Gang Rambutan

Akhir April 2017 lalu, saya berkunjung ke rumah bapak Irwin. Beliau adalah seorang ketua RT di RT 03/RW 01, Kelurahan Pasar Pandan Airmati, Kota Solok. Memasuki gang menjelang rumah Pak RT sungguh menarik. Di sana ada satu gapura, yang terlihat belum lama dibuat. Keberadaan gapura ini, membuat gang sedikit menonjol dari gang-gang yang ada di sekitar sana. Di sepanjang gang, mata saya disegarkan dengan tanaman-tanaman jenis sayur maupun tanaman hias yang berderat di atas got gang. Gang itu bernama Gang Rambutan.

Saya sampai di rumah Pak RT seusai Magrib. Di sana ada Ibu RT juga atau ketua Dasa Wisma. Saya datang bersamaan dengan dua anaknya dari sebuah perlombaan di SMP N 2, yakni sebuah seleksi kesenian di tingkat kota yang akan berlanjut di Provinsi. Putri anak perempuan Pak RT yang masih SMP, pulang bersama abangnya si Arif yang sebentar lagi akan menamatkan SMA, ia cemberut karena hanya memperoleh juara ke dua di bidang lomba tari, bahkan sampai terlihat menangis saat ditanya-tanyai. Untung si Bapak dan abangnya membujuknya. Saat kesedihannya reda, Arif keluar dari kamar berusaha menembus tirai kamar, sembari membawa sesuatu yang bercahaya di kedua tangannya. Langsunglah Ibu dan yang lainnya bernyanyi selamat ulang tahun. Malam itu, Bapak RT bertambah usia.

Saya datang satu motor bersama Rafly. Dia adalah uncu dari Arif, atau setara adik oleh Pak RT. Rafly dari Muarolabuah, Solok Selatan dan kuliah di UNAND Padang, sering ke Solok dan berkegiatan di Gubuak Kopi. Begitu juga Arif juga sempat beberapa kali main ke Gubuak Kopi. Pak Irwin sebenarnya baru saja dilantik menjadi ketua RT di tempatnya. Waktu itu, kurang lebih 5 bulan. Selama masa tugas yang belum lama itu, saya kira Pak RT mengawalinya dengan cukup baik. Gang itu adalah salah satu buktinya. Sebagian besar warga di sekitar sini, sebelumnya sangat jarang bergotong royong. Ini mungkin juga terjadi di sebagian besar daerah di Kota Solok, kecuali gotong royong “Jumat Bersih” yang diprogramkan oleh Pemerintah Daerah Kota Solok, melalui kelurahan setiap bulannya. Hal inilah salah satu yang dirindukan Pak RT.

Warga usai bergotong royong membersihkan sisa tanah/pupuk (foto: Koleksi Pak Irwin)

(Koleksi Foto Pak Irwin, 2017)

Beberapa waktu lalu, Ibu RT mulai mengajak Ibu-ibu di sekitar rumahnya untuk memanam tanaman sayur maupun hias. Tanaman ini dibeli dari khas dasa wisma gang setempat, yang kemudian waktu itu juga mendapat bantuan tanah dari pemerintah. Awalnya membuat tanaman jahe di tanah yang cukup luas di gang itu. Selain ratusan jahe juga terdapat tanaman seperti pisang, lengkuas, dan lain-lain. Lalu, dari sisa tanaman dari dasa wisma tersebut awalnya hendak dibagi. Tapi kemudian muncul inisiatif dari ibu-ibu, bahwa tanaman ini tiak usah dibagi per-rumah, tapi dijejer di sepanjang gang saja. Maka bergotong royonglah ibu-ibu di Gang Rambutan waktu itu, dan disusul oleh bapak-bapak setempat.

“Awalnya sempat terpikir untuk membagi-bagi tanah ini merata di setiap rumah, namun kemudian sepakat untuk tidak membagi-bagikannya. Malah, menanam dan meletakannya di sepanjang got gang ini.” Kata Buk RT

Bapak-bapak maupun ibu-ibu di sekitar Gang Rambutan, tidak kalah serta remaja-remajanya, memutuskan untuk melakukan gotong royong bersama. Dimulai dengan mambangun gapura di pintu gang. Gapura ini dibagun  dari dana swadaya masyarakat sekitar situ. Selain itu memang juga ada donasi dari salah satu pemuda di perantauan.  Suasana yang sangat dirindukan setelah sekian lama.

“Gapura itu kami kerjakan bersama-sama hingga larut malam, lalu kita makan bersama, makan bajamba di ateh daun pisang,” Arif ikut menggambarkan kesenangan itu.

Pak Win mengaku senang melihat antusias warga saat itu. Salah satu yang menjadi motor desain gapura ini adalah Pak Anto. Dia adalah salah seorang penghuni gang, yang terkenal sangat kreatif di gang itu. Melihat semangat warga, menurutnya gang ini harus kita buat lebih baik. Mulailah dilontarkan ide-ide kreatif dari mulutnya.

“Gapura itu dibuat dari pohon bambu, bambu itu kita cari bersama-sama di suatu tempat tak jauh dari sini, berserta kita kasih hiasan akar. Kita ambil besama-sama di Sarasah Batimpo sektiar 20 Km dari sini, …masuk-masuk hutan.. sampai-sampai saya jatuh dan ditertawakan oleh orang-orang” tambah Pak Win tertawa mengingat kejadian itu.

This slideshow requires JavaScript.

