Category Archives: Kurun Niaga #4

Catatan Proyek Kurun Niaga #4 – How is The Story Told After It’s Over

Simpang Susun Arsip dari Alam Ingatan

Hari ketiga ini kita kedatangan narasumber dari Gudskul Ekosistem, Rifandi yang merupakan seorang arsitektur di arsitekturindonesia.org dan juga seorang dosen di jurusan arsitek. Rifandi menyampaikan materi tentang Simpang Susun yang dulunya pernah digarap bersama beberapa kawan, termasuk Albert (Komunitas Gubuak Kopi) di Jakarta. Simpang Susun Arsip Kolonial adalah sebuah proyek seni berbasis arsip arsitektur dan desain yang diinisiasi oleh arsitekturindonesia.org, Gudskul, dan Nieuwe Institute. Proyek ini membongkar cara kerja design, koloni, dan pengetahuan arsitektur melalui arsip. Pada sesi ini narasumber akan berbagi mengenai pengalaman kurasinya dalam proyek Simpang Susun.

Continue reading

Menjalin Simpul- Simpul Kolektif di Sumatera

Sabtu (12/10), hari ini sendu sekali, semalaman hujan mengguyur kota Solok membuat mata berat untuk diajak beraktivitas. Hari kedua “Lokakarya Kurun Niaga #4” ini tak boleh kalah semangat dari kemarin, sebab di hari Sabtu yang spesial ini kita akan berkenalan lebih dekat bersama seluruh komunitas dan kolektif yang menjadi partisipan di Kurun Niaga #4. Semuanya ada 11 komunitas, tapi ternyata Dea dari Komunitas Solu – Balige Writer Festival, Sumatera Utara tidak bisa mengikuti kelas karena kondisinya sedang tidak fit. Jadilah kita melanjutkan lokakarya dengan paparan dan diskusi dari 10 komunitas yang ada. 

Continue reading

Menyibak Arsip Melalui Perspektif Dekolonialisasi

Selamat Datang di Kota Solok!

Pada “fase rawat” Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 ini, Komunitas Gubuak Kopi dipilih sebagai salah satu hub Sumatera yang menjaring beberapa komunitas di Sumatera Barat, Riau, dan Sumatera Utara untuk diajak berkolaborasi. Fase rawat ini sejalan dengan pengembangan proyek Kurun Niaga #4 yang sedang berlangsung, sebagai upaya menjangkau dan membangun jejaring kelompok budaya lebih luas lagi, khususnya dalam produksi narasi berbasis kegiatan pengarsipan wilayah.  Kurun Niaga sendiri adalah serial proyek Komunitas Gubuak Kopi, sejak tahun 2019.

Continue reading

Narasi dari Dapur dan Jurnalisme Warga

Repotase Hari Ketiga FGD dan Lokakarya Daya Desa: Penguatan Ekosistem Budaya di Desa Warisan Dunia

Kegiatan hari ketiga diawali dengan pemaparan materi oleh M. Biahlil Badri: Penulis dan Pegiat Media Komunitas. Badri aktif berkegiatan bersama Komunitas Gubuak Kopi, sebuah kelompok belajar seni dana media di lingkup lokal Solok. Badri saat ini juga aktif memimpin jaringan kolektif “Lumbung Indonesia”. Pada sesi ini Badri berbagi pengalaman dalam mengelola media yang mengedepankan perspektif warga bersama Komunitas Gubuak Kopi. Narasumber juga memaparkan urgensi membangun narasi dalam kerangka aktivisme warga, khusus dalam merespon konstruksi media terhadap sebuah stigma dan wacana sebuah wilayah.

Continue reading

Dari Mana Kita Akan Membaca Arsip?

Repotase Hari Kedua FGD dan Lokakarya Daya Desa: Penguatan Ekosistem Budaya di Desa Warisan Dunia

Hari kedua dimulai oleh penyegaran kembali materi hari sebelumnya oleh fasilitator, kemudian dilanjutkan dengan materi dari Dr. Sri Setiawati. Beliau adalah Pengajar di studi Antropologi dan studi Pembangunan di Universitas Andalas (UNAND), Padang. Ibu Sri sebelumnya aktif melakukan penelitian di sejumlah wilayah di Sumatera Barat, termasuk Kota Sawahlunto, dan memiliki ketertarikan pada isu-isu perempuan, serta pernah menginisiasi sejumlah gerakan pemberdayaan perempuan di Kota Sawahlunto. Ibu Sri berbagi mengenai metode antropologis dalam memetakan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) serta mendedah persoalan sebuah wilayah melalui pengalaman risetnya. Serta bagaimana wawasan antropologis digunakan dalam menginisiasi agenda design sosial ataupun gerakan berbasis komunitas warga. Pada sesi ini para partisipan juga diminta untuk menuliskan “siapa anda dalam satu kata”, jawaban para partisipan digunakan sebagai pintu untuk membongkar perspektif peserta dalam memposisikan diri dalam agenda Daya Desa ini.

Continue reading

Menyusun Strategi Perebutan Narasi

Repotase Hari Pertama FGD dan Lokakarya Daya Desa: Penguatan Ekosistem Budaya di Desa Warisan Dunia

Program Daya Desa Warisan Dunia adalah upaya penguatan ekosistem kebudayaan di desa-desa kawasan warisan dunia, salah satunya di wilayah Solok-Sawahlunto. Program ini merupakan pengembangan khusus dari Program Daya Desa yang diinisasi oleh Direktoran Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Secara spesifik program kali ini diselenggarakan di desa-desa yang termasuk dalam kawasan warisan dunia, salah satunya “Warisan Tambang Batu Bara Ombilin” (WTBOS) di Solok dan Sawahlunto. Salah satu upaya penguatan ekosistem tersebut direalisasikan melalui focus group discussion (FGD) penguatan aktor-aktor kebudayaan di pedesaan, sebagai bekal partisipan dalam melakukan riset 4 bulan kedepan di kampungnya masing-masing.

Continue reading

Memperkuat Aktor Kebudayaan Desa

Pengantar Program Daya Desa Warisan Dunia Solok dan Sawahlunto

Desa sebagai penyedia beragam sumber daya menjadi lokus yang masuk akal untuk kita tinjau dan pelajari kembali sebagai model pembangunan masa depan. Sebagai penyembuh atas pembangunan yang selama mengadopsi logika urban, yang telah merubah lanskap geografis, budaya, sosial, dan sistem ekonomi, yang bahkan mengabaikan keselamatan masa mendatang. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari model pembangunan yang selama ini terpusat dan dikelola oleh inisiatif pemodal. Wacana pembangunan berbasis komunitas (community development) dalam hal ini dapat kita lihat sebagai model alternatif untuk ditawarkan. Ia terbuka berbagai kemungkinan pendekatan dan strategi. Inisiatif dan upaya warga dalam menentukan hidup dan masa depan wilayahnya dapat kita lihat sebagai bagian dari itu (bottom-up). Warga yang selama ini dilihat sebagai pihak pasif dan yang perlu dibangun oleh pemerintah, menjadi tidak relevan lagi.

Continue reading