Selasa, 21 Mei 2019, hari kedua rangakaian silaturahmi antara Komunitas Gubuak Kopi dengan Surau Tuo Asosiasi Mahasiswa Ar-rasuli (AMR). Kegiatan diawali dengan berbuka bersama dilanjutkan pemaparan materi tentang cara kerja komunitas oleh pendiri Gubuak Kopi Albert Rahman Putra serta diakhiri nanti dengan pemuatan film The Song of Sparrows (Majid Majidi, 2008).
Diskusi dibuka oleh salah serorang anggota Surau Tuo AMR Adi Holil Ashabul Yamin, atau yang akrab kami sapa Holil. Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang cara kerja komunitas oleh Albert Rahman Putra. Sebelumnya, ia menjelaskan bahwa ada banyak model pengelolaan komunitas di Indonesia.
Ia mengawali diskusi dengan menjelaskan latar belakang berdirinya sebuah komunitas serta menjelaskan apa yang diperjuangkan oleh sebuah komunitas, mengingat komunitas adalah kerja kolektif, maka persamaan visi antar masing-masing anggota diperlukan untuk mendirikan sebuah komunitas. Kemudian barulah kerja sama dibagi berdasarkan kemampuan masing-masing.
Albert mengatakan Komunitas Gubuak Kopi sendiri berdiri atas dasar keresahan yang sama akan minimnya pendidikan literasi media, minimnya akses-distribusi pengetahuan bermuatan lokal, dan lainnya di tengah-tengah masyarakat Sumatera Barat (Sumbar), khususnya konten tentang Kota Solok, ia menegaskan.
Untuk mendirikan sebuah komunitas menurut Albert diperlukan gambaran umum tentang modal awal yang dimiliki oleh masing-masing individu yang akan mendirikan komunitas. Modal yang dimaksud bukan hanya modal berupa materi namun juga modal non-materi seperti relasi atau jejaring, bagasi pengetahuan anggota, kesedian waktu untuk mencapai visi, dan lainnya.
Di Sumbar menurut Albert belum ada contoh yang ideal untuk mendirikan dan mengoperasikan sebuah komunitas, maka teman-teman di Sumbar harus meraba-raba sendiri tentang pengelolaan sebuah komunitas agar tetap survive, dan dapat memberikan dampak bagi individu yang tergabung di dalam komunitas (sebagai bagian dari masyarakat), maupun masyarakat sekitar dari program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas. Tapi kita dapat mempelajarinya dengan mengenali kebutuhan kita, seberapa penting kita berkomunitas, bagaiaman kita bisa bermanfaat untuk sekitar, dan mempelajarinya dari macam-macam organisasi yang ada.
Tidak terasa tiga jam sudah kami mendengarkan pemaparan materi serta berdiskusi dengan kawan-kawan pegiat Komunitas Gubuak Kopi. Untuk menutup malam ini, kita menonton film The Song of Sparrows karya sineas terkemuka Iran, Majid Majidi. Film yang rilis pada tahun 2008 lalu memotret tentang kehidupan seorang tokoh yang bernama Karim yang bekerja sepanjang hari di peternakan burung unta.
Karim bertugas menjaga buruang-burung itu, memberi makan serta mengumpulkan telur-telurnya. Hingga suatu hari, seekor burung unta melarikan diri, dan Karim berusaha mencarinya dengan berbagaia cara termasuk dengan menyamar sebagai burung unta. Akan tetapi usaha Karim sia-sia yang berakibat dipecatnya ia dari pekerjaannya.
Setelah kehilangan pekerjaannya, Karim menghadapi situasi hidup yang rumit, mulai dari anak tertuanya yang tuna rungu yang alat bantu pendengarannya rusak. Setelah dipecat dari pekerjaannya Karim makin sulit untuk mendapatkan uang untuk mengganti alat bantu pendengaran anak sulungnya yang rusak dengan yang baru, karena harganya sangat mahal menurut dompet seorang pengangguran seperti Karim.
Setelah pergelutan yang cukup panjang dengan kisah yang memilukan dari seorang kepala keluarga seperti Karim, terjadilah sebuah perbubahan nasib dalam hidupnya dengan cara yang tak terbayangkan sebelumnya. Dalam perjalanan Karim ke kota untuk mencoba memperbaiki alat bantu dengar putrinya dengan motor tuanya. Karim disangka tukang ojek oleh seorang pengusaha yang sedang tergesa-gesa menuju sebuah tempat.
Sejak saat itu Karim memilih untuk menjadi tukang ojek, karena menurutnya hasil dari pekerjaan ini bisa menutupi kebutuhan keluarganya. Di penghujung film, Karim sebagai tokoh utama dalam film ini mengalami kecelakaan saat membereskan gunungan rongsokan di halaman rumahnya.
Saat ia terbaring sakit, Karim menyaksikan istrinya yang tetap giat bekerja, serta anak keduanya yang juga mulai bekerja untuk meringankan beban keluarga. Saya yang baru pertama kali menonton film ini mendapatkan banyak kesan yang sangat memikat dengan adegan-adegan yang penuh makna tentang perjuangan seorang kepala keluarga untuk membahagiakan keluarganya, rela bekerja sepanjang hari agar bisa memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.
The song of sparrows, atau dalam Bahasa Indonesia, “nyanyian burung gereja”, ia adalah roman dari narasi kecil yang sering kali kita abaikan. Memaknai film ini menarik merespon kita yang selalu terpesona dan terpancing pada isu-isu besar, dan abai pada persoalan di sekitar kita. Oleh Majid Majidi, isu itu kemas dengan baik, menyajikan kebersahajaan salah seorang warga Iran pinggiran kota, dan menghadirkan beberapa gambar ia sebagai ‘persitwa yang seolah selama ini tidak dihitung’ di mobilitas ibu kota.