Monthly Archives: September 2016

Bertandang Ke Pustaka Nagari Kelurahan Kampung Jawa, Solok

Catatan Pustaka Nagari Kampung Jawa, Bagian I

Rabu siang (29/10/2016) lalu, sekitar pukul 14:30 aku bersama rekan kerjaku Albert, menghampiri sebuah Pustaka Nagari, yaitu bertempat di Kampung Jawa, Kota Solok. Teman ku memarkirkan kendaraannya di seberang jalan tepatnya di depan Madrasah Ibtidayah, Kampung Jawa. Dari sebarang jalan, di dekat bangunan pustaka, tampak sedang ada perbaikan trotoar dan selokan. Kami menuju pustaka, melangkahi trotoar atau selokan itu. Kami memasuki bangunan perpustakaan yang kecil dan tampak usang itu. Di dalamnya, seorang perempuan tengah duduk sambil mengiris buncis di atas salah satu meja yang berantakan. Kami bersalaman dengannya dan kami memperkenalkan diri, uni itu pun menyambut kami dengan hangat. Ia mempersilahkan kami duduk. Uni Des namanya, dia berdagang gorengan di depan pustaka. Awalnya kami pikir dia adalah pengelola perpustakaan ini, ternyata bukan. Dia hanya berinisiatif membuka pustakan itu setiap kali Ibu Fatmawati (pengelola perpustakaan sebenarnya) tidak hadir. Siang itu Ibu Fatmawati atau yang biasa disapa ibuk Fat sedang sakit, karena kecelakaan yang dialaminya beberapa waktu lalu. Continue reading

Literasi Komunitas Filem

Perkembangan aktivisme dan aktivitas seputar sinema di daerah-daerah tidak lepas dari peran komunitas yang ada di dalam dan sekitarnya. Adalah tugas komunitas untuk membaca dan memahami persoalan yang ada di sekitar mereka: menemukan referensi sinema yang berkualitas, dan menggiring diskusi yang produktif di antara masyarakat, baik itu dalam melihat persoalan sosial politik, ekonomi, dan sebagainya. Entah itu akan bermuara pada produksi-distribusi atau dalam bentuk aksi-aksi publik lainnya. Sebelum itu, tentu setiap pelaku komunitas harus memiliki bekal pengetahuan sinema itu terlebih dahulu. Hingga saat ini, umumnya produksi dan distribusi pengetahauan sinema, secara dominan, masih terpusat di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Jogja. Tapi kita tidak boleh lupa, ia nyatanya juga dapat tumbuh dan hidup di kawasan yang sangat kecil, contohnya adalah kawan-kawan di Purbalingga yang telah melakukanya dengan sangat baik (Festival Film Purbalingga). Di tangan pegiat filem Purbalingga, aktivitas dan aktivisme sinema tumbuh menyatu dalam kehidupan masyarakatnya. Continue reading

Meneguk Film Menyelami Kehidupan

Artikel ini sebelumnya telah diterbitkan (cetak) oleh Harian Haluan, edisi 4 September 2016, dalam rubrik Budaya. Artikel ini ditulis oleh Juli Ishaq Putra (pengasuh rubrik budaya Harian Haluan) terkait presentasi Albert Rahman Putra dalam forum komunitas di rangkaian “Social/Kapital – ARKIPEL: Jakarta International Documentary and Experimental Film Festval, 2016”. Artikel ini dipublikasi kembali sebagai bagian dari digitalisasi koleksi arsip Gubuak Kopi.


SEJAUH ini, di manapun, baik di rumah melalui televisi, di layar bioskop, di layar tancap, maupun lewat saluran kanal youtube, banyak penikmat film yang memosisikan diri sebagai pribadi yang butuh hiburan dari beragam sinema yang mereka saksikan atau tonton. Padahal, menurut Albert Rahman Putra, Peneliti Seni dan Media dari Komunitas Gubuak Kopi yang berbasis di Kota Solok, sudah waktunya film dipahami sebagai cara alternatif untuk memahami berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan.

Continue reading