Repotase Solok Mural Competition
Solok hari ini adalah sebuah kota dan kabupaten yang berada di Sumatera Barat Indonesia. Lokasinya yang strategis berada di persimpangan jalan lintas provinsi, selalu dibunyikan di berbagai promosi. Dari arah Selatan jalur lintas dari Provinsi Lampung, Provinsi Sumatra Selatan, dan Provinsi Jambi, kota ini merupakan titik persimpangan untuk menuju Kota Padang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang jaraknya hanya sekitar 64 Km saja. Bila ke arah utara akan menuju Kota Bukittinggi yang berjarak sekitar 71 Km, dan lanjut menuju kawasan Sumatra Bagian Utara.
Solok sampai saat ini juga masih dikenal dengan kualitas berasnya yang enak, juga tidak sedikit yang mengetahuinya dari lagu yang berjudul “Bareh Solok”. Seseorang teman saya dari Batusangkar yang berjarak sekitar 49 km dari Kota Solok, atau dengan jarak tempuh sekitar 1 jam 15 menit dari Kota Solok menanyakan kepada saya apa saja makanan khas Solok selain beras. Pertanyaan ini agak membingungkan saya seketika itu, saya menjawabnya dengan lemah, mungkin markisah. Jelas saja dia tidak puas dengan jawabannya.
Ya, begitulah Solok, belum banyak yang tahu, kemungkinan terbesar mereka akan mengetahui Solok dengan berasnya adalah dengan terus mengudaranya lagu “Bareh Solok”. Iya ini hanya asumsi saya. Tentunya Kota Solok tidak akan melakukan asumsi saya tersebut.
Awal Agustus 2019 Komunitas Gubuak Kopi, Gajah Maharam, dan Dinas Pariwisata Kota Solok merancang sebuah event seni di ruang publik, yang kemudian disebut “Solok Mural Competition“. Kegiatan ini mengundang keterlibatan seniman atau pegiat mural di seluruh Indonesia untuk mewarnai 51 dinding yang telah dipersiapkan. Para seniman atau pegiat mural tersebut dapat berpartisipasi dengan mengirimkan sketsa mural melalui email kepada panitia. Karya-karya yang sudah terkirim ke email panitia, diseleksi oleh tim kurasi dari Komunitas Gubuak Kopi, antara lain Albert Rahman Putra, Hafizan, dan Muhammad Risky a.k.a sayhallo. (Lihat juga Pengantar Solok Mural Competition: Solok yang Kita Pilih)
Dari semua karya yang masuk ke email, panitia hanya meloloskan 51 sketsa karya, yang kemudian telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Selain dinding/space mural, partisipan terpilih mendapatkan subsidi cat sebanyak 300 mililiter sebanyak lima warna. Untuk tahun ini, Solok Mural Competition dipusatkan di Taman Pramuka Kota Solok dan SMPN 2 Kota Solok.
Sesuai dengan namanya Solok Mural Competition, mural-mural yang telah dipresentasikan di dinding-dinding Solok pada 26-27 Oktober 2019 lalu, diapresiasi kembali dengan memilih karya terbaik untuk mengisi 6 kategori penilaian. Selain itu terdapat satu penilaian khusus, yakni Gubuak Kopi Award, untuk karya yang dianggap mewakili, atau sejalan dengan semangat Komunitas Gubuak Kopi, semangat otokritik dan optimistik. Seleksi ini akan dilakukan oleh juri, Andang Kelana seorang seniman, kurator dan Direktur Visual Jalanan; Ferdian Ondria Asa atau yang lebil dikenal dengan nama Roki, seorang seniman dan pengajar di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Padang; kemudian Volta Ahmad Jonneva seniman dan anggota Komunitas Gubuak Kopi.
Sebelumnya, Beberapa hari menjelang kegiatan, panitia, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, bersama warga setempat bergotong-royong membersihkan lokasi mural, di SMPN 2 Kota Solok dan juga Taman Pramuka. Tidak hanya itu persiapan dinding yang akan dimural juga dilapisi cat putih terlebih dahulu. Lokasi dan posisi sketsa-sketsa juga diatur oleh panitia yang diberi nomor pada saat peserta yang lolos diumumkan melalui email dan media sosial.
Satu hari menjelang kegiatan ini dimulai para partisipan mural disediakan area “kemah bersama” di Taman Pramuka Kota Solok sampai hari terakhir kegiatan. Area kemping bersama ini diperuntukan untuk seniman luar kota, dan secara tidak langsung juga menjadi wadah berkumpul dan berdiskusi antar seniman yang mengukuti kegiatan ini.
Dari hari pertama kemping dimulai, Taman Pramuka diramaikan tenda-tenda peserta mural yang mengarah ke Pulau Belibis (salah satu tempat wisata di Kota Solok). Tapi musim hujan tidak dapat dielakkan salah satu tenda peserta roboh karena hujan yang disertai badai, namun persoalan ini tidak menyurutkan perserta untuk bermalam di Taman Pramuka.
Saya sempat mewawancarai beberapa orang dari peserta mural, sembari menggoreskan kuasnya, ia berharap akan banyak lagi kegiatan seperti ini. Juga bangga bisa meninggalkan sebuah karya pilihannya di Kota Solok, ada yang senang karena bisa bertemu seniman-seniman mural di berbagai daerah. Namun, ada diantara mereka yang merasakan keterbatasan dari segi peralatan.
Di Kota Solok, kompetisi mural seperti ini memang baru, namun harapan dari partisipan pemural akan banyak lagi dinding yang akan dimural nantinya. Sebelum Solok Mural Competition bukannya tidak ada dinding-dinding kota yang dimural, namun kali ini antusias warga lebih besar menerima mural, terutama membawa dampak pada kebersihan lingkungan.
Salah seorang warga di sebelah SMP N 2 Kota Solok berkomentar baik tentang ini. Sebelumnya didepan dinding ini masih banyak sampah berserakan, sekarang alhamdulillah sudah menjadi pemandangan yang menarik. Masih di lokasi SMPN 2 Kota Solok, pada saat penilaian mural, beberapa pengguna jalan menyempatkan dirinya berfoto bersama dinding yang baru saja dimural, mungkin jika disentuh catnya akan menempel di kulit. Dua hari yang singkat, Solok Mural Competition menjadikan Solok lebih berwarna.
Solok, Oktober 2019
* artikel ini sebelumnya juga dipublikasi di visualjalanan.org: http://visualjalanan.org/web/mural-dan-warga-di-kota-solok/
PORTOFOLIO DAN KABAR LAIN SOLOK MURAL COMPETITION