Selasa, 18 Juli 2023, adalah pagi pertema para delegasi Majelis Akbar Lumbung Indonesia di Alahan Panjang, Solok. Pagi itu cukup berembun. Kawan-kawan Komunitas Gubuak Kopi memulai pagi dengan musik yang kencang, dan mengajak para delegasi berkumpul untuk bersenam melawan dingin. Tidak semua delegasi yang berhasil bangun, mungkin masih menyesuaikan suhu. Senam tetap lanjut bersama beberapa orang. Instrukturnya maju kedepan bergantian, dengan gaya senam masing-masing. Terlepas dari gerakan-gerakan tersebut efektif atau tidak untuk kebugaran tubuh, tapi setidaknya cukup untuk memantik semangat berbahagia pagi ini.
Setelah sarapan, para delegasi berkumpul melingkar di aula yang tidak jauh dari kantin. Hari ini majelis dimulai. Pertemuan diawali dengan kata sambut dari Albert Rahman Putra, selalu koordinator Majelis Akbar Lumbung Indonesia tahun ini. Albert memberi pengantar singkat menganai kegiatan ini dan sejumlah rangkaian kegiatan beberapa hari kedepan, serta target-target yang ingin dicapai.
Setelah pengantar kegiatan dilanjutkan dengan laporan “Tim Sarekat” Lumbung Indonesia, yang diwakili oleh Dwiki Nugroho Mukti atau biasa disapa Komeng, Rahmadiyah Tria Gayathri yang biasa disapa Ama, Adhari Donora atau Ade Antirender, Amirudin yang biasa disapa Adin, dan Albert. Tim Sarekat bercerita tentang awal kehadiran Lumbung Indonesia, yang mana forum ini berawal dari pertemuan lanjutan kolektif-kolektif yang terhubung dari penelitan Fixer mengenai kolektif-kolektif di Indonesia. Dari sejumlah kolektif yang terlibat dalam riset FIXER, 12 Kolektif diantaranya, Komunitas Gubuak Kopi (Solok), Rumah Budaya Siku Keluang (Pekanbaru), Pasir Putih (Lombok), Komunitas Kahe (Maumere), Serbuk Kayu (Surabaya), Forum Sudut Pandang (Palu), Siku Ruang Terpadu (Makassar), Trotoart (Jakarta Utara), Gelanggang Olah Rasa (Bandung), Sinau Art (Cirebon), Kolektif Hysteria (Semarang), dan Ketjil Bergerak (Yogyakarta), sepakat untuk melanjutkan diskusi-diskusi dan saling mengenal praktik masing-masing lebih dalam. Pertemuan tersebut kemudian menjadi forum jejaring Lumbung Indonesia.
Forum Lumbung Indonesia membentuk sebuah tim kecil yang disebut Tim Sarekat, yang bertugas menjembati komunikasi antar kolektif yang tergabung, mengatur pertemuan, menyusun, dan menjadi pengurus harian program yang telah disepakati. Tahun sejak tahun 2021, melalui pertemuan zoom meeting, Lumbung Indonesia berfokus pada tiga topik utama, yakni mengenai praktik artistik berbasis kolektif; common ground (kesamaan tujuan yang mengikat individu di dalam kolektif maupun antar kolektif Lumbung Indonesia); dan mengenai strategi ekonomi masing-masing kolektif dan jaringan. Tiga isu di atas menjadi tema besar anggota Lumbung Indonesia untuk dipelajari dikaji lebih lanjut melalui kerja-kerja artistik, baik itu berupa forum diskusi antar kolektif: Majelis Akbar Lumbung Indonesia; rangkaian diskusi terpumpun; residensi pertukaran anggota: Lumbung Kelana; produksi zine; dan lainnya.
Tim Sarekat meminta masukan dan evaluasi dari para peserta yang hadir. Selain itu, peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil secara acak. Pada kelompok-kelompok kecil itu, peserta menuliskan evaluasinya, apa-apa yang mereka harapkan dari forum Lumbung Indonesia di kemudian hari, dan apa-apa yang bisa mereka kontribusikan terhadap Lumbung Indonesia.
Setelah berberapa menit berkumpul, masing-masing kelompok menyampaikan catatannya. Beragam masukan dan persoalan yang dibahas. Salah satu persoalan yang cukup sering muncul adalah mengenai kesulitas berkoordinasi jika hanya mengandalkan teknologi media atau daring, selain itu peserta juga menyampaikan bahwa durasi kegiatan residensi Lumbung Kelana sebelumya terlalu singkat, serta adanya kebutuhan untuk memiliki sebuah website yang bisa menjadi etelase praktik-praktik kolektif anggota dan program-program Lumbung Indonesia sebelumnya.
Agenda evaluasi, mengumpulkan kebutuhan dan masukan baru ini, juga menjadi momen transisi periode Tim Sarekat –yang mana harusnya sudah diganti pada tahun lalu. Pada malam harinya diagendakan pemilihan Tim Sarekat baru. Momen diskusi pada sore hari tadi adalah salah satu cara untuk mendengar pandangan-pandangan para anggota dan visinya mengenai Lumbung Indonesia. Selain itu, sebelum memulai pemilihan panitia juga menggelar permainan tebak gambar sederhana yang dipandu oleh Volta Ahmad Jonneva dan Biahlil Badri. Setelah suasana semakin akrab dan cair, pemilihan dimulai.
Pemilihan dilakukan secara demokratis, seperti pemilihan Tim Sarekat periode sebelumnya. Masing-masing kolektif mengusulkan 3 nama. Baik itu anggota kolektifnya sendiri dan maupun kolektif lain. Setelah nama-nama dihadirkan. 10 nama dengan suara terbanyak menjadi calon untuk dipilih voting kembali oleh peserta. Peserta dapat berdikusi terlebih dahulu dengan kolektifnya masing-masing. Baik itu sesama anggota kolektifnya yang hadir, maupun dengan anggota kolektifnya tidak hadir melalui telepon. Setelah pemilihan selesai maka terpilihlah 6 Tim Sarekat Lumbung Indonesia yang baru. Mereka adalah Biahlil Badri dari Komunitas Gubuak Kopi, Thariq dari kolektif Serbuk Kayu, Purna dari kolektif Hysteria, Kiki Dwi Komala dari Sikukeluang, Gabriel dari Gelanggang Olah Rasa, dan Dominiq dari Komunitas KAHE.
Tim Sarekat lama melakukan serah terima sederhana kepada Tim Sarekat baru, dengan cara masing-masing. Malam itu kami rayakan dengan berkaraoke!
Halaman Majelis Akbar Lumbung Indonesia