Senin, 4 Agustus 2019 lalu, sejumlah pemuda berkumpul di Solok, tepatnya di Tanah Merah Space, di Jalan Lingkar Utara, Ampang Kualo, Kota Solok. Sebuah ruang untuk komunitas kreatif di Solok, yang juga merupakan kediaman baru Komunitas Gubuak Kopi. Kali ini mereka berkumpul untuk menjalankan sebuah proyek seni bertajuk mengkaji dinamika kebudayaan melalui fenomena jalur dagang dan trasnportasi.
Proyek seni ini dibuka oleh Albert Rahman Putra selaku ketua umum Komunitas Gubuak Kopi. Kegiatan ini terdiri dari tiga tahap antara lain, lokakarya selama lima hari, riset dan produksi kurang lebih satu bulan, dan presentasi publik dalam bentuk pameran. Lokakarya ini bertujuan untuk pembekalan awal pada para partisipan mengenai tema.
Para partisipan diajak mengajak riset awal yang dilakukan oleh Gubuak Kopi dan kemudian dikritisi bersama-sama. Selain itu untuk hari-hari berikutnya para partisipan diajak untuk menerjemahkan dan membedah arsip-arsip yang ada, menulis, dan menyusun rencana produksi yang dilakukan secara kolaborasi. Adapun kurun arsip-arsip yang akan kita bedah sejak 1600 hingga 1900an. Diskusi berlangsung dari siang hingga sore, dan dilanjutkan pada malam hari.
Kegiatan ini digagas oleh Gubuak Kopi merespon dengan kritis situasi Indonesia terkini yang gencar mengembangkan infrastruktur transportasi. Selain itu, juga mengembangkan wacana program Daur Subur, sebuah platform pemetaan kebudayaan masyarakat pertanian di Sumatera Barat. Melihat persilangan budaya yang turut membentuk kebudayaan kita hari ini. Dan sangat kebetulan, tema yang sudah kita rancang sejak Januari 2019 ini berkaitan dengan pernghargaan warisan dunia untuk pertembangan Ombilin – Kota Sawahlunto dari UNESCO.
______________
update informasi proyek di: https://gubuakkopi.id/kurun-niaga/