Catatan Lokakarya “Kultur Daur Subur” Hari Ke Dua
Minggu, 11 Juni 2017, adalah hari ke dua Lokakarya media dengan topik Kultur Daur Subur. Pagi hari, sebelum partisipan melanjutkan kegiatan, fasilitator meminta para partisipan mengulas materi yang didapat pada hari pertama, yakni, mengenai masalah sejarah perkembangan media, praktek bermedia di Indonesia, dan juga perkembangan video. Satu persatu partsipan menyampaikan apa yang mereka pahami. Setelah itu barulah pemateri melanjutkan pembekalan apa itu, Kultur Daur Subur oleh Albert Rahman Putra. Di sini pemateri menjabarkan latar belakang, kenapa Gubuak Kopi mengangkat topik ini. Lalu Albert memberikan materi-materi mengenai sejarah dan perkembangan pertanian di Sumatera Barat dari pandangan kebudayaan.
Materi itu diawali Albert dengan memaparkan catatan Sir. Thomas Stamford Raffles tahun 1818. Catatan itu merupakan surat Raffles yang mengabarkan perjalanannya ke pusat Minangkabau sebagai perkembangan negeri jajahan. Perjalanan ini pun dikenal sebagai kedatang orang Eropa pertama di Pusat Minangkabau. Dalam surat tersebut diantaranya, dikatakan bahwa ia sangat kagum akan cara-cara pertanian di datarang tinggi Sumatera Barat, yang sangat maju. Selain itu ia juga memuji-muji hasil alam Sumatera Barat yang melimpah yang harus menjadi perhatian kerajaan Inggris. Kekayaan alam yang melimpah serta pengetahuan tentang pertanian yang baik kemudian membuat Eropa dan Belanda yang sebelumnya hanya berkedudukan di pelabuhan, berkeinginan kuat ini menjajah Sumatera Barat.
Berikutnya Albert menjabarkan kemajuan pertanian itu dengan mengupas unsur-unsur kebudayaan Minangkabau. Tujuh unsur kebudayaan yakni, sistem bahasa, teknologi, sistem sosial, sistem ekonomi, pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan, seperti yang dijabarkan Albert, mencerminkan betapa akrabnya masyarakat Minangkabau dengan praktek pertanian. Lalu Albert melanjutkan dengan garis besar perkembangan pertanian dunia, yakni: Pertanian tradisional, sejak zaman sejarah; Pertanian Modern, yang berkaitan dengan penemuan pestisida kimia dan produksi besar-besaran; lalu, pertanian organik, yang berkembang dengan semangat ‘organik movement’, yang dipelopori oleh Albert Hodward di Inggris. Dari sini kita bisa melihat bagaimana kebijakan pemerintah dan perkembangan kebudayaan mencakup teknologi, ekonomi, politik, turut mempengaruhi pertanian.
Albert juga menjelaskan perubahan pandangan kebanyakan masyarakat dan generasi kini di sekitar kita yang memandang rendah profesi sebagai petani, yang salah satunya dipengaruhi oleh praktek media. Berkaitan dengan hal ini, melalui lokakarya ini Gubuak Kopi mengajak para partisipan mengembangkan media untuk meng-counter pandangan tersebut. Diantaranya bisa kita lakukan dengan pengarsipan, memetakan, mengemas sebagai pengetahuan, dan mendistribusikannya melalui media, maupun dengan praktek media lainnya secara kreatif. Diantaranya yang bisa arispkan seperti teknik dan teknologi pertanian lokal, tentang becocok tanam, cara-cara pemenfaatan tanaman terkini, dan lainnya.
Setelah itu Partisipan juga berdiskusi mengenai tulisan bersama Delva Rahman, dan juga pembekalan mengenai riset ke lapangan bersama fasilitator. Setelah kegiatan tersebut, para partisipan diarahkan untuk observasi ke lapangan dan mengenali isu-isu lokal yang ada di sekitar Kelurahan Kampung Jawa, Kota Solok, yang berhubungan dengan tema Kultur Daur Subur. Partisipan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama dipandu oleh Zekalver Muharam, dengan tim yang terdiiri dari Ogy, Arif, dan Rizky Pol. Zekalver mengarahkan partisipan untuk meriset di Kampung Jawa atas, tepatnya RW 6. Kelompok kedua, di pandu oleh Volta dan Rizky layo, yang beranggotakan Intan, Rizqy dan Joe Datuak. Mereka meriset di sekitaran kantor Gubuak Kopi biasanya warga menyebut dengan Kampung Jawa bawah, mereka mengunjungi beberapa rumah warga dan juga Sekolah Dasar yang terdekat.
Seusai berbuka puasa dan santai, kegiatan kembali dilanjutkan. Masing-masing partisipan mempresentasikan hasil dari observasi yang dilakukan tadi siang, mulai dari isu yang ditemukan partisipan dan juga hal-hal menarik untuk dibahas. Presentasi yang pertama di lakukan oleh Ogy Wisnu, ia mempresentasikan hasil observasi yang dilakukan siang tadi. Ogy diantarnaya menjabarkan keterkatirkannya tentang alat pembuat pupuk kompos yang dinamakan Komposter dan beberapa temuan lainnya yang terdapat di Taman Bidadari, yang menurutnya ini berpotensi sebagai wahana edukuasi publik terkait lingkungan dan pengembangan pertanian. Namun, seperti yang dijabarkan Ogy, wahana tersebut tidak terkelola dengan baik dan terlihat berantakan.Selanjutnya Presentasi dilanjutkan oleh Datuak, di sini ia memiliki perhatian lebih terkait hasil pertanian yaitu buah pinang yang ia temukan dijemur di beberapa rumah warga. Menariknya, disekitar lokasi tersebut tidak terlihat kebun-kebun pinang. Pola-pola ini memancing keingin-tahuannya mengenai proses praoduksi atau panen dan sistem distribusi hasil pertanian di Solok, terutama pinang.
Selanjutnya Amathia Rizqi, membahas limbah menyangkut dengan masalah limbah di sungai baik itu dari pandangan kebudayaan maupun hukum. Setelah itu Arif, partisipan titipan yang baru saja menyelesaikan SMA-nya, ia membahas mengenai bagaimana pengolahan limbah atau mendaur ulang limbah plastik yang dikumpulkan oleh satu ‘bank sampah’ di Kelurahan Kampung Jawa. Dan yang terakhir presentasi adalah Rizky Pol, ia membahas mengenai masalah taman-taman yang indah hampir di sebagian besar warga Kelurahan Kampung Jawa, namun beberapa titik atau ruang publik di sekitarnya terlihat banyak sampah dan tidak diperhatikan. Sebenarnya masih ada satu partisipan lagi yang belum mempresentasikan hasil observasinya, yakni Intan Nasochi karena malam itu ia tiba-tiba ada keperluan penting dan akan diganti pada esok harinya.
Setelah partisipan mempresentasikan semua hasil dari observasi yang dilakukan tadi siang, fasilitator mengajak partisipan menonton karya-karya Dziga Vertov, dalam proyek serialnya Kino-Pravda.