Sofni ini, dan boleh juga bayar seikhlasnya. Bu Sofni sering membagikan tanaman sampai dengan tanah subur dan polybag untuk ditanam oleh anggota dan juga tetangga di rumah masing- masing, karena menurut bu sofni tidak ada alasan untuk tidak menanam. Disana juga ada Budikdamber (Budidaya ikan di dalam ember) walaupun waktu teman-teman datang kesana ikannya hanya tinggal satu ekor karena sudah dipanen oleh anggota kolektif Bu Sofni. 

Bu Sofni banyak bercerita tentang macam-macam kegunaan tanaman yang ada di kebun kolektif ini, dan saat teman-teman mau pulang, Bu Sofni menyuruh memanen beberapa tanaman katanya, untuk adik-adik bawa ke markas Gubuak Kopi. 

Siang tadi, setelah sarapan Dika dan Cenks juga pergi jalan-jalan ke pusat Kota Solok, untuk melihat  beberapa tempat yang rencananya akan Cenks gambar, dan mereka juga menemui beberapa orang yang ingin mereka ajak untuk kolaborasi nantinya. Oh iya, Cenks sendiri selain aktif di berbagai kegiatan seni Siku Terpadu, secara personal ia juga seorang seniman grafiti.


Menandai Keresahan Pasar

Rabu,23 Agustus 2023. Pagi ini rencananya saya dan teman-teman Komunitas Gubuak kopi bersama seniman residensi ingin sarapan makan sate padang di dalam Pasar Raya Kota Solok. Sebab, menurut “duta kuliner Solok” Prima Nanda (demikian kami menjulukinya), sate yang kita tuju ini adalah sate yang rekomended buat teman-teman yang baru datang ke Solok. Suasana pasar hari itu bisa dibilang  santai. Kedai sate itu bernama “Sinar Paris”. “Paris” yang dimaksud bukanlah ibu kota Prancis, melainkan singkatan “Pariaman dan sekitarnya”. Ya, Pariaman adalah salah satu wilayah di Sumatera Barat yang dikenal ramai berdagang sate. 

Selesai sarapan sate, kami membagi tim menjadi dua kelompok, kelompok pertanama Nanda dan Devi pergi ke toserba untuk mencari sesuatu peralatan, sedangkan saya, Cenks, bersama yang lainnya pergi mengelilingi Pasar Raya Kota Solok.

Di saat  kami berkeliling, di lantai 2 pasar, kami melihat spot yang lumayan beda karena di sebuah  jembatan  penyeberangan orang. Kami melihat jarak lantai dengan batas dinding bangunan lumayan pendek. Kami ngobrol bahwa kalau tidak hati-hati, kepala bisa kepala terbentur. Salah seorang pemilik toko jahit di lantai 2 pasar turut terlibat ke dalam obrolan kami. Ia mengkonfirmasi, bahwa sudah banyak kepala orang yang kepentok dan tadi juga baru terjadi. Bapak itu sering bilang ke orang yang mau lewat di jembatan itu “awas talantuang” yang artinya “awas kepala terbentur”. 

“Wah, ini menarik, nih” Gumam Cenks merespon.

Tanpa pikir panjang dia memutuskan untuk mengabadikan kata tersebut, ke dinding bangunan yang banyak memakan korban tersebut dalam bahasa lokal. Kata bapak yang mengobrol bersama kami, ini bisa jadi amal jariyah, karena akan selalu mengingatkan orang-orang untuk supaya berhati-hati pada saat melalui jalan tersebut. Cenks sangat senang.

***

Di salah satu blok pasar atas yang kami kunjungi, pertokoannya banyak dihuni oleh para penjahit. Sebenarnya terbilang banyak toko yang kosong. Saya teringat waktu masih di bangku Sekolah Menengah Pertama, dulu, di sini ada banyak wahana bermain dan permainan “ding dong” yang sekarang ternyata sudah tutup. Mungkin karena sekarang hiburan sudah semakin instan dan mudah diakses semua kalangan di gadget-nya.  

Suasana yang sepi kadang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk buang air kecil. Salah seorang penjahit menunjukkan salah satu dinding toko yang sering dikencingi oleh orang-orang. Bahkan katanya, dilakukan saat penghuni toko masih bekerja. Cenks, memutuskan untuk merespon keresahan para penjahit dengan nantinya mengabadikan dengan kata-kata yang tadi kami dapat saat mengobrol dengan salah satu penghuni toko.

Setelah dari pasar, kami melanjutkan menghampiri tempat-tempat yang kemarin sudah di hunting Dika dan Cenks, dan juga sekalian meminta izin ke yang punya tempat. Kebetulan tempat yang rencananya akan digambar, tepat di persimpangan jalan yang sorenya sangat ramai oleh pengendara motor dan mobil.  Kami mengobrol panjang dengan bapak yang punya tempat. Kami mendapatkan izin asalkan kata-kata yang digambar bermakna positif dan inspiratif bagi orang yang melihatnya. Selama obrolan kami juga mendapat inspirasi kalimat yang nantinya kami abadikan di tempat ini.


Karena hari yang sudah mulai sore kami putuskan untuk pulang ke Rumah Tamera, sembari  melanjutkan dengan melihat beberapa tempat yang sudah Cenks petakan sebelumnya, untuk nantinya akan digambar

Malamnya kami lanjutkan untuk berdiskusi mengenai temuan observasi selama beberapa hari ini. Diskusi ini juga kami selenggarakan secara daring, sebab ada beberapa anggota Komunitas Gubuak Kopi yang juga tengah melakukan kegiatan di luar kota, dan kami ingin mendengar pendapatnya.

Kabar Lumbung Kelana lainnya: Lumbung Kelana #2 – Gubuak Kopi

Riyan Putra Jaya Kelana (b. 1999), biasa disapa Buset adalah seorang musisi. Ia terlibat sebagai vokalis band HARR, sebuah band hybrid rock yang berbasis di Kota Solok. Selain itu, ia juga memiliki ketertarikan untuk mendalami bidang kepenulisan, film, dan bidang kebudayaan. Saat ini ia bergabung dan belajar bersama di Komunitas Gubuak Kopi. Sebelumnya ia juga terlibat dalam Tenggara Festival, sebuah festival street art dan DIY culture di Solok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.