Sabtu, 05 September 2020, proyek seni Lapuak-lapuak Dikajangi (LLD) #3 dimulai. Proyek ini digagas oleh Gubuak Kopi pada tahun 2017, berawal dari bagian program studi tradisi dan pengetahuan masyarakat pertanian: Daur Subur. Namun, karena isu mengenai tarik ulur antara nilai-nilai tradisi dan bentuk perayaannya selalu berkembang, Gubuak Kopi menilai proyek ini perlu dilanjutkan setiap tahunnya dengan tema-tema yang lebih spesifik.
Proyek ini dibuka secara virtual melalui paltform webinar jitsi.org diikuti oleh para seniman yang terlibat dan tim artisitik LLD #3. Dalam pengantarnya, Albert Rahman Putra, selaku kurator proyek kembali menjelaskan, proyek seni ini, setiap tahunnya selalu melibatkan seniman dari berbagai medium dan disiplin. Seniman yang terlibat dari lokal ataupun di luar Sumatera Barat, khususnnya anak muda, diajak memeriksa kembali tema yang tengah dibahas, memberi beragam pandangan, “bermain”, dan melakukan beragam intervensi artistik.
Pada tahun 2018, LLD mengangkat isu nilai-nilai tradisi silek (silat) sebagai pemantik untuk memahami nilai-nilai kearifan lokal yang masih relevan, serta penerapannya pada medium yang akrab dengan kita sehari-hari. Dan pada tahun ini, Gubuak Kopi melanjutkannya dengan tema “silaturahmi”.
Albert menambahkan berapa contoh tentang tradisi silaturahmi di masyarkat Minangkabau, seperti manjalang mintuo (mengunjungi mertua), manjalang induak bako (mengunjungi keluarga ayah), pulang basamo (mudik), dan lainnya. Dalam konteks tertentu tradisi itu bisa sangat politis, humanis, atau sebagai latah perintah adat semata. Gubuak Kopi melihat praktik tradisi ini sebagai form dan bahasa tradisi yang diamini secara kolektif dan dilegitimasi adat. Dijalankan secara turun temurun, dan dalam banyak khasus tidak diiringi dengan pengetahuannya, sehingga terjebak dalam “hantu-hantu tradisi”.
Selain melanjutkan tema dari LLD sebelumnya, proyek ini juga merespon situasi terkini, yakni wacana “normal baru” yang dipicu oleh wabah covid-19. Beragam praktik tradisi tidak berjalan sebagai dampak wabah ini, komunikasi beralih ke pemanfaatan teknologi media. Ketiadaan pelaksanaan tradisi secara ritual lazimnya, ternyata tidak menyisakan persoalan yang berarti. Sehingga bagi teman-teman di Gubuak Kopi, menarik untuk memaknai kembali tradisi silaturami itu, dan kemungkinan peralihan nilai-nilai pada medium yang baru. Dengan kata lain, LLD #3 berupaya mengajak para partisipan untuk melihat sejauh mana teknologi mampu mewadahi praktik dan nilai-nilai silaturahmi, bagaimana kemungkinan normal baru mampu mengakomodir kebutuhan estetik para seniman atau kemungkinan bahasa silaturami baru yang artistik.
Selama pandemi ini banyak model presentasi seni melalui media social dan teknologi virtual lainnya. Mulai dari penempatan teknologi sebagai replikasi ruang nyata, panyajian dokumentasi, konser virtual, pameran feed instagram, dan sebagainya. Lalu mungkinkah kita untuk melihat teknologi yang basisnya online ini sebagai ruang presentasi nyata yang baru?
“Percobaan-percobaan ini telah dimulai oleh berbagai seniman, dan menarik untuk mengundang teman-teman semua menyajikan kemungkinannya dalam merespon tema yang dekat dengan publik Solok dan Sumatera Barat.” Ujar Albert.
Project ini diikuti oleh enam orang partisipan dari berbagai kota dan beragam latar disiplin. Antara lain: Theo Nugraha, seniman sound dan seni perfromans asal Samarinda; Taufiqurrahman, yang biasa disapa Kifu, designer dan seniman visual asal Palu; Siska Aprisia, penari, koregrafer, dan pegiat budaya asal Pariaman dan kini berdomisili di Yogyakarta; Avant Garde Dewa Gugat a.k.a AGDG, komposer dan sound artist asal Padangpanjang; Robby Ocktavian, pegiat budaya dan seniman performans asal Samarinda; dan Utara Irenza, penari dan aktor asal Agam. (Baca juga: Profil partisipan LLD #3 )
Diskusi dilanjutkan dengan pengantar teknis yang dipandu oleh Biahlil Badri (Pegiat Gubuak Kopi), membicarakan bagaimana kemungkinan proyek atau karya masing-masing seniman ini nantinya dapat dipresentasikan secara virtual. Termasuk pengaturan jadwal dan menyepakati diskusi lanjutan yang terarah, untuk membahas rancangan karya partisipan, relevansi dengan tema, dan capaian LLD.
Selain Albert dan Badri, proyek seni ini juga difasilitasi Muhammad Riski, Zekalver Muharam, Veronica Putri Kirana, dan Teguh Wahyundri. Jadwal diskusi dan presentasi online segera dipublikasi melalui web www.gubuakkopi.id. Selain itu, teman-teman juga bisa memantau catatan perkembangan proses residensi virtual para partisipan di situs ini, serta di instagram @gubuakkopi.
Nantikan kabar selanjutnya!
Portofolio Project: Lapuak-lapuak Dikajangi #3