(Koleksi foto Pak Irwin, 2017)

Gapura dibangun, dihias dan diwarnai. Tanaman sayuran maupun hias dijejer di sepanjang gang. Got dibersihkan. Gang menjadi rapi.

Tak lama setelah itu, menurut ibu RT, warga pun malah berinisiatif juga untuk mengeluarkan tanaman lainnya di depan rumah mereka. Sehingga menjadi banyak. Ya, bagi saya pemandangan di gang itu cukup menyegarkan pikiran.

Beberapa waktu lalu, ternyata gang-gang lain juga mulai mengajak untuk ikut bergotong royong untuk memperindah RT ini. Di beberapa gang juga sudah mulai muncul palanta-palanta tempat duduk bersama, kemudian lapangan takraw sudah mulai diaktifkan lagi. Pak RT dan Ibu RT sangat senang melihat semangat warga. Sebenarnya warga yang semangat tidak terbatas di lingkup RT saja, tetapi juga RW. Mereka membayangan untuk membuat suatu taman di  RT ini. Ibu RT meminta Pak Anto untuk membayangan sebuah taman yang indah untuk kita buat. Awalnya Ibu RT meminta untuk merancang saja dulu, karena belum ada biaya. Sudah ada iyuran tapi belum cukup dan belum ada waktu yang tepat untuk bekerja bersama. Maka Pak Anto yang sepertinya tidak tahan untuk membuat taman itu, berinisiatif membuat sendiri di depan rumahnya. Ya cukup unik dan kreatif saya kira.

***

Taman di depan rumah Pak Anto (foto: Gubuak Kopi)

Minggu lalu, 09 Mei 2017, saya bertemu Pak Anto, namanya paling sering disebut Pak RT dalam gerakan gotong royong ini. Menurut Pak RT, segala rancangan kreasi diserahkan Pak Anto untuk dikerjakan bersama-sama.

“ide-idenyo acok jo dapek dari tivi, tu wak pelajari sorang. Kadang ndag berahasil, kadang dapak inspirasi baru.” (Ide-ide ini sering saya dapati dari TV, lalu saya pelajari sendiri, kadang tidak berhasil, kadang memunculkan inspirasi baru) Kata Pak Anto.

Pak Anto, sehari-hari adalah seorang pedagang buah yang mangkal di Rumah Sakit umum daerah Kota Solok. Beberapa minggu ini ia cuti berdagang. Dan waktu kebanyak juga ia curahkan untuk mengurus sekolah anaknya yang hendak memasuki bangku SMA, selain itu ia juga membuat taman dan menghias gang. Satu taman yang cukup unik telah ia kerjakan di depan rumahnya. Dia mengaku sejak remaja sudah senang membuat kreasi dari benda-benda yang tidak dipakai. Dulu ia juga sempat membuat bunga-bunga imitasi dari akar dan kertas, beberapa telah dipajang di rumah walikota Solok, atas nama pemuda Tanjung Paku. Sekarang kebetulan ia memiliki halaman yang cukup dan pagar depan rumahnya tidak terlalu tinggi. Ia mengumpulkan bahan-bahan sisa gotong royong bulan lalu, serta beberapa bahan yang tidak dipakai lagi oleh tetangga untuk ia garap di taman di halaman rumahnya. di tengah-tengah taman itu juga terdapat sebuah kolam kecil, namun belum ada ikan.

“rencananyo nio diagiah masin bantuak akuarium tu di kolam itu. Kalau kini masihalun mangalia aia nyo lai, makonyo ijau. Beko lah kok lah ado rasaki.” (rencananya kolam ini mau saya kasih mesin sepeti di akuarium itu. Kalau sekarang airnya masih belum mengalir, makanya warnanya agak hijau. Mungkin nanti kalau ada rejeki) terang Pak Anto.

Taman di depan rumah Pak Anto (foto: Gubuak Kopi)

Tak lama, beberapa warga di Gang Rambutan juga meminta bantuannya untuk membuatkan pagar-pagar dari bambu di depan rumah mereka. Awalnya satu, kemudian pemintaan berlanjut ke rumah-rumah lainnya, Gang pun menjadi terlihat semakin rapi. Si pemilik rumah biasanya akan menyediakan bahan, lalu minta tolong Pak Anto untuk mengerjakan dan mengaturnya menjadi rapi dengan warna-warna yang serasi.

This slideshow requires JavaScript.

(koleksi foto Gubuak Kopi, 2017)

Memang belum semua rumah yang ingin membuat pagar-pagar seperti ini kata Buk RT, tapi ia mengaku senang melihat warga yang antusia menjadikan Gang Rambutan semakin lebih bagus. Tidak hanya Gang Rambutan sebenarnya, beberapa warga di gang lain juga mulai merencanakan agenda untuk memperindah lingkungan di sekitarnya, di luar agenda “jumat bersih” tentunya.

Albert Rahman Putra, biasa disapa Albert, adalah seorang penulis, kurator, dan pegiat budaya. Merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, dengan fokus studi pengkajian seni karawitan. Dia adalah pendiri Komunitas Gubuak Kopi dan kini menjabat sebagai Ketua Umum. Albert aktif sebagai penulis di akumassa.org. Ia juga memiliki minat dalam kajian yang berkaitan dengan media, musik, dan sejarah lokal Sumatera Barat. Manager Orkes Taman Bunga. Tahun 2018 bersama Forum Lenteng menerbitkan buku karyanya sendiri, berjudul Sore Kelabu di Selatan Singkarak. Ia merupakan salah satu kurator muda terpilih untuk program Kurasi Kurator Muda yang digagas oleh Galeri Nasional Indonesia, 2021.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.